Lebaran, Tak Lengkap Tanpa Icip-icip Makanan Khas

Kuliner lebaran dihidangkan untuk jadi pelengkap momen kebersamaan dan kekeluargaan saat silaturahmi bersama keluarga besar. Dicky Aditya/RMOLJateng
Kuliner lebaran dihidangkan untuk jadi pelengkap momen kebersamaan dan kekeluargaan saat silaturahmi bersama keluarga besar. Dicky Aditya/RMOLJateng

Hari Raya Idul Fitri atau bisa disebut Lebaran, tak akan lengkap tanpa suguhan makanan khas. Ketupat, opor ayam, rendang, dan sambal goreng menjadi 'warna' yang begitu identik bagi umat muslim merayakan kemenangan usai sebulan penuh menahan hawa nafsu dengan berpuasa.


Seperti diakui warga Tlogosari, Ida yang mengatakan, lebaran bakal hambar jika tidak lengkap dengan berbagai menu khas. Kuliner lebaran sudah sepatutnya wajib ada untuk pelengkap kebahagiaan disaat penuh kebersamaan. 

"Silaturahmi jalan tetapi bisa semakin lengkap jika ada kuliner khasnya, jadi semakin hangat dan spesial. Apalagi kalau di tempat halal bihalal keluarga besar, nimbrung ke sana kemari untuk icip-icip makanan karena mumpung," ucapnya. 

Kuliner untuk menemani lebaran yang dihidangkan, memang sengaja khusus disiapkan hanya saat lebaran saja. Di setiap rumah, masyarakat mempersiapkan spesial kuliner lebaran tak tanggung-tanggung, belanja persiapan dibutuhkan banyak sekali, demi merayakan hari kemenangan. 

Bagi kalangan ibu rumah tangga, persiapan untuk memasak menu lebaran juga penuh perhitungan dan direncanakan. 

Seperti Mila, warga Gayamsari, meski saat ini bahan-bahan pokok sedang naik bukan halangan. Tetap menyiapkan kebutuhan untuk keluarga agar dapat berlebaran dengan berbagai macam pilihan kuliner, walaupun mesti merogoh biaya lebih. 

"Ya, beginilah demi keluarga tercinta agar bisa menikmati momen indah lebaran lengkap berbagai macam kuliner. Nggak masalah, meski mahal semua daging sapi, ayam, tetapi tetap beli demi anak-anak dan keponakan-keponakan," tutur dia. 

Kuliner lebaran yang selalu ada ibaratnya seperti syarat wajib dalam pandangan kebudayaan termasuk tradisi dan simbol. 

Di mata Pengamat Budaya Universitas Diponegoro (Undip), Dr Sri Puji Astuti, hidangan yang disajikan saat lebaran juga mirip dengan makna lebaran sendiri, hasil dari akulturasi budaya asing yang turun temurun dan senantiasa dilestarikan sampai saat ini. 

Kuliner dalam upacara adat juga selalu dihadirkan sejak zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia. Bahkan, menurutnya, kuliner juga menjadi simbol persatuan untuk memperkokoh silaturahmi. 

Dengan begitu, jika dimaknai keseluruhan, kata Sri, selain simbol juga memiliki tujuan agar hubungan bisa makin harmonis terlebih jika ditambah adanya acara makan bersama. 

"Untuk menu lebaran seperti opor, rendang, dan makanan-makanan bersantan pedas yang biasanya selalu dihidangkan masyarakat, sama seperti makna lebaran sendiri. Jadi, itu merupakan akulturasi budaya asing yang dilestarikan," papar Sri.

"Simbol persatuan dan hubungan harmonis didapatkan dari kuliner lebaran yang biasanya dikonsumsi bersama-sama dengan keluarga atau teman. Zaman dahulu setiap tradisi keagamaan atau budaya di Indonesia, juga pasti ada kuliner tertentu khas, dan itu pun demikian dengan kuliner lebaran, masyarakat menyajikan makanan-makanan berbagai pilihan untuk pelengkap kebersamaan, tetapi filosofinya juga ditujukan agar hubungan silaturahmi makin harmonis," tambah Sri menandaskan.