Guru Agama Islam Berperan Penting Bentuk Karakter Anak Didik

Staf Khusus Menteri Agama RI (Stafsus Menag) Wibowo Prasetyo.ist
Staf Khusus Menteri Agama RI (Stafsus Menag) Wibowo Prasetyo.ist

Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dinilai sangat penting dalam membentuk karakter anak didik. Oleh sebab itu, guru PAI dituntut adaptif terhadap digitalisasi menghadapi tantangan zaman.


Staf Khusus Menteri Agama RI (Stafsus Menag) Wibowo Prasetyo mengungkapkan, peran guru PAI sebagai penjernih atas berbagai kabar hoaks, terutama isu-isu agama. Di samping itu, dapat menghindarkan anak didik mengalami kesalahan dalam beragama. 

“Generasi Z ini harus kita kawal karena 2030 mendatang sebagian akan mengganti posisi kita,” kata dia, dalam siaran rilisnya, Rabu (15/5). 

Guru PAI, kata dia, turut berkontribusi membentuk karakter anak didik matang di tengah tantangan era digital saat ini. Meliputi keteladanan terhadap nilai-nilai spiritual, kepribadian dan kepemimpinan ditanamkan para guru PAI menjadi modal kuat membangun generasi bangsa lebih kokoh ke depan. 

“Namun kuncinya guru PAI harus siap terus meningkatkan kompetensinya dan lebih adaptif terhadap zaman. Sekarang ini era begitu cepat berubah, kalau kita tidak luwes maka akan tertinggal. Digitalisasi di PAI adalah keharusan karena sudah menjadi tuntutan dunia,” kata dia.

Dia mengungkapkan, para guru PAI memiliki posisi strategis karena berinteraksi dengan para anak didik mayoritas merupakan generasi Z setiap hari. Generasi identik melek internet tersebut memiliki kelebihan terbuka, toleran, cepat menerima informasi, kritis, multitasking, interaktif dan ambisius. 

Namun demikian, kata dia, generasi Z ini memiliki kecenderungan lemah dalam hal memverifikasi informasi. Dampaknya, gen Z mudah menyerap berbagai informasi tanpa disaring. 

Dia mengapresiasi direktorat PAI yang kini telah membuat peta jalan (roadmap) dalam rangka menata pembelajaran agama Islam menjadi lebih berkualitas dan tepat sasaran. 

Program Satu Data untuk Semua dan Digitalisasi yang masuk dalam peta jalan itu mengindikasikan PAI ke depan akan lebih bersinggungan dengan pemanfaatan kemajuan teknologi. 

“Program ini tepat karena sesuai dengan program besar Satu Data Indonesia pada 2025. Jika semua berbasis digital maka akan meningkatkan aspek transparansi, akuntabel dan lebih terukur. Bahkan potensi penyimpangan atau fraud bisa kita hindarkan,” kata dia. 

Direktur PAI Kementerian Keagamaan M Munir mengatakan, kompetensi dan kualifikasi terhadap guru serta pengawas PAI juga terus ditingkatkan. 

“Kurikulum PAI juga terus dibenahi agar lebih membumi dan pola pengajaran menjadi menyenangkan. Program lain adalah kami berupa rebranding PAI dengan memanfaatkan media sosial agar lebih mengakar di benak publik sekaligus memberikan kemanfaatan yang luas,” jelas Munir.

Di samping itu, program penguatan moderasi beragama juga terus dikembangkan. Meliputi membangun ekosistem di tingkat sekolah sampai perguruan tinggi.