Dua kakak beradik asal Salatiga Wildan Fahmi (21) dan Ivan Kirana (20) tergolong nekad dan berani mengambil risiko di tengah pandemi Covid-19.
- Satpol PP Kota Semarang Sosialisasikan UU Cukai Hasil Tembakau
- Balutan Pakaian Dalam Dari Demak Nan Lembut Nyaman Dipakai
- Jelang Nataru, Mendag 'Sidak' Harga Sembako di Pasar Gedhe
Baca Juga
Keduanya 'nekat' berjualan pakaian bekas alias 'awul-awul' meski tidak memiliki pengetahuan bisnis dan pengalaman berdagang dengan skala besar. Bahkan modal pun juga terbatas.
Ke duanya memiliki hobi berbelanja pakaian unik dan jarang ditemui dan dimiliki banyak orang dan berniat jualan 'Thrift' yakni pakaian bekas bermerk.
'Thrift' secara bahasa artinya adalah penghematan. Istilah 'Thrift' ini kemudian digunakan sebagai salah satu aktivitas membeli barang yang lebih murah karena barang tersebut sudah pernah digunakan.
Wildan Fahmi mengisahkan awal ia memulai bisnis pakaian bekas yang kini banyak diminati lantaran spesifikasi menjual T-shirts Jepang hingga hoodie Korean Style dengan label "Second Hand Winning Thrift 2020".
"Berbeda dengan 'awul-awul' yang ada di pinggiran jalan dengan pakaian menggunung, produk pakaian yang saya jual lebih ke koleksi T-shirts Jepang hingga Hoodie Korean Style sehingga semuanya bermerk," kata Wildan ditemui RMOL Jateng, di Salatiga, Selasa (14/12).
Usia yang masih sangat muda, tak menjadi penghalang keduanya berdagang baik secara luring di kawasan Jalan Dukuh Klumpit, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga hingga daring.
Terlebih bekal ilmu ditempuh adalah yakni Fakultas Hukum, diakui keduanya belajar dagang justru ada tantangan. "Tantangannya ada resiko yang harus dijalankan," aku Wildan.
Kemudian, mereka ingin memiliki penghasilan sendiri dan tidak merepotkan orang tua, prudak-prudak 'Thrift' milik keduanya cukup variatif.
Mereka tidak mengandalkan nama besar ke dua orang tua. Sang ibu seorang Dekan Fakultas Syari'ah IAIN Salatiga Periode 2019-2023. Dr. Hj. Siti Zumrotun, M.Ag dan ayah (almarhum) juga tokoh masyarakat yang terpandang di Salatiga.
Dengan modal awal Rp10 juta di kantong, Wildan resmi membuka Thrift Shop sejak Februari 2021.
"Saat itu ada uang Rp10 juta. Saya bukan secara offline di kawasan Tingkir ini, dan ada juga online jualan berbarengan," papar jebolan Mahasiswa Fakultas Hukum IAIN Salatiga itu, lugas.
Dengan modal minim, kakak beradik ini niat berburu pakaian second original kekinian diantaranya sweater, hoodie, T-shirt hingga celana jeans dengan hanya mengandalkan jejaring perkawanan. Tak lupa, berselancar di media sosial pun dilakoni keduanya.
Meski saingan di Salatiga toko sejenis lebih dulu marak, tercatat terdapat 50-an seller, tak mengurungkan tekad keduanya berbisnis 'Thrift'. Dengan spesifikasi menjual T-shirt Jepang, Hoodie Korean Style hingga sweater cukup jitu menarik minat pembeli khususnya kalangan pelajar hingga mahasiswi.
Tak jarang, kalangan karyawan perkantoran pun nyasar berburu ke toko "Second Hand Winning Thrift 2020".
Wildan mengaku tak malu berjualan pakaian bekas 'awul-awul', mengingat banyak pesaing menawarkan produk baru keluaran pabrikan modern saat ini.
"Memilih barang bekas, 'nggak' jijik justru lebih keren, di toko atau mall tidak ada di sini ada. Harga pun terjangkau dengan kantong pelajar dan mahasiswa. Untuk kebersihan kita jujur, jika ada noda gak bisa hilang ya kita sampaikan apa adanya. Yang pasti bersih," sebutnya.
Benar saja. Harga jual mulai dari Rp20 ribu terbanyak Rp50-80 ribu, prodak ditawarkan Wildan termahal Rp250 ribu.
"Itu termahal karena keluaran tahun sudah sangat lama sekali sekitaran tahun 80'. Jadi, banyak yang mencari," akunya.
Bisnis Wildan dan sang adik diakuinya sudah balik modal telah berjalan 10 bulan. Bahkan keduanya sudah pula bisa membantu orangtua.
Di saat sang adik libur kuliah, tak jarang Wildan mengikut sertakannya 'nyambi' kerja dengan ambil bagian dalam setiap pameran di mall atau pusat-pusat perbelanjaan di Jawa Tengah, khususnya.
Wildan yang pernah bekerja sebagai karyawan di bagian produksi di sejumlah pabrik, tukang sapu dibawanya perseorangan bahkan sering jualan es sejak duduk di bangku SMA memang lebih 'lihai' melihat peluang.
"Saya 'nyuri-nyuri' Ilmu dari melihat orang lain sukses kemudian diolah sendiri dengan management sendiri," ucapnya.
Sedangkan Ivan Kirana mengakui, sampai saat ini, omzet toko milik keduanya terbilang lumayan.
"Omzet penjualan cukup. Saat hujan penjualan di offline menurun tapi kita siasati gencar di penjualan online dan Alhamdulillah kenaikan cukup lumayan, 10-20 persen," ujar Ivan.
Dalam merambah bisnis online, Wildan dan sang adik memanfaatkan media sosial yang mereka miliki. Tak hanya Instagram, keduanya juga menjalin kerjasama dengan aplikasi dagang berbasis nasional.
Keduanya mengaku pernah putus asa dalam merintis bisnis ini.
"Ribet dan sempat putus asa, apalagi sekarang mainnya sudah bal bulan lagi bijian tcapek saat bongkar, dilanjutkan kuliah belum membagi dengan kuliah sehingga ada yang dikorbankan," akunya.
Dalam perjalanannya, usaha yang terus berkembang dan mulai banyak hang melirik dengan penjualan skala besar seorang karyawan pun telah dipekerjakan keduanya.
Impian ingin mengembangkan dan membuka cabang, Wildan dan sang adik tetap berprinsip kehati-hatian.
"Harus juga memperhatikan resiko. 'Wani ojo kewanen', artinya berani aja tidak memperhitungkan yang lain juga berat," imbuhnya.
Seorang customer AKBP (Purn) Rugaya Renwarin SH MHum mengaku barang yang dijual beraneka baju bekas impor dari Hong Kong, Taiwan, Korea dan Singapura.
"Meskipun bekas, kondisi baju yang dijual disini masih sangat layak pakai. Harganya pun sangat murah dan masih bisa ditawar lho. Jika beruntung bisa mendapatkan baju bermerek seperti GAP, Wrangler dan bahkan Dior. Gak nyangka!," tutur Rugaya yang juga Dosen IAIN Salatiga, antusias sebagai pelanggan.
Hal senada disampaikan Novika. Mahasiswi sebuah universitas di Salatiga ini menyebut baju-baju bekas yang dijual di "Second Hand Winning Thrift 2020" mengarah pada baju bekas yang berasal dari luar negeri.
"Walaupun baju bekas, kondisi baju-baju yang dijual di thrift shop masih bagus dan tak jarang juga ada baju yang terlihat seperti masih baru," beber Novika.
- Penjualan Terios Ditargetkan Meningkat 20 Persen di Jateng
- Berdikari Melalui Kopi Demi Menghimpun Pundi
- Susahnya Cari Gas Melon di Batang, Warga Sampai Keliling hingga Pekalongan