Lagi, Saluran Jadi Biang Keladi Banjir di Semarang

Banjir menggenangi Kawasan Simpang Lima sampai sepanjang Jalan Pahlawan, Semarang, usai hujan deras yang mengguyur Sabtu (17/2) sore. Dicky Aditya/Dok.RMOLJateng
Banjir menggenangi Kawasan Simpang Lima sampai sepanjang Jalan Pahlawan, Semarang, usai hujan deras yang mengguyur Sabtu (17/2) sore. Dicky Aditya/Dok.RMOLJateng

Kawasan Simpang Lima Semarang, pada Sabtu (17/2), tergenang air. Ironisnya, hal ini terjadi akibat masalah yang selalu sama, saluran!.

Bak penyakit kronis yang kambuh tiap tahun, saluran yang buruk selalu jadi momok utama penyebab banjir di Semarang. 

Memang, hal ini juga diakibatkan oleh sejumlah faktor, mulai dari intensitas hujan yang tinggi, kondisi demografi, hingga ancaman banjir rob. Tapi, mungkinkah tak ada solusi?.

Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang Suwarto memberikan penjelasan, banjir dan genangan di Kawasan Simpang Lima dipicu saluran air yang terbatas tidak cukup untuk membuang air cepat dalam waktu singkat. 

Menurutnya, genangan bisa surut sendiri bila saluran sanggup mengalirkan air dibuang agar tidak meluap, tetapi drainase di Simpang Lima belum mencukupi kebutuhan. 

"Masalahnya saluran air di Simpang Lima yang di bawah jalan kurang tidak mencukupi. Sehingga, jika hujan deras antara air yang ada di saluran bawah dan air mengalir tidak segera terbuang, kapasitas saluran keseluruhan belum memadai untuk memastikan cukup dialiri aliran air jumlah besar seperti kemarin. Ini yang jadi PR kita tetapi disesuaikan agar tidak perlu terlalu banyak membongkar infrastruktur, cukup secukupnya, agar prosesnya juga cepat," kata Suwarto, Minggu (18/2). 

Suwarto kembali melanjutkan, saluran di Kawasan Simpang Lima dan jalan-jalan protokol lain di Kota Semarang modelnya mirip. 

Secara teknis, masalah utamanya tidak adanya saluran besar di bawah jalan, sehingga air harus dialirkan ke selokan besar yang terpisah dari jalan, maka butuh waktu agar air mengalir sampai surut. 

"Sudah pernah dibenahi dua tahun lalu, aliran yang di bawah sisi barat yang ke arah Jalan Pandanaran dialirkan langsung ke selokan besar. Cukup efektif, untuk yang bagian tengah dan timur akan kita tinjau ulang, diduga pemicunya karena di situ air dialirkan lewat saluran kecil baru dibuang ke saluran besar selokan tidak dibuang langsung, makanya lama butuh waktu agar air terbuang," jelas dia. 

Untuk perbaikan, kata Suwarto, akan dilihat mempertimbangkan efektifitas agar tidak banyak merubah infrastruktur demi mempercepat pekerjaan dan supaya aman tanpa menggangu kenyamanan bersama di kawasan tersebut yang padat. 

"Tentu pertimbangan efektif nomor satu, kita tidak ingin merubah total saluran lama tetapi solusinya dibenahi. Di kawasan Simpang Lima tengah kota tidak mungkin jika pekerjaan membongkar infrastruktur semua riskan sekali merugikan orang banyak. Jadi, bagaimana agar pengerjaan cepat dan efisien serta tepat, dalam menangani genangan banjir," ucap Suwarto.