Masjidil Haram pun Menjadi Laut Jutaan Manusia

Pernik Pernik Umroh Pasca Pandemi Covid-19 (1)

Pengantar: Pandemi menerungku seluruh denyut nadi, tak terkecuali ibadah, termasuk umroh dan haji. Karenanya ini menjadi istimewa. Arab Saudi Kembali membuka penuh Masjidil Haram (Makkah), dan Masjid Nabawi (Madinah). Bagaimana denyut spiritual sepanjang Ramadan di tanah suci, berikut catatan berseri Jayanto Arus Adi, Pemimpin Umum RMOL Jateng yang melaksanakan ibadah umroh persis saat Ramadan ini. 


Labbaik Allahuma labbaik,

Labbayka la sharika laka labbayka,

innal hamda wanni'mata 

laka wal mulka la sharika lak.

Menyaksikan lautan manusia thowaf mengeliling Kabah menjadi sebuah magnet tersendiri bagi kaum muslimin. Saya merasakan pengalaman spiritual serupa secara langsung Ramadan kali ini. Terhitung sejak 5/4 lalu saya melaksanakan ibadah umroh. Ketika tulisan ini saya buat sesungguhnya sedang rehat setelah beberapa hari aktivitas cukup padat sejak menjejak kaki di Kota Madinah. 

Hari pertama, belum lagi tiba di Madinah kami bersama rombongan harus bersiap mengambil miqot untuk melaksanakan rukun umroh di Jeddah. Jadi masih dalam suasana jetlag setelah penerbangan sekitar tujuh jam dari Bandara Soekartono Hatta Jakarta, tanpa jeda waktu aklimatisasi kami bersiap melakanakan umroh. 

Dari Jakarta, sempat transit di Abu Dabi, kemudian lanjut ke Jedah kami menumpang Etihad Airline. Pesawat relatif  nyaman, sayang pendingin udaranya kurang maksimal. Jadi tak perlu berselimut karena suasana di kabin malah cenderung sedikit ‘sumuk’.

Suasana masih pagi, ketika Etihad mendarat di Jedah. Namun suasana agak ‘kemrungsung’ lantaran check in Pabean juga lumayan ribet. Belum lagi kami dan rombongan, yang notabene adalah jamaah umroh beberapa belum sempat menunaikan solat Magrib dan Isyak. Jadi seperti saling berakrobat, ke sana ke mari mencari tempat wudlu dan solat karena takut kehilangan waktu.

Etihad lepas landas dari Jakarta Pk 17.55, jadi memang praktis kami berbuka puasa, juga menunaikan solat maghrib dan isyak di pesawat. Sebenarnya kalau hitung hitungan waktu masih keburu solat isyak di Jedah, namun proses imigrasi, kemudian pengambilan bagasi, dan suasana belum begitu familiar di Jedah, apalagi waktu masih begitu gelap, tak pelak membuat suasana diliputi kebingungan.

Saya sendiri tak luput mengalami hal serupa. Bahkan usai menunaikan solat subuh jam tangan sempat tertinggal. Awalnya saya tidak sadar kalau jam itu tertinggal, namun belakangan setelah beberapa hari pembimbing umroh dari biro ABBA, Ibnu Salim menginfokan, ada jam tertinggal. Alhamdulillah, setelah semi pasrah akhirnya jam yang ada kenangan kecil, lantaran souvernir dari temen saat berkunjung ke USA dapat kembali

Umroh serasa Haji

Animo umroh Ramadhan ini memang begitu luar biasa. Sejak dari awal berangkat pimpinan ABBA Tour and Travel, Biro yang menangani keberangkatan kami, Jumadi Sastradiharja telah menyampaikan pesan serupa. Namun pesan itu tidak terlalu mengusik pikiran karena niat melaksanakan ibadah umroh. Apalagi kondisi secara faktual juga belum tergambar di benak jamaah. Baru ketika umroh pertama, yakni lepas dari Jedah, tak lama setelah transit untuk sekadar check in di Hotel, Zwar Al Beits kami merasakan susana yang begitu menggetarkan.

Terasa sekali atmosfir yang begitu menggigit bathin dengan eskalasi umroh kali ini. Menurut Ibnu Salim pemandu ibadah dari ABBA jamaah yang memilih umroh Ramadan ini jumlahnya sungguh luar biasa. Suasana Masjidil Haram begitu rapat, begitu padat seperti pelaksanaan jamaah haji. Kecenderungan itu sangat bisa dipahami, karena menurut otoritas Masjidil Haram pemerintah Arab Saudi telah membuka kran secara penuh.

Jadi ibarat air bah yang selama dua tahun tertahan ramadan ini mengalir deras ke bawah. Alhamdulillah jeda karena pandemi covid dimanfaatkan otoritas pengelola Masjidil Haram dan Pemerintah Arab Saudi untuk meningkatkan fasilitas fasilitas pendukung, dan pengembangan daya tampung. Merujuk informasi dari Situs Resmi Badan pengelolaan Masjidil Haram saat ini mampu menampung 10 juta jamaah dalam waktu bersamaan.

Semarak umroh serasa Haji tampak di pelataran utama kabah, dan tempat melaksanakan Sai, yakni dari Bukit Safa sampai Marwah. Hampir sepanjang waktu, selama 24 jam tidak pernah sepi.    

KH Asrori Pimpinan Ponpes Roudlotut Tholibin, Jragung, Karangawen mengungkapkan hal senada. Menurutnya meski dalam suasana Ramadhan, artinya jamaah juga melaksanakan puasa, namun kegiatan umroh tetap berlangsung penuh hikmat dan takzim. (bersambung)