Yustika Yuliarti (47), tampak sigap dan cekatan mencelup dan mengangkat kain batik dari atas drum berisi air panas. Dalam pembuatan kain batik, yang dilakukan oleh pemilik Batik Natra itu, adalah proses penglorodan. Nglorod adalah proses perebusan kain dengan air panas sampai sisa malam (lilin batik) pada kain hilang.
Rumahnya di Perumahan Jasmine Park J2 Nomor 11 Plamongan Indah, Batursari, Mranggen, Demak, dijadikan sebagai workshop, sekaligus gallery batik hasil kreasinya.
Puluhan tahun menjadi marketing perusahaan farmasi dengan jabatan terakhir sebagai regional manager, Yustika memilih banting setir, menjadi wirausahawan batik. Usaha batiknya dirintis pada 2019.
Bisnisnya berawal dari hobi menggambar, sekaligus mencintai batik. ‘’Saat kerja dan keliling Indonesia, saya selalu membeli batik asli daerah setempat untuk koleksi pribadi. Lama-lama jatuh cinta, mengapa saya tidak bikin batik sendiri?’’ ujar perempuan asal Banjarnegara kelahiran Juli 1975 ini, kepada RMOL Jateng, Rabu (18/10).
Yustika saat proses penglorodan kain batik.
Ibu lima anak ini menuturkan, Batik Natra memproduksi kain, fashion dan craft batik khusus batik warna alam. Yang menarik, semua motif diciptakannya sendiri. Ada motif yang diberinya nama Sinaran Kidung Rekso Bumi (menjaga bumi tetap indah).
Dikatakan, Batik Natra khas dengan teknik pewarnaan alam yang elegan. Dalam menciptakan motif, Yustika Yuliarti mempunyai filosofi sendiri sendiri. Salah satu yang menarik adalah batik bercorak kontemporer Power of Garlic. Pembuatan batik ini terinspirasi dari salah seorang sahabatnya yang memiliki usaha minuman berenergi yakni jus bawang putih (garlic). Lahirlah motif bawang putih beserta akar-akarnya, naga dan juga seolah olah seperti organ dalam. Gambaran tersebut mempunyai filosofi yang berarti ketika kita mengkonsumsi bawang putih, diharapkan tubuh kita sehat dan stamina kuat seperti naga.
‘’Motif Batik Natra adalah kontemporer, terispirasi dari susunan anatomi tubuh. Ini yang membedakan Batik Natra dengan batik lainnya saat ini, selain warna alam yang unik, elegan, dan ekslusif, juga dari motifnya yang tidak biasa, tapi sarat makna dan filosofis,’’ paparnya.
Tak heran, sarjana Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto ini, memiliki tageline Same Way Different Taste atau cara boleh sama tapi soul-nya, nyawanya sangat berbeda. Selain memproduksi kain batik, Batik Natra juga membuat pengembangan produk menjadi ready to wear dan juga fashion assesoris.
Berbagai produk batik dipajang di gallery Batik Natra.
Target pasar Batik Natra, kata dia, awalnya adalah para relasinya dulu saat menjalani profesi marketing farmasi, yakni karyawan RS, dokter dan tenaga kesehatan.
Sebagai pengusaha di era digital, Yustika pun memilih jalan digital sebagai alat jitu untuk branding dan marketing Batik Natra. Dia pun gencar mengikuti berbagai exhibition di dalam maupun luar negeri.
‘’Kami terus mengikuti perkembangan zaman dan teknologi melalui media sosial serta e-commerce,’’ imbuh istri dari Tri Sunanto dan ibu dari Yuniar Rizky, Aldy, Dellaneira, Dhimas dan Dayana ini.
Yustika mengaku, untuk meningkatkan kompetensi, skill membatik hingga manajemen bisnis batiknya, pihaknya mendapat bimbingan dan binaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, salah satunya dari Balai Latihan Koperasi (Balatkop) Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jateng.
‘’Batik Natra lolos kurasi dan dapat mengikuti pelatihan leveling Management Operasional dan Sumber Daya Manusia. Dari pelatihan tersebut, banyak sekali ilmu yang kami dapatkan dan di-coaching untuk langsung kami terapkan di Batik Natra,’’ tegasnya.
Dari pelatihan tersebut, Yustika mengaku, mendapat banyak ilmu untuk meningkatkan produktifitas dengan meminimalisir pemborosan dalam operasional, POKA YOKE (mencegah kesalahan), serta pengaplikasian 5R di area produksi, (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin), dimana dampaknya meningkatkan kinerja, lebih efektif dan efisien, meningkatkan kenyamanan, serta keamanan kerja yang sangat berkorelasi dengan meningkatnya produktifitas.
Menurut Yustika, jalan digital yang dipilihnya membuahkan hasil. 60 persen penjualan didominasi online, yakni dari medsos (Instagram dan Facebook) dan whatsapp (WA) serta e-commerce melalui Shopee dan Blibli. Sedangkan 40 persen dari penjualan offline melalui berbagai exhibition yang diikutinya.
‘’Omzet Batik Natra per bulan sekitar Rp50 juta-an, dengan total aset mencapai Rp1,6 Miliar, alhamdulilah,’’ ujar Yustika.
Kini, pasarnya meluas, bukan lokal tapi juga global. Batik Natra dipasarkan ke berbagai kota di Jawa, Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi. Konsumennya pun menembus pasar global, mulai dari Hong Kong, Korea, Inggris hingga Jerman.
Jalan digital juga dipilih oleh Bintari Saptanti, pemilik Bakmi Sundoro. Bermula dari usaha warung bakmi jawa khas Jogja, nasib Bakmi Sundoro berubah total saat pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Kebijakan lockdown di ibukota Jakarta, membuat warung bakmi Sundoro terpuruk. Semua tempat usaha saat itu dilarang buka, dan jadi pukulan telak yang berimbas pada berhentinya operasional warung bakmi.
Bintari mengaku, semula dia tak pernah membayangkan sama sekali soal jualan online. Jangankan bikin akun, buka email saja perempuan beranak lima ini tak sanggup. ‘’Saya ini gaptek, kalau buka email pasti minta tolong anak saya. Apalagi mau jualan online. Gak kebayang sama sekali,’’ ungkap Bintari.
Bintari Saptanti menunjukkan dua varian produk Bakmi Sundoro.
Tempat usaha miliknya berada di ruko berukuran kecil di kawasan pertokoan Jatisari BSB, Ngaliyan, Semarang. Lantai bawah ruko dijadikan pabrik pengolahan mi, sedangkan lantai dua jadi kantor marketing.
‘’Saat itulah, saya ketemu Blibli.com, ditawari berjualan online. Oleh pihak Blibli, saya dibuatkan akun, dibantu posting foto-foto bakmi di jendela Bakmi Sundoro yang ada di Blibli.com,’’ ungkap Bintari, yang menjabat co-founder Bakmi Sundoro.
Berkat dukungan dan bimbingan yang intens dari pihak Blibli, penjualan bakmi Sundoro terdongkrak naik. Bintari tak menyangka, jika bakmi miliknya disukai pembeli dari berbagai daerah di Tanah Air, bahkan hingga Papua. Bahkan, pembeli yang berminat jadi reseller pun berdatangan.
‘’Awalnya produk kami berupa frozen (mi beku). Ternyata banyak kendala, mulai dari kebutuhan freezer hingga kendala waktu pengiriman melalui jasa kurir. Blibli usul bakmi dibuat kering agar bisa dikirim ke mana saja, tanpa takut basi. Tapi kendalanya, harga mesin pengering sangat mahal, kami tak mampu beli. Rembukan sama suami, kami akhirnya mampu mengeringkan mi tanpa harus digoreng atau pakai mesin mahal. Cukup dikeringkan dioven, agar kadar air berkurang,’’ paparnya.
Cara itu berhasil. Bakmi Sundoro yang sudah disertifikasi Badan POM, SNI dan sertifikasi halal dari MUI, dinyatakan sehat dan aman bagi penderita diabetes karena rendah kandungan gula. Begitu pula kemasan kian dipercantik. Dari semula plastik biasa, berganti ke kemasan plastik ramah lingkungan berstandar US FDA (United States Food and Drug Administration/Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat).
Proses pembuatan mi di pabrik Bakmi Sundoro.
Penggunaan kemasan ramah lingkungan itu pun berkat sentuhan Blibli. ‘’Dengan produk ramah lingkungan yang telah berstandar FDA, maka produk bakmi Sundoro bisa melenggang bebas jika dijual atau diekspor ke mancanegara, termasuk AS,’’ kata Samsul Arif, Brand Relation Officer Blibli.com.
Dengan kemasan itu, bukan saja memenuhi pasar domestik, Bakmi Sundoro bahkan telah merambah pasar mancanegara, mulai dari Singapura, Malaysia, Hongkong, Australia hingga Swiss. ‘’Belum ekspor, untuk sementara ini kami baru melayani order pembeli kami di sana,’’ ujar Bintari, keturunan ke-7 Sri Sultan Hamengkubuwono II ini.
Di dalam negeri, Bakmi Sundoro telah hadir di 480 toko dan pasar swalayan, dengan penjualan terbesar berada di kawasan Jabodetabek. Di Jogja, yang menjadi kampung asal Bintari, Bakmi Sundoro tercatat memiliki pasar khusus, dan sukses menembus toko swalayan terbesar di kota gudeg tersebut.
‘’Penjualan kami sebulan rata-rata 800 karton isi 32 buah, dari total kapasitas produksi yang mampu mencapai 1.400 karton,’’ imbuhnya, yang mengambil brand Sundoro dari nama kecil Sri Sultan HB II.
Bintari kini mengaku jatuh cinta pada berjualan online. Apa yang membuatnya jatuh cinta? ‘’Jejak digitalnya itu. Jejak digital di dunia maya tak bisa terhapus. Itu yang membuat kami mudah mencari SEO untuk produk kami. Dulu kalau googling Bakmi Sundoro, yang muncul pasti nama gunung Sindoro, tapi kini pasti akan bermunculan nama Bakmi Sundoro dan Blibli.com,’’ tambah perempuan bergelar bangsawan Raden Nganten ini, bersemangat.
Beragam keuntungan diperoleh para mitra UMKM Blibli. Selain promo, Blibli juga memberi layanan notifikasi kepada setiap user, seller, maupun buyer.
‘’Setiap kali kita klik, pasti muncul notifikasi di layar ponsel kita. Itu jejak digital yang saya suka dari Blibli, membuat produk Bakmi Sundoro makin dikenal luas konsumen,’’ tandasnya.
Bahkan, tanpa dinyana pula, Bakmi Sundoro muncul dalam siaran sebuah stasiun radio swasta. ‘’Padahal, saya gak pasang iklan di radio itu, tiba-tiba diberitahu pihak Blibli kalau produk saya disiarkan radio, bener-bener gak nyangka,’’ tambah Bintari, dengan nada riang.
Bukan hanya itu, beragam pameran pun ditawarkan kepada pelaku UMKM untuk berpartisipasi. Bahkan dia pernah ditampilkan Blibli dalam sebuah podcast bareng Kaesang Pengarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo.
‘’Yang bikin saya surprise saat Bakmi Sundoro dimasukkan dalam Galeri Indonesia Kaya di Grand Indonesia bersama beragam produk UMKM unggulan dari berbagai daerah di Tanah Air,’’ pungkasnya, dengan wajah sumringah.
Head of Branch Blibli Jateng-DIY, Darma Habibie mengatakan, setiap mitra mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju bersama Blibli. Menurutnya, pendampingan intens dapat membantu mitra Blibli meningkatkan kualitas dan jangkauan produk.
"Kami selalu menekankan pada mereka untuk melakukan perubahan mindset. Mindset bisnis yang selama ini masih konvensional, kita ubah secara radikal untuk berbisnis secara online," ujar Habibie.
Assistant Manager PR Blibli Rivan Tanjung menjelaskan, Blibli menyediakan beragam promo untuk para mitra UMKM, mulai dari Banner, Reguler (flashsale, blilokal, xcampaign, double date, BPD), Thematic (hari batik, hari UKM, dll. Ada pula Promo galeri kolaborasi (Bank Indonesia, Kementerian, Bangga Buatan Indonesia, Tirta Lie, bank swasta), dll.
Selain itu, para mitra UMKM juga memperoleh keuntungan, berupa pendampingan, ada rumah khusus Galeri Indonesia, gratis ongkir, free photoshoot. Keuntungan lainnya, berupa fasilitas Free Fullfilment by Blibli (titip gudang gratis), pemberian modal promosi bliklan senilai Rp5,4 juta, free kelas training (Blibli University), masuk LPSE Bela Pengadaan, dll.
Brand Relation Officer Blibli, Samsul Arif menambahkan, salah satu titik lemah yang harus diubah secara fundamental dari para pelaku UMKM adalah mental.
‘’Mental mereka yang umumnya gak percaya diri dan mau buru-buru untung cepat harus diubah. Kita ajarkan mereka untuk mampu mengubah mindset dan mental mereka agar mau berinovasi, bersemangat untuk maju dan punya mental petarung agar sukses berbisnis online di marketplace,’’ ujar Samsul.
UMKM Go Digital
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng Eddy Sulistiyo Bramiyanto kepada RMOL Jateng menjelaskan, UMKM di provinsi ini yang telah tergabung ke dalam ekosistem digital (UMKM Go Digital) tercatat sebanyak 17.497 UMKM, terdiri dari Onboarding UMKM Go-Shop 1.425 UMKM, Ruang Lingkup Digital (RONDI) 450 UMKM, Onboarding UMKM di Blangkon Jateng 9.133 UMKM, Program 1 siswa 1 UMKM sebanyak 290 UMKM, Marketing online UMKM difabel 15 UMKM, dan Heterospace 6.184 UMKM.
‘’Saat pandemi Covid-19 lalu, kami bekerja sama dengan Gojek melalui promo Banner Go-Food, yang telah mendapatkan omzet Rp2,5 miliar. Promosi virtual UKM Virtual Expo (UVO) yang menjaring pembeli hingga luar negeri dan menangguk omzet hingga Rp 4,8 miliar. Kerjasama itu hingga saat ini masih terus berlanjut,’’ kata Eddy.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng, Eddy S Bramiyanto.
Eddy Bramiyanto menambahkan, pihaknya terus mengajak dan melakukan pembinaan kepada para pelaku UMKM untuk masuk dalam ekosistem digital melalui peningkatan literasi digital bagi segenap masyarakat di Jawa Tengah melalui aneka pendidikan pelatihan, bimbingan teknis, serta workshop.
Selain itu, mendorong peningkatan akses pembiayaan bagi para pelaku UMK melalui berbagai program subsidi bunga kredit dari Pemerintah ataupun program kredit murah dari perbankan, serta fasilitasi dan pendampingan ekspor bagi para pelaku e-commerce Provinsi Jawa Tengah.
Pihaknya juga memberikan fasilitasi usaha kemitraan antara pelaku UMKM dengan jasa pengiriman guna meningkatkan jangkauan pengiriman produk ke berbagai daerah.
‘’Ada Kampus Shopee di UMKM center yang bekerjasama dengan Dinkop UKM untuk pelaku UMKM dapat belajar memasukkan produknya dalam marketplace,’’ ujarnya.
Dalam catatan Gojek, transaksi GoShop di Jateng naik 38 persen pada masa pandemi 2020. UMKM merupakan bagian dari masyarakat yang terdampak selama pandemi. Gojek, sebagai bagian dari GoTo, berkomitmen untuk mendukung bangkitnya UMKM lokal dan industri logistik melalui pemanfaatan ekosistem digital sebagai bagian dari usaha untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Pemerintah sendiri sangat memberi perhatian serius kepada 64,2 juta UMKM Indonesia untuk bisa onboard go digital, karena potensi ekonomi digital Indonesia yang besar. Bahkan, Pemerintah telah menargetkan agar pada 2024, jumlah pelaku UMKM yang tergabung ke dalam ekosistem digital dapat meningkat pesat hingga 30 juta pelaku melalui Program Nasional Gerakan Bangga Buatan Indonesia.
Melalui peta jalan itu diharapkan dapat menghasilkan unicorn dan startup digital baru di sektor jasa keuangan digital, digitalisasi perindustrian, media hiburan (digital broadcasting), pertanian dan perikanan digital, pendidikan digital, kesehatan digital, serta real-estate atau perkotaan digital. Peluang yang amat besar mengingat ekonomi digital Indonesia pada 2025 diproyeksikan berkembang dari USD44 miliar menjadi USD124 miliar atau setara dengan 40% dari nilai ekonomi digital ASEAN.
Literasi Keuangan
Optimisme pencapaian target UMKM masuk sistem digital pada tahun ini, kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat, harus diikuti peningkatan literasi keuangan para pelaku ekonomi kerakyatan itu.
"Optimisme dalam mencapai suatu target memang sangat penting. Namun lebih penting lagi mempersiapkan para pelaku UMKM dalam menyikapi perubahan sistem dan ekosistem digital yang cepat dan sarat tantangan dalam berbisnis," tegas Lestari Moerdijat.
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.
Pada kesempatan UMKM Digital Summit, pertengahan bulan lalu, Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kementerian Koperasi dan UKM menegaskan optimismenya bahwa target 24 juta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) on boarding digital tercapai di tahun 2023.
Selain menargetkan 24 juta UMKM on boarding digital 2023, pemerintah juga mematok angka sebanyak 30 juta UMKM masuk ekosistem digital hingga 2024.
Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, kesiapan teknis para pelaku UMKM dalam memasuki ekosistem digital harus dipersiapkan dengan baik.
Apalagi, sistem digital itu dimanfaatkan untuk mekanisme pembiayaan dan transaksi yang merupakan bagian penting dari proses produksi para pelaku UMKM tersebut. Selain mempermudah proses pembayaran dan pembiayaan, kata Rerie, digitalisasi UMKM juga sangat penting untuk mendukung proses pemasaran.
Proses adaptasi dari sistem konvensional ke sistem digital di sektor UMKM, menurut dia, harus mendapat perhatian serius, agar proses transformasi sektor UMKM ke ekosistem digital dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
‘’Jangan sampai target jumlah UMKM yang masuk ekosistem digital tercapai, tetapi pemahaman para pelaku usaha terhadap sistem digital yang dijalankannya masih kurang sehingga malah berpotensi menghambat perkembangan usaha mereka,’’ tegas Rerie.
Pihaknya sangat berharap, para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah mampu berkolaborasi dengan baik dalam mengawal proses digitalisasi UMKM di tanah air secara menyeluruh.