Mendag Zulkifli Lepas Ekspor 50 Kontainer Sritex ke 20 Negara

Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan melepas ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT) produk PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), sebanyak 50 kontainer yang diberangkatkan menuju 20 negara, melalui Pelabuhan Tanjung Emas.


Secara khusus Mendag didampingi Presdir PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto dan jajaran direksi, juga ribuan karyawan, melepas truk kontainer serentak dari 7 pabrik PT Sritex yang tersebar di pulau Jawa, dipusatkan di pabrik Sukoharjo, Kamis (15/9).

“Luar biasa ini ekspor 50 kontainer, tanda kebangkitan ekonomi pasca pandemi, kalau kebutuhan dalam negeri bisa dicukupi pabrik sritex maka tidak perlu impor lagi,” kata Mendag Zulkifli Hasan.

Nilai ekspor yang diberangkatkan pada hari ini mencapai USD 3,7 juta yang terdiri dari beberapa produk ITPT unggulan Indonesia seperti benang (yarn), kain jadi (finished product), dan pakaian jadi (garment). 

Produk-produk asal Indonesia tersebut akan dikirim ke 20 negara. Diantaranya Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Republik Dominika, Mesir, Meksiko, Turki, Portugal, Polandia, India, Qatar, Uni Emirat Arab, Swedia, Bangladesh, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Malaysia, Thailand, dan Yordania.

Adapun empat negara dengan jumlah nilai ekspor terbesar adalah Swedia sebesar USD 611 ribu, Mesir USD 475 ribu, Bangladesh USD 351 ribu, dan Jepang USD 268 ribu.

“ITPT menyumbang devisa negara sebesar USD 13,02 miliar di tahun 2021, salah satu penyumbang devisa terbesar dari sektor nonmigas dan merupakan industri padat karya. Kelangsungan industri tekstil juga berdampak langsung kepada 7,5 juta pekerja dan pelaku IKM,” ujar Iwan Setiawan Lukminto, Presiden Direktur PT Sritex Tbk.

Saat ini Sritex Group bergerak di lima lini ekosistem industri tekstil nasional yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Meliputi serat (fiber), pemintalan (spinning), penenunan (weaving), pencelupan (dyeing) dan penjahitan atau konveksi (garment). Kelima lini tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 50.000 karyawan

Untuk terus mendorong laju ekspor nasional, masih dibutuhkan dukungan dari Pemerintah dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran.

Dibutuhkan optimalisasi substitusi impor yang saat ini masih membebani industri tekstil dan IKM, dan kebijakan Preferential Trade Agreement (PTA) yang melindungi industri ITPT nasional.

“Bersama dengan Pemerintah Sritex optimis bahwa industry ITPT akan mampu mengatasi disequilibrium supply and demand dan disrupsi makroekonomi, namun sangat memerlukan harmonisasi kebijakan antar kementerian dan pemerintah daerah,” kata dia.

Sritex Group juga telah membina lebih dari 2000 UMKM dan SMK binaan.

“Kami percaya bahwa UMKM yang sehat akan membentuk ekosistem yang kuat. Hingga saat ini, komposisi ekspor terhadap pendapatan Sritex masih mendominasi yaitu sebesar 60%. Sritex berkomitmen untuk terus mendorong target ekspor tekstil nasional untuk mencapai USD 30 miliar pada tahun 2025,” pungkas Iwan.