Kekeringan 2024 di Blora Diprediksi Lebih Parah Dibanding 2023

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora Jawa Tengah, Mulyowati, Rabu (31/7) Rubadi/RMOLJateng.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora Jawa Tengah, Mulyowati, Rabu (31/7) Rubadi/RMOLJateng.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora Jawa Tengah, Mulyowati mengatakan wilayah terdampak potensi kekeringan di Blora meningkat pada 2024.


Yang mana, pada tahun 2023 terdapat 185 desa terdampak kekeringan, pada tahun 2024 bertambah menjadi 196 desa. 

Ia mengatakan, di antara beberapa desa yang ada, empat desa cukup berpotensi dilanda kekeringan. Dua desa dari Kecamatan Todanan dan dua desa dari Kecamatan Kradenan. 

"Puncak kekeringan diperkirakan terjadi pada bulan Agustus mendatang. Pemerintah Kabupaten Blora juga sudah menganggarkan sebanyak Rp 105 juta," terangnya, Rabu (31/7) sore. 

Ia juga mengatakan Pemerintah Kabupaten Blora sudah mulai memetakan daerah yang berpotensi alami kekeringan. 

Pemkab Blora pun mulai mendiskusikan masalah kekeringan kepada pihak terkait guna mendapatkan bantuan air bersih. 

"Dropping air sudah dilakukan sejak Juni kemarin. Dimulai dari Kecamatan Jati," ungkapnya. 

Dia menjelaskan, potensi kekeringan di Blora mulai mengintai 16 kecamatan saat ini. Adanya penambahan desa yang mengalami kekeringan, akibat dipicu oleh cuaca panas tinggi saat siang hari.

Terpisah, Bupati Blora Arief Rohman mengatakan Pemkab Blora sudah mulai memetakan desa-desa yang terdampak kekeringan.  

Desa yang terdampak kekeringan nantinya akan dilaporkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mendapat bantuan. 

"Semoga untuk kekeringan tahun ini menurun dan tidak lebih parah dari tahun sebelumnya," harapnya.