Agenda pencatatan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) melibatkan 6.300 perempuan berkebaya secara bersamaan menyeduh dan minum kopi, sukses dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara.
- BI dan Perbankan di Jateng Sumbangkan Darah di Hari Pahlawan
- Imbas Kecelakan Kereta Api, Wali Kota Semarang Minta Kementerian PUPR Segera Bangun Flyover di Madukoro
- IAIN Salatiga Hibahkan 5.002 m2 Tanah Untuk Pemkot
Baca Juga
Saking antusiasnya dipadati peserta yang mayoritas kaum wanita, pihak tim MURI kesulitan melakukan proses penghitungan.
Bahkan pihak panitia pun kebingungan, karena meja penyajian tempat cup atau gelas untuk penyeduhan kopi tak mampu menampung ribuan gelas.
Dari pantauan RMOLJateng di area wisata Pantai Tirto Samudera Bandengan Jepara Minggu (12/5) sebagai tempat perhelatan, belasan ribu perempuan berkebaya dan berdandan cantik antusias memeriahkan agenda pariwisata di Bumi Kartini itu.
Belasan ribu perempuan berkebaya yang dihadirkan, berasal dari jajaran Dinas Pendidikan Pemuda dan OIahraga (Disdikpora) setempat. Mereka pun mengerahkan ribuan guru dan siswa perempuan.
Tak ketinggalan, pegawai dan tenaga kesehatan dari seluruh Puskesmas di Jepara, kecamatan, perwakilan desa, organisasi perangkat daerah dan masyarakat umum.
Selain itu, juga dikuti kalangan mahasiswi, remaja putri dan para pelaku pariwisata di kabupaten setempat.
Meski di tengah terik matahari, mereka berbaur sambil asyik menyeduh dan minum kopi. Untuk melengkapi suasana, mereka pun berlenggak lenggok sambil berswa foto mengabadikan momen yang langka itu.
“Agenda kali ini murni tidak menggunakan dana APBD Jepara sama sekali. Untuk bahan baku bubuk kopi, kita dapatkan dari sumbangan 20 desa yang ada di Jepara,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jepara Zamroni Listiaza.
Zamroni yang juga koordinator acara pencatatan MURI menilai, gelaran acara tersebut berlangsung sangat meriah. Bahkan di luar ekpektasi pihak panitia, ternyata masyarakat Jepara menyambut penuh semangat.
Zamroni mengungkapkan, hasil biji kopi Jepara yang tersebar di sekitar 13 desa potensinya sangat besar. Untuk budidaya kopi Arabika di lahan seluas 10,2 ha, mampu menghasilkan produksi 4,80 ton pada tahun 2023 lalu.
“Sedangkan untuk kopi Robusta yang ditanam di lahan 1.865 ha, juga mampu menghasilkan 1.272 ton pada tahun yang sama. Ini potensi yang luar biasa, karena harga kopi saat ini terus meningkat tajam,” terangnya.
Tak hanya belasan ribu wanita berkebaya yang hadir, agenda pencatatan MURI itu juga disaksikan Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta selaku pemrakarsa acara.
Juga tampak hadir Kapolda Jateng Irjen Ahmad Lutfhi dan semua jajaran kepala dinas dan Forkopimda Jepara.
Diketahui, agenda pemecahan rekor MURI minum kopi ini, sebagai upaya mengangkat dan mempromosikan potensi kearifan lokal Jepara, yakni kopi petani asal Kecamatan Tempur.
Sebelumnya, agenda serupa telah dilakukan, diantaranya penyajian ribuan porsi olahan pindang srani dan bakar ikan massal.
“Jepara memiliki kopi yakni Kopi Tempur. Saya memiliki cita-cita agar dapat dicatatkan MURI. Hal itu sebagai pengingat bahwa Jepara juga memiliki produk kopi,” ujar Pj Bupati Edy Supriyanta.
- Praktisi Kehumasan Harus Peka Dan Adaptif Terhadap Perubahan Zaman
- Pecah Rekor MURI: Video Tron Terpanjang Stadion Se-Indonesia Di Supersoccer Arena Kudus
- PT Labda Anugerah Tekstil Raih Dua Rekor MURI Dan Sertifikasi OEKO TEX STeP