Limbah Mie Gacoan di Jalan Sukowati Nomor 51, Kalicacing, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga mencemari sumur warga yang ada di belakangnya.
- Perhutani Banyumas Timur Harus Hentikan Perambahan Hutan Rogojembangan
- Komitmen KPH Pekalongan Barat Terhadap Penanganan Kerusakan Hutan Lindung
- Mengadu Ke DPRD, Warga Pracimantoro Ingin Mempertahankan Ruang Hidup Dan Penghidupannya
Baca Juga
Meski pun pihak managemen Mie Gacoan Salatiga telah memberikan kompensasi berupa pembuatan jaringan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan membayar tagihan 4 (empat) bulan terakhir, namun kondisi sumur masih tercium bau.
Adalah Sutarmi (65) pemilik sumur yang tinggal di lingkungan RT01/RWIV, Kelurahan Kalicacing, Kacamatan Sidomukti, Salatiga.
"Tercemarnya yang paling parah itu tahun lalu. Sumur sampai berminyak, hitam pekat seperti kopi dan tidak layak dikonsumsi," kata Sutarmi, warga RT01/RWIV, Kelurahan Kalicacing, Kacamatan Sidomukti ditemui RMOLJATENG, Senin (24/06).

Mantan Ketua DPRD Salatiga Teddy Sulistio Saat Memegang Air Sumur Yang Tercemar Lmbah Mie Gacoan Salatiga. Erna Yunus B/RMOLJawaTengah
Tinggal bersama anak dan cucu, Tarmi, demikian Sutarmi biasa disapa, mengaku sumur sedalam 12 meteran tersebut sangat vital untuk sehari-hari.
Keberadaan sumur hanya dibatasi tembok dengan bangunan Mie Gacoan yang diduga sebagai dapur. Pasalnya, di atas tembok tersebut terdapat dua cerobong asap.
Secara turun temurun, air bawah tanah digunakan warga setempat untuk kebutuhan sehari-hari.
"Di sini setiap rumah memiliki sumur. Tapi sejak tercemar jadi repot. Sudah lima kali dikuras dan air sudah bersih tapi tetap saja masih berbau," ungkap dia.
Sempat diadukan ke Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga melalui Dinas Lingkungan Hidup, pihak manajemen Mie Gacoan akhirnya memasangkan Tarmi jaringan PDAM dengan rekening 4 bulan terakhir dibayarkan pengelola mie kekinian itu.
Namun, yang dikhawatirkan mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Salatiga, Teddy Sulistio dalam peninjauan langsungnya ke sumur milik Tarmi adalah bahwa limbah ini akan terus muncul ketika jaringan pembuangan tidak diperbaiki.
"Limba ini merembet tidak hanya ke rumah bu Tarmi saja kalau tidak segera ditangani. IPAL (Instalasi Penanganan Air Limbahnya-red) dipertanggungjawabkan, karena pembuangan limbah Mie Gacoan ini berada di tengah pemukiman," ujat Teddy.
Sesepuh PDI-P itu pun berharap, managemen Mie Gacoan untuk melakukan cek ulang terkait instalasi limbahnya karena usaha itu tidak ada yang tahu kedepannya seperti apa.
"Laris-laris (boleh-red), tapi jangan menimbulkan kerugian ke warga. Ini dijadikan koco benggolo (cermin atau introspeksi-red)," pungkasnya.
Terpisah, Manager Mie Gacoan, Winarti, saat dikonfirmasi mengaku akan membawa persoalan ini ke bagian/divisi yang menangani.
"Kebetulan saya sedang libur ini. Dan untuk penanganan terkait jaringan limbah memang ada unitnya sendiri. Yang pasti, akan segera kami tindak lanjuti," papar Winarti.
- Paus Pembela Kaum Papa Dan Rentan Nan Sederhana Itu Telah Berpulang
- Jaga Kenyamanan, Dishub Batang Alihkan Truk Sumbu Tiga Ke Jalan Tol
- Kartini Masa Kini, Tetap Berkontribusi Dan Jaga Tradisi