Kampanye Budaya ‘Jarataloka’ Mahasiswa Universitas Semarang Warnai CFD Simpang Lima

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Semarang mengkampanyekan Jalinan Warisan Kerajinan Tangan Lokal atau Jarataloka dalam giat CFD di Kawasan Simpang Luma, Semarang, Minggu (2/6). Istimewa
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Semarang mengkampanyekan Jalinan Warisan Kerajinan Tangan Lokal atau Jarataloka dalam giat CFD di Kawasan Simpang Luma, Semarang, Minggu (2/6). Istimewa

Ada yang berbeda dalam giat Car Free Day (CFD) di Simpang Lima, Semarang, Minggu (2/6). Berbagai motif batik tradisional seperti Batik Simbut, Batik Parang, Batik Dayak, dan Batik Mega Mendung tergelar untuk diwarnai oleh 131 peserta yang dibuka secara umum dan gratis.


Uniknya lagi, aksi pewarnaan batik-batik tersebut dilakukan dengan menggunakan perubahan warna pada asam dan basa dengan memanfaatkan indikator alami. Salah satunya adalah, Kunyit yang digunakan sebagai pewarna dasar.

Kunyit bisa menghasilkan warna kuning, sementara larutan detergen memberikan warna merah. Menariknya, warna yang sudah diaplikasikan bisa dihapus menggunakan cuka, memberikan pengalaman edukatif tentang reaksi kimia sederhana.

Aksi ini merupakan kampanye budaya yang digagas sejumlah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Semarang, Semester 4, dalam mata kuliah Komunikasi Antar Budaya yang diampu oleh Dosen Ayang Fitrianti.

Kampanye bertajuk Jalinan Warisan Kerajinan Tangan Lokal atau Jarataloka ini sendiri bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan kekayaan budaya Indonesia melalui cara yang kreatif dan edukatif melalui kegiatan yang mengkreasikan kerajinan tangan lokal menjadi hal yang menyenangkan.

Rahma (21), salah seorang peserta mengaku senang bisa ikut serta dalam kampanye budaya ini. Menurutnya, Jarataloka tidak hanya sekadar aktivitas mewarnai, tetapi juga menjadi ajang edukasi dan promosi budaya yang efektif..

"Kegiatan ini menyenangkan, ada berbagai macam pilihan batik untuk di warnai dengan memanfaatkan reaksi asam basa" kata Rahma.

Dengan adanya acara ini, Rahma berharap akan lebih banyak lagi kegiatan serupa yang dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap budaya lokal. “Semoga melalui kegiatan kampanye budaya yang di gagas oleh para mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Semarang menjadikan CFD Simpang Lima bukan hanya tempat untuk berolahraga dan rekreasi, tetapi juga sarana untuk memperkaya wawasan budaya masyarakat,” imbuhnya.