Jelang Ramadhan Dan Ingin Healing, Kebun Raya Gunung Tidar Dibanjiri Pengunjung

Makam Kiai Semar Atau Ismoyo Jati Menjadi Tempat Tujuan Bagi Para Peziarah. Dokumentasi Tri Budi Hartoyo/RMOLJateng
Makam Kiai Semar Atau Ismoyo Jati Menjadi Tempat Tujuan Bagi Para Peziarah. Dokumentasi Tri Budi Hartoyo/RMOLJateng

Ingin naik gunung di tengah kota? Datang saja ke Magelang. Di sini ada gunung yang posisinya berada di dalam kota yaitu Gunung Tidar.


Gunung Tidar dengan ketinggian 503 meter di atas permukaan laut (DPL). Lokasinya masuk wilayah Kelurahan Magersari, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah.

Suasana Gunung Tidar masih asri dan sejuk dengan pepohonan di sekeliling sehingga cocok untuk menghirup udara segar serta mendengar kicau burung.

Dulu, Gunung Tidar yang terhampar di lahan seluas 70,1 hektar ini berfungsi sebagai paru-paru kota. Namun, sejak 2014 fungsinya diberi tambahan dengan dilakukannya penataan secara bertahap hingga tahun 2017. Sehingga gunung ini memiliki tambahan fungsi yakni menjadi destinasi wisata yang disebut Kebun Raya Gunung Tidar.

Jalan menuju puncak yang dahulu hanya berupa jalan setapak, sekarang sudah ada ubin yang ditata dalam bentuk anak tangga. Saat turun, pengunjung akan disambut monyet ekor panjang yang bermain di sebelah anak tangga atau pada asyik bergelantungan di pepohonan.

Di beberapa titik sepanjang jalur ke puncak diberi spot-spot yang dapat dieksplorasi. "Untuk dapat mencapai puncak Gunung Tidar dan kembali ke area parkir, maka pengunjung harus melewati 1.002 anak tangga naik dan turun," kata Wisnu, staf Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Raya Gunung Tidar.

Ada pula yang menyebut, jumlah anak tangga naik menuju ke puncak gunung sekitar 570, sedangkan yang untuk turun sekitar 432.

Kebun Raya Gunung Tidar buka selama 24 jam non-stop sejak hari Senin sampai Minggu. Harga tiket masuk relatif murah, hanya Rp5.000 per orang.

Bagi pengunjung yang datang saat malam hari tak perlu khawatir. Karena di sepanjang jalur ke atas, ada banyak petugas dari manajemen pengelola yang selalu siaga membantu. Lampu penerangan juga cukup memadai.

Apabila kelelahan, pengunjung dapat berhenti sejenak di tempat yang telah disediakan. Sebelum sampai puncak, ada beberapa titik rest area yang dilengkapi kamar mandi, toilet, pendopo dan masjid.

Rest area ini dapat dipergunakan oleh pengunjung yang kelelahan sehingga mereka bisa istirahat barang sejenak sebelum melanjutkan perjalanan naik ke puncak.

Di sepanjang jalur pendakian menuju puncak itu pengunjung bisa menikmati suasana syahdu ditingkah keindahan panorama alam.

Pada beberapa spot yang disediakan, pengunjung bisa berswafoto (selfie) dengan latar belakang pepohonan rindang dan gunung-gunung di kejauhan. 

Menambah nilai pendakian adalah keberadaan beberapa makam para tokoh legendaris setempat yakni makam Syekh Subakir, makam Kiai Sepanjang, serta makam Kiai Semar (Ismoyo) dan lainnya. 

Gunung Tidar juga memiliki beberapa area taman dan kegiatan seperti Taman Pasren Kamulyan, Monumen Tanah Air Satu Bangsa, Gardu Pandang Taman Elang Jawa.

Dari gardu pandang itu, pengunjung dapat menyaksikan keindahan panorama alam sekitar. Seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang tampak di kejauhan sisi Tenggara. 

Pengunjung yang datang di saat subuh bisa menyaksikan matahari terbit (sunrise). Atau kalau mengingingkan, dapat melihat dari dekat Tugu Sa yang dipercaya sebagai pakunya Tanah Jawa.

Bila haus dan lapar, sambil istirahat, pengunjung bisa singgah di warung-warung yang menjajakan aneka macam makanan dan minuman.

Selain wisatawan lokal Magelang, tidak sedikit wisatawan yang datang dari luar daerah baikd dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, bahkan luar Jawa.

Biasanya, wisatawan domestik yang datang rutin adalah rombongan jamaah pengajian dan dari pondok pesantren. Utamanya menjelang Ramadan, Kebun Raya Gunung Tidar kebanjiran pengunjung. Di hari-hari biasa berkisar 500-600 orang, akhir pekan lalu mencapai 3.000 orang.

Mereka sengaja datang untuk berziarah ke makam Syekh Subakir, makam Kiai Sepanjang dan makam Kiai Semar atau Ismoyo Jati.

"Setelah ke makam Sunan Muria, kami sengaja ke sini untuk Ziarah. Biasanya cuma lihat di You Tube. Biar tidak lagi penasaran," kata Sunarto (56), bersama rombongan peziarah dari Brebes.