Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk tidak merokok di Kawasan Tanpa Rokok (KTR) menjadikan tantangan terbesar Kota Surakarta untuk meraih predikat Kota Layak Anak paripurna.
- Monpres Festbruari 2025 Digelar di Monumen Pers Solo, Bertema 90's Jejak Kejayaan Pers Indonesia
- Teguh Prakosa Legawa Tanggapi Hasil Hitung Cepat Pilkada Solo
- Jelang Detik Akhir, Partai Ummat Dukung Teguh-Bambang Gage
Baca Juga
“Banyak yang belum menyadari, mereka tidak bisa menempatkan diri (merokok di KTR),” ungkap Wakil Walikota Solo Teguh Prakosa, Sabtu (21/5).
Pihaknya tidak menampik, cukai rokok menjadi penyumbang terbesar pendapatan cukai negara. Hanya saja dirinya prihatin dan menyayangkan perilaku masyarakat yang tetap merokok di kawasan publik yang bebas area rokok.
“Jangan lupa memang rokok jadi penyumbang devisa yang besar juga. Perlu adanya pemisahan area (perokok dan tidak merokok) di tempat umum,” lanjutnya.
Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Surakarta juga sampaikan kawasan tanpa rokok (KTR) masih menjadi tantangan terbesar di Kota Surakarta.
Sejauh ini pihaknya menemukan 962 iklan rokok terpasang di Kawasan Tanpa Rokok. Hal itu berdasarkan hasil survei di 128 sekolah dengan radius 150 meter dari pintu masuk keluar sekolah.
“Di dekat sekolah harusnya bebas iklan rokok tapi kenyataannya puluhan sekolah masih cukup banyak," beber Kepala DP3AP2KB, Purwanti.
Dirinya menyebut dari 962 temuan, iklan promosi dan sponsor rokok di dekat sekolah terbanyak ditemukan di Kecamatan Jebres.
“Paling banyak temuan di Kecamatan Jebres. Sekitar 226, disusul kawasan Laweyan 206 temuan,” pungkasnya.
- Monpres Festbruari 2025 Digelar di Monumen Pers Solo, Bertema 90's Jejak Kejayaan Pers Indonesia
- Teguh Prakosa Legawa Tanggapi Hasil Hitung Cepat Pilkada Solo
- Jelang Detik Akhir, Partai Ummat Dukung Teguh-Bambang Gage