Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran, Laku Tapa Bisu

Kirab Tapa Bisu di Pura Mangkunegaran setiap Malam Satu Suro. Dian Tanti/RMOLJateng
Kirab Tapa Bisu di Pura Mangkunegaran setiap Malam Satu Suro. Dian Tanti/RMOLJateng

Pura Mangkunegaran memiliki tradisi unik setiap mengawali perayaan pergantian tahun Baru Islam atau dalam tradisi Jawa dikenal dengan sebutan Malam Satu Suro. 


Jika di Kraton Kasunanan Surakarta memiliki tradisi Kirab Kebo Bule, di Pura Mengkunegaran sendiri memiliki tradisi  Laku Tapa Bisu dengan mengelilingi Pura Mangkunegaran.

Dimana seluruh peserta laku tapa bisu terlihat mengenakan busana Jawa berupa beskap lengkap untuk pria. Sedangkan peserta kirab wanita juga terlihat mengenakan nyampingan ukel ageng. 

Mereka yang mengikuti tapa bisu itu berkeliling tanpa mengenakan alas kaki. Dan selama prosesi kirab berlangsung, tidak satu orangpun diperbolehkan untuk berbicara meskipun hanya berbisik. 

Kirab sendiri diikuti oleh para kerabat serta masyaraka, dan beberapa pejabat. Dan semua peserta berjalan berkeliling sembari tapa bisu atau berjalan dengan berdiam diri. Makna dari berdiam diri tersebut sebagai bentuk perenungan. 

Biasanya pusaka-pusaka milik Pura Mangkunegaran juga ikut dalam kirab keliling tembok Mangkunegaran. Pusaka tersebut berupa tiga buah  tombak dan satu buah pusaka berbentuk jodang. 

Kepada awak media belum lama ini KGPAA Mangkoenagoro X menjelaskan peringatan Malam 1 Sura di Praja Mangkunegaran terdiri dari beberapa prosesi.

Diiantaranya kirab pusaka-dalem dan Semedi. Pada saat Kirab Pusaka-dalem, para peserta kirab akan melakukan tapa bisu atau berjalan dalam kesunyian.

Sebagai upaya untuk mewujudkan kebebasan batin dari gangguan hawa nafsu dan emosi serta memperolehkeseimbangan batin dalam memasuki tahun yang baru. 

“Pada malam 1 Sura, momen pergantian tahun dilaksanakan dengan kesakralan, ketenangan, dan penuh penghayatan,” terang Gusti Bhre panggilan akrabnya. 

Gusti Bhre menambahkan, untuk rute kirab malam Satu Suro akan diperpanjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya kirab hanya memutar tembok Pura Mangkunegaran, kali ini diperpanjang lebih jauh ke arah Ngarsopuro dan Slamet Riyadi untuk kembali mengitari tembok Pura (Mangkunegaran). 

"Kan sebelumnya juga pernah dilaksanakan  pada masa Pemerintahan Mangkunegara IX," pungkasnya.