Lampu bohlam ukuran 5 watt di depan rumah Mbah Ngatemi (74), masih menyala. Perempuan renta itu, sampai lupa mematikan lampu, jika tidak diingatkan tetangganya, Nurhasan (58).
- PNM Dampingi Budidaya Madu Klanceng di Banyumas
- Setahun Beroprasi, KRL Yogyakarta-Solo Telah Layani Lebih dari 2,2 Juta Pengguna
- XL Pastikan Kualitas Internet Selama Asean Selama Paragames Solo
Baca Juga
Lampu bohlam ukuran 5 watt di depan rumah Mbah Ngatemi (74), masih menyala. Perempuan renta itu, sampai lupa mematikan lampu, jika tidak diingatkan tetangganya, Nurhasan (58).
''Simbah sering lupa mematikan lampu. Kadang sampai siang, lampu masih menyala. Makanya, sering saya datang dan ingatkan, jangan lupa mematikan lampu,'' ungkap Nurhasan, saat ditemui RMOL Jateng, Rabu (24/2).
Maklum saja, perempuan sepuh warga RT 02 RW 01 Dusun/Desa Telogorejo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, selama ini hidup seorang diri. Sudah puluhan tahun, dia ditinggal mati suaminya. Dalam kesendirian itu pula, Mbah Ngatemi harus hidup dalam kegelapan. Kegelapan, dalam arti sesungguhnya: tanpa listrik.
''Puluhan tahun, saya pakai lampu tempel. Biasa gelap-gelapan,'' ungkap Mbah Ngatemi, polos.
Listrik 450 VA itu digunakannya untuk memasang tiga bohlam berukuran 5 watt di kamar tidur, di dapur dan depan rumah. Bukan saja, Ngatemi. Tetangganya, Muntiah (80) pun ikut mendapatkan bantuan serupa.
Perempuan sepuh yang lama sakit-sakitan dan berkursi roda itu, mengaku senang karena rumahnya kini terang berkat penyambungan gratis dari PLN.
''Sampai sekarang, saya tidak pernah bayar. Katanya, dapat diskon gratis dari pemerintah,'' ujar Mbah Muntiah.
Sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH), penyambungan listrik gratis dari PLN, telah membebaskan Mbah Ngatemi dan Mbah Muntiah dari kegelapan.
Penyambungan Listrik Gratis
Manajer PLN UP3 Demak Ahmad Samsuri mengatakan, penyambungan listrik gratis dengan daya 450 VA dilakukan pada rumah tangga warga miskin di wilayah Unit Layanan Pelanggan (ULP) Demak, Tegowanu, Purwodadi dan Wirosari. Data rumah tangga miskin berdasarkan hasil survei petugas PLN, sebagaimana termuat dalam Basis Data Terpadu (BDT) Dinas Sosial serta belum tersalur listrik
Di wilayah ULP Demak, terdapat 15 warga kurang mampu sebagai penerima manfaat. Sembilan di antaranya tercatat warga Desa Sidoharjo, Kecamatan Guntur. Sedangkan enam sisanya adalah warga Desa Telogorejo, Kecamatan Wonosalam.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jateng-DIY Feby Joko Priharto menyatakan, sebanyak 553 warga kurang mampu yang ada di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, mendapat penyambungan listrik gratis, melalui program PLN Virtual Charity Run and Ride (VCRR) 2020. Program yang dilaksanakan PLN UID Jateng-DIY itu, dalam rangka memeringati Hari Listrik Nasional ke-75, yang digelar BUMN energi tersebut.
Feby mengatakan, setiap penerima bantuan mendapatkan penyambungan listrik secara gratis. Penyambungan juga termasuk instalasi listrik dalam rumah, dan sertifikat laik operasi.
Dia berharap, listrik yang telah dipasang di rumah-rumah warga kurang mampu itu bisa dimanfaatkan dengan baik para penerima bantuan.
''Alhamdulillah, kita berkesempatan untuk menyalakan salah satu rumah pelanggan yang berhak. Tentunya, yang belum berlistrik. Kita berikan listrik secara gratis mulai dari instalasi, sertifikasi dan pasang barunya,''kata Feby.
VCRR 2020 mengangkat tema Energimu Cahaya Bagiku†berupa lomba lari dan bersepeda yang mengajak para peserta menerapkan gaya hidup sehat, dan setiap kilometer yang ditempuh pelari serta pesepeda dikonversikan dalam bentuk Rupiah.
Menurutnya, hasil konversi digunakan untuk membiayai penyambungan listrik masyarakat yang tidak mampu dengan daya 450 VA di seluruh Indonesia.
''Donasi yang terkumpul sebanyak Rp394.012.500, yang merupakan konversi dari hasil jarak lari dan sepeda yang telah diselesaikan peserta PLN VCRR 2020. PLN VCRR sendiri merupakan ajang lari dan bersepeda, yang bisa dilakukan di mana saja kapan saja dan dapat dicicil jarak lari dan bersepedanya untuk tujuan beramal,'' ungkapnya.
Di Jawa Tengah, bantuan listrik gratis bagi warga miskin juga dilakukan Pemprov Jateng. Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan, sepanjang 2020, sebanyak 40.173 warga di Jateng, telah menerima bantuan penyambungan listrik gratis dari program elektrifikasi. Para penerimanya adalah warga miskin yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Program listrik gratis itu menyasar daerah yang warganya belum bisa menikmati aliran listrik di rumahnya. Menurut Ganjar, program elektrifikasi listrik gratis itu menjangkau desa-desa terpencil dan tertinggal serta belum bisa mendapat pasokan listrik.
Ganjar juga meminta ada peran serta dari perusahaan swasta di Jateng, untuk bisa menyalurkan program corporate social responsibility (CSR) guna membantu mempercepat program bantuan listrik gratis.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, program penyambungan listrik gratis ini untuk menggenjot produktivitas warga miskin. Sehingga, bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Sebagian warga yang menerima bantuan program listrik gratis ini, mendapatkan listrik dengan cara menyambung di sekitarnya. Tentunya, penyambungan ke rumah tetangga yang sudah teraliri listrik," ungkapnya.
Stimulus kepada para pelaku usaha ataupun masyarakat yang terdampak karena Covid-19, terus diupayakan pemerintah pusat supaya tidak semakin terpuruk. Pemerintah bahkan membebaskan tarif listrik bagi pelanggan golongan bisnis skala kecil dan industri kecil pengguna listrik 450 VA.
Program penyambungan listrik gratis dilaksanakan di seluruh daerah di Jawa Tengah. Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas ESDM Provinsi Jateng Imam Nugroho menambahkan, penyambungan listrik gratis ini, pada 2020 lalu, ditargetkan sebanyak 15.000 sambungan. Namun, realisasinya hanya mencapai 12.948 sambungan, dengan anggaran Rp11.745.000.000.
''Targetnya tak tercapai karena adanya masalah data penerima, yakni nama, NIK dan alamat tak sesuai. Ada pula yang sudah menyambung secara mandiri, atau pindah alamat,'' ujar Imam.
Dijelaskan, untuk tahun 2021, kembali ditargetkan sebanyak 15.000 sambungan baru, dengan anggaran Rp13,5 miliar.
Sujarwanto berharap, program ini tidak sekadar membuat rumah-rumah warga menjadi terang. Namun juga berefek pada peningkatan produktifitas hingga meningkatnya kesejahteraan keluarga.
Misalnya dengan melakukan aktivitas pekerjaan tambahan di dalam rumah. Seperti menjahit, membuat kerajinan, kuliner dan sebagainya.
"Respon warga luar biasa. Mereka bilang, kalau begitu kami malam masih bisa kerja lagi. Karena ada listrik. Nah inilah yang membuat kita bahagia," ungkapnya.
Sujarwanto mengaku, sebagian warga penerima bansos pemasangan listrik ini merupakan warga yang sebelumnya telah mendapatkan saluran listrik dari sekitar dengan cara menyambung dari tetangga.
Tapi, sambungan itu sifatnya terbatas. Seperti untuk penggunaan lampu, kipas angin saja, atau lainnya, serta tidak untuk usaha. "Ini (pemasangan listrik) memang sangat menolong masyarakat," ungkapnya.
Rasio Elektrifikasi
PT PLN (Persero) berupaya terus meningkatkan rasio elektrifikasi di Jawa Tengah, yang saat ini pada kisaran 97,9 persen, melalui berbagai upaya.
"Kalau sesuai dengan arahan pusat, pada usia Indonesia ke-75 tahun rasio elektrifikasi bisa mencapai 100 persen, tetapi ini kan perbandingan antara aliran listrik dengan jumlah rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga kan terus bertambah jadi paling tidak bisa mendekati target," kata Feby.
Oleh karena itu, pihaknya menargetkan pada tahun 2021-2022 rasio elektrifikasi paling tidak bisa di angka 99,9 persen.
"Yang jelas ada pertumbuhan positif antara tahun ini dengan tahun lalu, yaitu sebesar 2 persen," katanya.
Adapun, dari total pelanggan PLN sebanyak 12.037.512 di Jawa Tengah dan DIY, khusus untuk Jawa Tengah mencapai sekitar 9,9 juta pelanggan. Dengan total daya 16.559.266 kVA.
"Untuk mendongkrak jumlah sambungan baru ini kami juga aktif memberikan keringanan melalui program diskon pada momentum tertentu," tambahnya.
Berbagai promo pun dilakukan pada tahun lalu. Dari promo Tambah Daya Super Wow, PLN UID Jateng-DIY berhasil menambah pelanggan baru sebanyak 35.691 dengan 70,4 MVA. Sedangkan dari promo tambah daya Super Merdeka, yakni diskon 75 persen bagi pelaku UMKM/IKM, berhasil menambah 6.060 pelanggan baru, dengan daya 13,4 MVA.
Untuk tahun ini, pihaknya tetap meneruskan program sebelumnya, yakni stimulus Covid-19 berupa diskon listrik 100 persen untuk pelanggan R1 450 VA dan diskon 50 persen untuk R1 900 VA subsidi. Serta program Terangi Negeri diskon 50 persen pasang baru 450 VA atau 900 VA yang berlaku hingga 30 Desember 2022. Program ini khusus bagi pelanggan rumah tanga yang terdata di Basis Data Terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (BDT TNP2K) atau daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Menurut dia, kebijakan tersebut akan tetap bergulir karena PLN memiliki misi agar seluruh masyarakat Indonesia bisa menikmati listrik.
Feby menuturkan, hingga saat ini ketersediaan listrik di Jateng ketika siang hari bisa sampai 700.000 MW.
"Kalau untuk beban puncaknya saat ini 6.539 MW, angka ini meningkat jika dibandingkan dua tahun lalu sebesar 4.000 MW. Melihat pertumbuhan ini artinya banyak investor yang mengincar Jawa Tengah sebagai lokasi strategis untuk investasi," katanya.
Pihaknya berharap, dengan adanya komunikasi yang baik dengan media massa, PLN bisa mengkomunikasikan program kerja perusahaan kepada masyarakat.
"Termasuk ketika ada gangguan, misalnya pembangkit listrik tenaga uap kalau shut down butuh waktu 6-8 jam untuk bisa membebani lagi. Jadi agar listrik ini hidup lagi butuh waktu untuk penormalan sistem," katanya.
Dengan adanya komunikasi yang baik, diharapkan masyarakat bisa memahami sistem pelayanan yang diberikan oleh PLN, termasuk kendala yang dihadapi.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, rasio elektrifikasi nasional pada 2020 naik 14,85% dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 99,20%.
Rida Mulyana, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku, rasio elektrifikasi nasional pada 2020 lalu sebetulnya tidak mencapai target.
''Meskipun kita sudah targetkan 100% tetapi nyatanya baru bisa sampai 99,20%,'' kata Mulyana dalam siaran pers, Rabu (13/1/2021).
Mulyana menjelaskan, pada 2021 ini, Pemerintah akan kembali berusaha memenuhi target rasio elektrifikasi nasional menjadi 100%. Target ini, kata Mulyana, akan didukung oleh penambahan jaringan listrik rumah tangga baru sebanyak 1 juta per tahun.
Di sisi lain, Indonesia juga telah memiliki tambahan pembangkit listrik dengan kapasitas 2,87 Gigawatt (GW) pada 2020. Kemudian transmisi listrik tercatat bertambah sebanyak 2.648 Kilometer Sirkuit (kms), serta penambahan gardu induk sebesar 7.870 Mega Volt Ampere (MVA).
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jawa Tengah, Ngargono, menyambut positif adanya program penyambungan baru gratis untuk masyarakat miskin, serta pembebasan biaya listrik bagi masyarakat miskin pengguna 450 VA subsidi.
''Saya sudah menyaksikan sendiri, saya lihat di Banjarnegara, sangat tepat sasaran. Mereka yang mendapat, benar-benar masyarakat miskin,'' tegasnya.
Menurut Ngargono, bantuan PLN bagi masyarakat tidak mampu itu sangat membantu masyarakat miskin, untuk dapat menikmati penerangan listrik. Mereka juga sangat terbantu di tengah kondisi yang sulit akibat hantaman pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir.
Namun, dia mengkritisi kesulitan konsumen untuk mendapatkan pasang baru 450 VA. Masih banyak warga yang mengaku terpaksa menerima pasang baru 900 VA, kendati sebenarnya membutuhkan 450 VA.
''Kalau alasan barangnya kosong, tidak mungkinlah. Pasti ada, jangan sampai konsumen diarahkan untuk memilih 900 VA, untuk menutup tingginya biaya subsidi kepada golongan 450 VA. Ini yang harus dihindari. Persoalan macam ini, dari dulu tak pernah selesai. Dulu, bahkan pernah konsumen dipaksa hanya punya satu pilihan yakni golongan 1.300 VA,'' tandasnya.
Sartimah (60), tetangga Mbah Ngatemi dan Mbah Muntiah, di Desa Telogorejo, Wonosalam, Demak mengaku, baru sebulan lalu melakukan penyambungan baru, harus merogoh koceknya Rp1,5 juta. Dia dapat 900 VA.
''Dapatnya 900 VA, saya minta 450 VA tapi kosong, kata petugasnya,'' keluh Sartimah, yang mengaku tidak masuk Program PKH dari Pemerintah.
Orang-orang seperti Sartimah, jumlahnya tak terhitung, di negeri ini. Berkekurangan secara ekonomi, namun tidak masuk dalam kategori orang miskin yang tertera dalam Basis Data Terpadu Kementerian Sosial. Kondisi mereka diperparah lagi oleh hantaman pandemi Covid-19.
Maka, saat orang-orang pinggiran, seperti Mbah Ngatemi, Mbah Muntiah, dan Sartimah ini, menjerit akibat pandemi, berbagai program PLN untuk meringankan beban hidup mereka, merupakan anugerah yang sangat disyukuri. Cahaya listrik gratis, bukan saja membuat mereka terbebas dari kegelapan, namun sekaligus mencegah mereka terperosok lebih dalam ke dasar jurang kemiskinan.