Habib Toha bin Muhammad bin Yahya, Ulama dan Pejuang Keturunan Nabi Muhammad SAW yang Dimakamkan di Jalan Depok Semarang

Makam Habib Toha bin Muhammad bin Yahya di Jalan Depok, Semarang. Soetjipto/RMOLJateng
Makam Habib Toha bin Muhammad bin Yahya di Jalan Depok, Semarang. Soetjipto/RMOLJateng

Kota Semarang memiliki tempat-tempat bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan, termasuk juga nama-nama sejumlah syuhada yang dimakamkan di kota ini.


Salah satunya, makam Habib Toha bin Muhammad bin Yahya, ulama besar abad ke-18 yang banyak dikenal dan disegani penjajah Belanda pada masa itu. 

Habib Toha bin Muhammad bin Yahya dikenal juga sebagai Mbah Depok. Makamnya berada di sebuah lorong gang di Jalan Depok, Semarang. 

Awalnya makam tersebut hanya merupakan makam yang berada di belakang bangunan pertokoan. Untuk mengaksesnya, dari Jalan Depok harus melalui lorong sempit di antara pertokoan, sehingga tidak banyak orang mengetahui keberadaan makam atau mengenal sejarahnya.  

Tahun 2018, ulama besar thoriqot Habib Luthfi bin Yahya dari Pekalongan, yang merupakan keturunan ke-6 Habib Toha, memprakarsai pemugaran makam tersebut. 

Hingga tahun 2022 pemugaran seluruh kompleks makam selesai, dan kini nampak asri, bersih, luas, dan anggun. 

Untuk mengaksesnya tidak perlu lagi melewati lorong sempit. Dari Jalan Depok, akses masuk berdiri gapura megah dan sangat mudah dikenali oleh warga yang melintas. 

Bangunan makam terlihat jelas, berarsitektur khas Arab dengan gaya mirip Masjid Nabawi di Madinah. Sekilas bangunan tersebut memang mirip masjid. 

Untuk mendekatinya, melewati jalan berlantai marmer, dan di kanan kirinya berdiri masing-masing tiga pohon kurma yang seolah memayungi dan menyambut peziarah yang datang. Sebuah mushola berada di sayap sebelah barat jalan masuk ke kompleks makam. 

Dirangkum dari berbagai sumber, Habib Thoha bin Yahya merupakan seorang ulama besar sekaligus seorang guru besar.  Banyak sultan, adipati, maupun senopati serta lejabat-pejabat kerajaan di wilayah Jawa berguru kepada dia. 

Bahkan dia juga sering mengadakan perjalanan ke sejumlah negara di Asia dan Afrika untuk menularkan ilmunya kepada murid di negeri-negeri yang dia kunjungi. Dia pernah tinggal di Pakistan, India, dan Penang, Malaysia. Oleh karena itulah, Habib Thoha juga dikenal sebagai bapak umat di wilayah Asia Afrika. 

Habib Toha masih keturunan Rasulullah Muhammad SAW dari pernikahan putri Nabi Muhammad, Siti Fatimah, dengan Ali bin Abi Thalib.

Perjalanan Habib Toha bin Muhammad bin Yahya pada masanya, dari berbagai negara hingga ia sampai ke Sunda Kelapa, kemudian meneruskan perjalanan dan menetap di Semarang. 

Kedekatannya dengan para pejabat daerah maupun pejabat keraton Mataram, menjadikan Habib Toha bin Muhammad bin Yahya bersahabat dengan Adipati Semarang waktu itu, Raden Kertoboso atau Sayid Abdullah. Bahkan bersama Adipati Semarang, dia turut membantu upaya Pangeran Mangkubumi dalam mendirikan Kerajaan Mataram Yogya. Setelah keraton berdiri, Pangeran Mangkubumi naik tahta raja bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. 

Karena jasa-jasanya dalam membantu perjuangan mendirikan Keraton Yogya, Habib Toha bin Muhammad bin Yahya diberi gelar kebangsawanan Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, sebagai Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ronggo Prawiro Kusumo.

Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya menurunkan sejumlah ulama besar, di antaranya adalah Habib Hasan Bin Toha  Semarang (dimakamkan di daerah Lamper).

Dari nasabnya pula, salah satu ulama besar saat ini, Habib Luthfi bin Yahya,  Sapuro, Pekalongan, merupakan keturunan ke-6 dari Habib Toha bin Muhammad bin Yahya. 

Haul (peringatan meninggalnya) Habib Toha bin Muhammad bin Yahya sendiri dilaksanakan setiap akhir bulan Syawal, ditandai pembacaan manakib (riwayat) Habib Toha bin Muhammad bin Yahya. (Dirangkum dari berbagai sumber).