Kuching, penggal tahun 1994. Dokter di sebuah rumah sakit di ibukota Serawak, Malaysia, mengernyitkan dahinya. Dokter spesialis penyakit dalam itu memegang secarik kertas yang baru saja diantar perawat dari ruang laboratorium.
- Perluas Inklusi Keuangan Masyarakat, OJK Luncurkan PIKD
- Jaringan Off, Transaksi BBM Subsidi Seharian Tak Dapat Dilayani
- Jelang Lebaran, Harga Beras Turun, Daging Melonjak
Baca Juga
Sejurus kemudian, ditatapnya sang pasien di seberangnya sembari berujar, "Bahaya ini. Sudah merah semua." Kolesterol, trigliserid, asam urat, tekanan darah, semuanya tinggi.
Nam Tjhiang, si pasien, tak terlampau terkejut mendengar pemberitahuan dokter. Hasil itu, sebelas dua belas -tak berbeda jauh - dengan hasil pemeriksaan lab saat dia periksa di kampung halamannya, Pontianak.
Sang dokter memberinya dua opsi. Pertama, rajin minum obat, tapi dalam jangka panjang bisa merusak ginjal. Kedua, menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi sayur-sayuran.
"Kalau yang pertama (minum obat) relatif cepat turun (kolesterol dll), tapi kalau terus menerus dikonsumsi bisa rusak ginjal. Yang kedua, butuh waktu lama, tapi badan jadi sehat, tanpa obat-obatan," kata sang dokter lagi.
Lama berpikir. Nam Tjhiang memilih opsi kedua. Sang dokter lantas menyuruhnya masuk ke dalam sebuah ruangan. Tak ada orang menjual sayur di ruangan itu. Yang dilihatnya, beragam poster bertuliskan aneka sayur, biji-bijian dan buah beserta khasiatnya. Ada pula beragam filosofi hidup sehat dengan menjadi seorang vegetarian.
Pola Makan Sehat
Sepulang dari negeri Jiran, Nam Tjhiang pun mulai menjalani pola hidup sehat dengan mengonsumsi aneka sayuran. Dia mengganti nasi putih dengan nasi merah atau nasi hitam, yang memiliki indeks glikemik lebih rendah.
"Awalnya tidak enak. Rasanya aneh, tapi karena niatnya ingin sembuh dan sehat, saya jalani juga," ujarnya.
Nam merasakan perubahan dahsyat dari opsi yang dipilihnya itu. Lambat laun kesehatannya pulih. Tubuhnya menjadi kian bugar dan sehat. Yang lebih membuatnya bahagia, hasil lab kini menunjukkan normal.
Baru pada 1996, Nam Tjhiang secara bulat memutuskan menjadi vegetarian tulen. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada beragam masakan daging, ikan, telur, ayam, dan total mengonsumsi aneka masakan serupa yang terbuat dari kedelai atau jamur.
Di sela-sela menekuni usaha mebel miliknya di kawasan Sayung, Demak, Pria yang merantau ke Semarang pada 1989 ini, tak lupa menebar "virus" hidup sehat sebagai vegetarian kepada para kolega dan mitra bisnisnya. Dia juga menularkan pola makan sehat kepada istri dan tiga anaknya. Nam berpikir, agar dapat menularkan "virus" hidup sehat kepada banyak orang, harus membangun rumah makan. Saat itu, sudah ada rumah makan khusus vegetarian di Semarang, tapi dirasa terlalu jauh jaraknya dari rumah. Apalagi, dia mengaku rasanya tidak begitu lezat.
"Kebetulan, saya ini suka makanan yang lezat. Saya berpikir, bagaimana membuat masakan vegetarian tapi dengan citarasa yang hauce (lezat), sehingga disukai oleh mereka yang ingin hidup sehat dan tertarik menjadi vegetarian," ungkap pria yang tetap sehat di usia 60 tahun ini.
Pada 2001, bersama sang istri dibantu anak-anaknya, dia pun mendirikan rumah makan yang diberinya nama "Karuna" di Jalan Depok No 47 Semarang. Nama itu bermakna kasih sayang.
"Filosofinya, saya ingin menebar kasih sayang kepada banyak orang untuk mau hidup sehat dengan menerapkan pola makan yang sehat," ujar Nam, dalam perbincangan dengan RMOL Jateng, Rabu (2/2).
Kasih sayang itu, kata dia, juga bermakna "kasih sayang kepada hewan" dengan tidak menyajikan masakan dari "membunuh hewan". Tak hanya lewat sajian beragam menu vegetarian yang hauce, filosofi kasih sayang itu juga ditunjukkannya kepada para pelanggan. Dia selalu menyapa ramah mereka yang datang ke rumah makan miliknya. Nam bahkan hapal nama mereka yang menjadi pelanggan tetap Karuna. Sembari menyebut nama, dia selalu menyambut ramah, melayani langsung dan memilihkan menu-menu favorit mereka.
"Ini nasi hitam. Forbidden rice, bagus untuk penderita diabetes. Harus sering-sering makan ini, ganti nasi putihnya dengan nasi hitam," ujarnya pada seorang pelanggan yang datang ditemani istri.
Selain menyediakan aneka menu vegetarian, Nam Tjhiang juga menjual aneka bahan baku makanan herbal dan organik. Beras merah, hitam dan organik dijual dalam kemasan 1 kilogram. Ada pula aprikot (untuk kesehatan mata), resin (anggur kering) untuk menurunkan tensi, kacang almond untuk kesehatan jantung, biji bunga matahari untuk menjaga kadar gula darah, dll, hingga menyediakan eco enzym untuk pembersih perkakas.
Forbidden Rice
Dia juga menjadi distributor dan penyalur beras merah, organik dan hitam untuk restoran vegetarian di Semarang maupun luar Jawa.
"Setiap bulan, saya kirim 1 ton beras merah, hitam dan organik ke Pekanbaru dan Pontianak," ujarnya. Nam bertutur, saat pertama membuka rumah makan, dia diledek oleh para koleganya. "Gila kamu, apa ada yang mau makan? Apa ada pembeli yang datang?" ujar Nam menirukan ledekan teman-temannya.
Tapi Nam bergeming. Tak ayal, pengunjung rumah makannya hanya hitungan jari.
"Dulu, paling banyak 10 orang datang dalam sehari," kisahnya.
Nam pun merugi. Tapi dia mengaku pantang mundur. Prinsipnya, minimal masakannya dapat dinikmatinya bersama keluarga. Sepi pengunjung bertahan hingga tahun ketiga. Lambat laun, pengunjung pun berdatangan. Virus hidup sehat yang ditebarnya tak henti, mulai menulari banyak orang dengan cara getok tular. Aneka menu masakan yang lezat khas rumah makannya menyebar luas dari mulut ke mulut.
Namun Nam mengaku, baru pada tahun ke-7, modalnya Rp300 juta untuk membangun bisnis kuliner itu, mencapai titik impas.
"Dulu, kami menyiapkan layanan antar ke rumah dan rumah sakit. Tapi sejak ada ojek online, pembeli cukup order melalui jasa layanan antar tersebut," imbuhnya.
Kini, dalam sehari, omzet Karuna bisa mencapai Rp 2-3 juta dengan rata-rata 100 pengunjung per hari.
"Sebelum pandemi, pembeli terbanyak mencapai 200 per hari, dengan omzet bisa Rp4-5 juta," papar Nam, yang mempekerjakan 6 orang karyawan.
Kondisi sepi atau ramai pembeli, pandemi atau tidak, tetap disyukuri oleh Nam Tjhiang. Selain berbisnis, baginya, lebih utama adalah menebarkan virus kasih sayang kepada sesama. Virus kasih sayang untuk hidup sehat, sekaligus virus kasih sayang untuk tidak membunuh hewan dengan setia menjalani hidup sebagai seorang vegetarian.
- Terapkan Prinsip Kehati-hatian, Bank Daerah Karanganyar (BDK) Layani Kredit Bagi Caleg
- Jasa Marga Gelar Sertifikasi Halal Bagi Mitra Binaan di Rest Area KM 519A Jalan Tol Solo-Ngawi
- Wujudkan Mimpi Big Data Pertanian Jawa Tengah Lewat Aplikasi Tandhur