Mahasiswa dan Civitas Akademika UMK Dihimbau Galang Dana Bantu Korban Banjir

Muria Podcast bersama Kabag Rencana Pembangunan Linfokom Yusuf Istanto dan Rektor UMK, Prof. Darsono. Arif Edy Purnomo/Dok.RMOLJateng
Muria Podcast bersama Kabag Rencana Pembangunan Linfokom Yusuf Istanto dan Rektor UMK, Prof. Darsono. Arif Edy Purnomo/Dok.RMOLJateng

Bencana banjir yang melanda Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, memantik reaksi dari para alumni Universitas Muria Kudus (UMK) dari berbagai daerah dan alumni yang berada luar negeri.

Karena itu pula, seluruh mahasiswa dan civitas akademika UMK, mereka menggalang bantuan bagi korban banjir.

Imbauan itu diserukan dosen Fakultas Hukum UMK yang juga Kabag Rencana Pembangunan (Renbang) Linfokom, Yusuf Istanto dan Rektor UMK, Prof. Darsono dalam podcast bertajuk “Muria Podcast”, dengan tema “Suasana Ramadan di Lingkungan UMK dan Luar Negeri”, Rabu (20/3).

Podcast kali ini dilaksanakan secara hybrid. Selain Rektor UMK, juga dihadirkan para alumni kampus setempat yang berkiprah di luar negeri.

Mereka adalah Salman Alfarisi yang kini berada di Tokyo Metropolitan University, Japan. Serta Trisyanto Prabowo, yang tengah menjalani ibadah puasa di Ohio, Amerika Serikat.

Dalam podcast itu, Prof. Darsono menyampaikan, pelaksanaan Bulan Ramadan tahun ini diwarnai musibah banjir di daerah Kudus dan sekitarnya,. Pihaknya pun turut prihatin terhadap civitas akademika UMK khususnya yang terdampak banjir.

“Saat ini, sejumlah mahasiswa, Disaster Response Managemen Center (DRMC) dan Ikatan Wanita (IW) UMK sudah aktif menggalang dan memberikan bantuan kepada warga terdampak banjir,” ujar Darsono.

Selama bulan Ramadan kali ini, Darsono mengajak seluruh civitas akademika UMK untuk mengaplikasikan ketaqwaan mereka. Sehingga ada pupuk yang nantinya dapat menyuburkan UMK, agar semakin tumbuh maju dan menjadi universitas yang unggul.

Sementara itu, dosen Teknik Industri UMK yang saat ini menempuh pendidikan di Tokyo Metropolitan University, Japan, Salman Alfarisi mengaku, hal yang paling dirindukannya di bulan Ramadan yakni suara Adzan. Sebab di Jepang memang tidak memperbolehkan adanya suara adzan yang dikumandangkan secara lantang.

“Satu-satunya yang boleh (dikumandangkan adzan secara lantang) yakni di Masjid Istiqlal yang ada di Osaka yang diresmikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin beberapa waktu lalu,” terangnya.

Terkait variasi menu buka puasa di Jepang, Salman mengakui memang sangat terbatas. Mengingat menu makan yang halal di Jepang relatif sedikit.

“Kita di sini juga ada komunitas muslim, ketika ada momen buka bersama itu banyak menu lengkap, mulai dari masakan Indonesia hingga masakan khas negara muslim lainnya,” paparnya.

Di sisi lain, Trisyanto Prabowo S.Pd, salah satu alumni Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UMK yang saat ini bekerja di Asian Food di Ohio, Amerika Serikat, juga menceritakan suasana Ramadan di Amerika yang berbeda jauh dengan di Indonesia.

“Untuk salat teraweh, jarak ke masjid terdekat itu bisa sampai 1 jam perjalanan (dengan mengendarai mobil). Karena itu, kita lebih sering salat teraweh bersama keluarga atau kerabat dan rekan sesama muslim di rumah,” pungkasnya.