- Masjid Agung Demak, Lima Besar Destinasi Favorit Saat Libur Lebaran
- Dinparta Demak Gelar Sosialisasi Sapta Pesona
- Batik Ibu Dwi, Lestarikan Warisan Budaya Demak
Baca Juga
Tulisan ini disampaikan pada Dialog Revitalisasi Wisata Religi Kabupaten Demak (Renaisance Demak Menapaki Kembali Kejayaan, 28 September 2024)
Ada banyak cerita tentang kejayaan Demak, namun kalau saya survey kesana kemari kejayaan Demak besar gemanya tapi banyak misteri antara kisah kisah yang sudah beredar dengan fakta fakta arkeologis di lapangan sehingga sebenarnya perlu pencocokan ulang antara yang di dengar, di terima dan juga dengan bukti bukti arkeologis dan catatan sezaman.
Dalam kisah babad misalnya, dikatakan bahwa Demak memiliki 3 pemimpin yakni Raden Patah, Pati Unus, sampai kemudian Sultan Trenggono. Di antara pemimpin ini sebenarnya diperiode manakah kejayaan Demak itu? Diukur dari apa kata kejayaan ini.
Ada yang menganggap kejayaan Demak adalah di masa Raden Patah, adalagi yang mencatat Masa Sultan Trenggono. Karena apa dia jaya dan bagaimana bisa menjadi Jaya kita akan kupas nanti. Oleh karena itu yang di anggap sebagai kejayaan juga misteri.
Misteri kejayaan Demak masih berlanjut, sekarang soal tempat. Kalau kita pergi ke Jepara, tidak terlihat hubungan kuat antara Jepara dan Demak. Atau pergi ke Kudus sama juga tidak terlihat hubungan kuat.
Begitu juga kalau pergi ke Pajang atau bahkan kota gede Yogyakarta, sama juga tidak terlihat adanya tanda tanda pengaruh kejayaan Demak di tempat tempat ini. Padahal pengaruh Demak ini sampai ke Malaka dan bahkan sampai Samudra Pasai.
Catatan Babad kita yang di jadikan acuan sebagai landasan teori sejarah tentang Demak, berbasis kepada “karya Sastra”, tiba tiba di telan bulat bulat dan menjadi “catatan sejarah”. Padahal masih harus di teliti ulang.
Penelitian penelitian terawal kita dilakukan oleh Para peneliti dan akademisi dari Belanda. Tentunya Tulisan mereka, di desain dalam perspektif histofiografi hindia Belanda atau disebut “Dutch Indies”.
Dalam historiografi perspektif penjajahan Belanda, pada intinya semua Kerajaan dan semua orang orang pribumi adalah suka berantem, rebutan tahta dan hanya berkat Belandalah di tanah Jawa ini semua bisa Bersatu. Tanpa peran serta Belanda, kita tetap akan menjadi bangsa yang bodoh.
Nasionalisme Indonesia kita belakangan sudah mengajarkan, bahwa Belanda ini tukang adu domba. Jangan mau di adu domba. Kesadaran inilah yang menjadi sila ke 3 dari Pancasila, persatuan Indonesia.
Namun sayangnya, kesadaran ini belum diterapkan dan diturunkan dalam Pelajaran sejarah dan historiografi kita. Historiografi kita, Pelajaran sejarah kita masih saja memakai warisan warisan colonial dan dianggap sebagai “Kitab suci”.
Snouck hurgronje, punya andil besar , bersama tim yang begitu besar dan dana yang besar dalam penggelapan sejarah itu dan menambah kelam dalam sejarah kita. Termasuk penggelapan sejarah Demak.
Lupakan, kalau seluruh penemuan barang berbau sejarah di masa era Belanda adalah final dan sudah mengikat. Kalau kita berpikir seperti itu. Ha..ha..ha, persis itulah yang Belanda inginkan. Kita Merdeka, tapi jiwa dan jati diri kebangsaan kita sudah diperbudak selama lamanya.
Penelitian terbaru di lapangan, dan sudah dipublikasikan oleh RMOL Penyiar Islam pertama di tanah Jawa adalah Sirajuddin isa. ( Ini linknya kalau belum baca https://www.rmoljawatengah.id/sirajuddin-isa-ibn-shalahuddin-al-mabariy-tokoh-islam-pertama-di-jawa).
Dalam menyambut menjelang pelantikan Presiden RI pilihan rakyat yang sekarang di jabat oleh Menteri Pertahanan RI Bapak Jenderal Prabowo Subianto, jejak pemikiran beliau yang saya tangkap selalu mengkaitkan antara variabel Pertahanan negara dan kemakmuran.
Kemakmuran suatu negara negara tergantung kepada kemampuan pertahanan satu negara. Kalau tidak memiliki kemampuan sama saja dengan tidak punya kedaulatan, di jajah.
Bicara tentang ini, Pak Prabowo sebenarnya sedang berbicara tentang kejayaan Demak yang kan di adopsi menjadi kunci kejayaan Indonesida dalam masa pemerintahannya. Kok bisa begitu? Begini ceritanya…
Misteri kejayaan Demak, dimulai dari kita memberi pencarahan kepada diri kita sendiri bahwa sebenarnya kejayaan dengan adanya kemakmuran. Tapi kemakmuran inikan sebenarnya dimulai dari kemampuan memimpin secara kolektif menggalang persatuan Bersama untuk menghadapi kekuatan “Invasi Asing”.
Syahdan, Pasukan Maritim terhebat masa itu Portugis dibawah pimpinan Jenderal Afonso de Albuquerque atas nama Raja Portugis pada masa itu Manuel I, telah memenangkan banyak pertempuran di seluruh dunia.
Jenderal Albuquerque dapat tugas besar dua diantaranya adalah memerangi Islam, dan mengamankan perdagangan rempah-rempah dengan mendirikan kerajaan Portugis di Asia.
Pada masa masa itu, Afonso menjadi komandan militer terhebat, tidak pernah kalah dalam pertempuran di manapun. Segera setelah ia menguasai kota besar Goa India, kemudian menguasai Kota besar Malaka.
Anak buah Afonso, mengirimkan kapal ekspedisi keliling Jawa dan pada tanggal 6 Januari 1514, Rui De Brito kapten Malaka menulis surat kepada Jenderal Afonso dan Raja Manuel Portugis. Tome pires dan Rombongan berlayar dari tanggal 14 maret dan kembali pada tanggal 22 Juni 1513.
Kapal Ekspedisi ini tentunya bukan kapal pesiar, tapi kapal teror dan mata mata seluruh kerajaan kerajaan di Nusantara. Lebih lebih bagi wilayah Samudra Pasai, Demak dan Jepara di saat itu yang jelas jelas sudah punya reputasi perlawanan dan juga perang dengan Portugis. Kapal Pires ini tidak bisa di temui. Namun Pires sangat terkesan dengan pulau Jawa yang begitu beragam dan indah ini.
Ketika Tome Pires, sepupu raja portugis langsung itu , mendarat di Gresik dan bertemu dengan Patih paling tua di negeri Jawa (dari Cirebon sampai Balungbuang/Blambangan), ia bertemu dengan Sunan Giri atau Patih Zainal Abidin, sunan Giri sebagai patih tertua di seluruh jawa saat itu bilang “Apabila Kapten-Mayor (Afonso de Albuguergue| berdamai dengan penguasa Demak, maka semua penguasa di Jawa diharuskan untuk berdamai pula. Ia berkata bahwa penguasa Demak mewakili seluruh penjuru Jawa”.
Penguasa Demak saat itu adalah Patih Raden, dalam hal ini yang di maksud dengan nama Patih Raden oleh Portugis dikenal oleh masyarakat kita sebagai Raden Trenggono. Pada wakut itu Negeri Demak berbatasan di satu sisi dengan Semarang dan di sisi lain dengan Tidunan. Negeri Demak merupakan yang terluas di antara semua tempat ini. Di kota Demak, terdapat kurang lebih 8.000—10.000 rumah.
Portugis kemudian berambisi memonopoli sumber sumber lada. Portugis kemudian berupaya mengambil Alih Samudra Pasai dan juga Sunda Kelapa sebagai upaya mengontrol kendali di lautan dan juga perdagangan. Dua kerajaan ini menjadi sumber lada besar pada masa itu.
Raja Portugis kemudian mengirimkan 3 kapal armadanya di bawah pimpinan Fransisco De sa untuk membangun benteng di Sunda Kelapa. Para Patih yang berada di tanah Jawa sudah memahami pembangunan benteng di satu titik di wilayah Sunda ataupun Jawa sama saja dengan pengusaan secara keseluruhan seluruh lautan Jawa. Mengingat pada masa itu, Portugis sudah semena mena di perairan Malaka, memaksa kapal untuk berlabuh, merampok dan menenggelamkan.
Catatan Portugis dalam Decadas Da Asia oleh Joao da Barros, kemudian juga dalam catatan cerita Babad banten dan juga Catatan telaah AJ Heuken dalam sejarah awal Portugis di Jakarta, menerangkan bahwa Upaya menguasai sunda oleh pasukan Portugis yang dikenal pasukan super elit dan hebat ini ternyata gagal total. Banyak Yang mati. Pada kejadian ini, Portugis benar benar di permalukan. Enggak tau mau ditaruh mana dimana mukanya menghadapi kegagalan ini.
Catatan 8 Halaman dalam decadas asia menyinggung seorang tokoh dari Pasai yang datang ke Tanah Jawa, Bernama Fatahillah. Kemudian Babad Cirebon, menggambarkan bahwa pertempuran melawan Portugis, syahdan di komandoi Panglima perang Pasai yang di angkat menjadi panglima perang Demak.
Aj Heuken mengungkapkan jelas peran Demak dalam melawan Portugis dengan mengirimkan pasukan besar besaran. Negara super power Portugis pada masa itu armada dan rencananya tumbang dan tidak bisa melanjutkan rencananya.
Kisah persatuan ini, oleh babad tanah jawa tidak pernah di tumbuh kembangkan dan di perhatikan. Padahal Catatan sejarah Portugis sendiri, secara berkala mencatat aliansi Kerajaan islam di Sumatra, pertama Pasai Kemudian Aceh Darussalam dalam melakukan pengamanan Bersama dengan para penguasa di Jawa, yang dipimpin oleh Demak.
Catatan Portugis menerangkan pasca kepemimpinan di demak oleh patih raden maka kepemimpinan di tanah Jawa di lanjutkan di Sedayu. Tidak ada ontran ontran kisah berebut tahta suksesi, karena tidak ada sistem pemerintahan Tunggal yang ada adalah kepemimpinan Bersama atau kolektif kolegial.
Bahkan, oleh tome Pires hubungan persatuan yang begitu harmonis antara patih raden atau Trenggono dengan Patih unus dan juga Sunan kudus atau patih orob sangat kuat. Walau ketiganya memiliki Kerajaan berbeda, karena pulau Muria dan tanah Demak berbeda tempat. Baik Patih Raden maupun Patih Unus, dalam melakukan segala sesuatu mereka selalu meminta nasihat dan fatwa sunan kudus yang di sebut sebagai patih orob.
Pertempuran melawan portugis, atas jasa kepemimpinan Demak dan aliansi dengan Pasai maka melahirkan Islamisasi di wilayah Banten yang di pimpin oleh Sultan Hasanuddin.
Kemampuan menghalau Portugis mendatangkan rejeki baru Aceh Darussalam dan Demak seluruh pemimpin Kerajaan di tanah Jawa karena para pedagang Islam tidak mau pergi berdagang ke Malaka. Semua menggunakan rute rempah baru.
Ketika saya datang ke Demak, maka saya bertanya tanya bagaimanakah demak bisa sampai memiliki “ Joint Chief Commander” panglima perang pasai, sekaligus Demak dan bahkan juga Cirebon dan segitu hebatnya sampai mampu mengusir Portugis.
Keterangan tentang pertempuran yang sangat dahsyat dan mengagumkan ini. Ternyata jawabannya Kembali menjadi Misteri. Baik di Demak maupun di Pasai, bahkan di Aceh. Mereka sekarang sama sama menjadi orang asing dan tidak saling kenal mengenal. Belanda dengan sukses mencerai beraikan hubungan yang pernah ada dan menina bobokan bahwa kita tidak pernah Bersatu.
Sebagai Langkah awal untuk mengurai misteri ini, maka salah satu kunjungan yang bisa di lakukan oleh para peziarah, penggemar sejarah adalah mengunjungi makam para pahlawan alumni 1527 yang berperan besar dalam menghadapi Upaya penjajahan Portugis.
Dalam penelitian yang saya lakukan selama 6 tahun bersama dengan banyak kalangan, tidak kurang dari 150 tokoh alumni perang tahun 1527 melawan Portugis yang sudah terdata. Untuk melihat dan menyingkap misteri hubungan Pasai dan Demak maka untuk menemukan bukti arkeologisnya Upaya ini di awali dari identifikasi tipologi nisan pasai di Demak.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan di identifikasi keberadaan tipologi nisan Pasai yang berada di Kawasan masjid agung Demak yang berjumlah sebanyak 13 buah dari total sekitar 50 buah tipologi nisan yang di teliti ( Hasil penelitian lengkap dimuat dalam Jurnal ilmiah).
Ternyata, di Kawasan masjid agung demak tidak hanya ada nisan tipologi demak namun juga nisan tipologi pasai. Sebaliknya, belum terlihat adanya kaitan antara nisan troloyo dengan nisan Demak.
Penghargaan kepada para alumni perang 1527 yang menempatkan demak memiliki nama yang begitu tinggi dan sampai pada kejayaannya kita abadikan dengan mengingat jasa jasa mereka yang begitu besar rela meninggalkan tempat kelahirannya.
Tidak ada bangsa yang besar dengan memunggungi dan juga menghapus jasa jasa para pahlawannya. Tidak ada kejayaan bagi bangsa yang besar dengan meninggalkan sejarahnya.
Demak punya pe er besar, untuk memulai menghargai jasa para pahlawannya dan menyingkap penggelapan sejarahyang sudah di lakukan oleh Penjajahan Belanda. Ketika Demak mampu memimpin persatuan ini, maka sejarah Kembali akan terulang dengan sendirinya. Sejarah kejayaan akan terulang Kembali.
- Masjid Agung Demak, Lima Besar Destinasi Favorit Saat Libur Lebaran
- Malik Ibrahim, Bukan Sekedar Saudagar
- Dinparta Demak Gelar Sosialisasi Sapta Pesona