Rencana mediasi antara kelompok Papua dengan bos
Bahana Lintas Nusantara (BLN) Group difasilitasi Polres Salatiga, Rabu (26/6) urung terjadi.
- Pakar: Keadilan Restoratif, Prioritas Dalam Revisi KUHAP!
- Polrestabes Semarang Ingatkan Masyarakat Jogo Semarang
- Banyak Warga Jadi Korban Perdagangan Orang, SBMI Wonosobo Gelar Festival Migran
Baca Juga
Pertemuan berlangsung di Rumah Makan Rumah Makan Joglo Rini Salatiga itu turut dihadiri Kapolres Salatiga AKBP Aryuni Novitasari, perwakilan Dinas Koperasi, Asisten Walikota Sidqon Effendi dan Dandim 0714 Letkol Inf Guvta Alugoro Koedoes
Tercatat, pertemuan guna membahas buntut pembukaan lahan tambang emas di Kampung Sawe Suma, Distrik Urunum Guay, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua yang melibatkan perusahaan BLN Salatiga sebagai pemodal membuat Forkopimda 'nyanggong' lebih dari satu jam.
"Tujuan mediasi agar permasalahan yang melibatkan para pihak cepat selesai. Namun tidak dihadiri perwakilan BLN Group dan akan kami jadwal mediasi ulang," kata AKBP Aryuni Novitasari kepada wartawan.
Ia mengungkapkan, mediasi yang keempat ini hanya dihadiri pihak Marten datang bersama penasehat hukumnya Alvares. Terlihat juga, anak pemilik lahan Barnabas Yasa juga hadir.
Alasan pinak Nico tak hadir, disebutkan Kapolres ada kepentingan lain. Ketika dikomunikasi perwakilan Nico memberikan jawaban dan berencana hadir.
Kapolres Salatiga AKBP Aryuni Novitasari menambahkan, mediasi yang dijadwal kali ini tindaklanjut dari mediasi sebelumnya bertempat di Polres Salatiga sebanyak dua kali. Karena kata dia, lokasi permasalahan utama berada di Provinsi Papua.
Ia yakin, persoalan ini akan menemukan jalan keluar karena para pihak dinilai membuka opsi penyelesaian dan memiliki niat baik menyelesaikan masalah.
Pihaknya tidak inginnya masalah ini tidak berlarut-larut.
"Kami ingin semua aman, nyaman dan menjaga situasi di Kota Salatiga," imbuhnya.
Sementara, Plh Wali Kota Salatiga Wuri Pudjiastuti saat dikonfirmasi mengaku tengah perjalanan dinas ke Jakarta. Ia berharap, persoalan antara kelompok Papua dengan Bos BLN di Salatiga dapat diselesaikan secara bijaksana dan damai.
Disinggung apakah konflik ini berdampak predikat Salatiga sebagai Kota Tertoleransi, Wuri menegaskan tidak.
"Tidak sampai memperagakan. Tapi diharapkan kedamaian di Salatiga," ucapnya.