Gandeng LBH Ansor, Anak Haniyah Korban Pembunuhan di Batang Minta Polisi Tangkap Pelaku

Sekretaris LBH Ansor, Taufik Hidayat saat konferensi pers kasus pembunuhan Haniyah yang mandek sejak 2016 lalu
Sekretaris LBH Ansor, Taufik Hidayat saat konferensi pers kasus pembunuhan Haniyah yang mandek sejak 2016 lalu

Keluarga korban pembunuhan Haniyah di Batang meminta pihak kepolisian mengungkap kasus yang sudah mandeg sejak 2016. Terinspirasi Vina Cirebon, keluarga korban meminta bantuan LBH Ansor untuk mengungkap misteri kematian Haniyah delapan tahun lalu.


Sekretaris LBH Ansor, Taufik Hidayat menyebut hingga sekarang perkembangan kasus itu masih belum jelas.

"Kami di sini LBH Ansor sejateng dan pusat gabung jadi satu, kita komitmen meminta pada kepolisian untuk serius menindaklanjuti. Apakah harus no viral no justice?"tanyanya di gedung GP Ansor Kabupaten Batang, Sabtu (15/6).

Ia menyebut bahwa pihaknya siap mendampingi dua anak korban yaitu Dwi Yurdan Afriliatna(17) dan  Nafiul Husna (22) mencari keadilan. Keduanya ingin tahu siapa sosok pembunuh ibunya. 

"Yang kedua, apa motifnya? kok sampai ibunya dihilangkan secara paksa. delapan tahun lalu. kami tahu ini gak mudah, tapi kami punya komitmen bersama. Kita tadi sudah bersama sama kita gelar kasus, Kita bedah kejadian, saksi saksi, banyak sekali kejanggalan," ucapnya.

Taufik menjelaskan pihak keluarga korban sudah berusaha mencari keadilan pada 2018. Saat itu, pihak keluarga sudah meminta bantuan ke kompolnas, menkoplhukam, komnas ham, komisi III DPR RI dan lembaga lainnya. 

Usaha keluarga itu sia-sia, sebab tapi kasus ini sejak 2018 berhenti. Tidak ada informasi sedikit pun yang didapat keluarga korban selepas itu.

Terinspirasi mencuatnya kembali kasus Vina Cirebon, pihak keluarga kembali ingin mencari keadilan. Lalu, pihak keluarga menghubungi LBH Ansor.

Taufik menyebut langkah pertama yang dilakukannya adalah meminta audiensi ke Kapolres Batang. Pihaknya sudah mengirim surat resmi ke Polres Batang.

Rencananya, pihaknya akan menyampaikan berbagai kejanggalan yang ditemukannya pada penyidik. 

"Akan kita sampaikan apa kendala yang dihadapi kenapa tidak bisa terungkap. Dan kita akan menyampaikan fakta fakta tim LBH ANsor pada pihak penyidik karena banyak kejanggalan yang belum terungkap," jelasnya.

Pada penanganan kasus sebelumnya, pihak kepolisian menyatakan kesulitan mengungkap dengan berbagai alasan mulai dari TKP rusak, hingga minimnya barang bukti. 

"Kita akan deadline, kalau ini tidak ada kejelasan, larikan saja kasus ke polda Jateng, atau ke bareskrim sekalian. Kita akan melakukan banyak aksi aksilah, entah kita akan bersurat ke Presiden, kompolnas, komnas ham, ke LPSK, dan sebagainya, pasti itu akan kita lakukan sebagai langkah supaya penyiidik polres batang serius mengungkap kasus ini," ucapnya.

Anak kedua korban, Dwi Yurdan Afriliatna (17) meminta agar pelaku pembunuhan ibunya harus segera tertangkap. Ia ingin keadilan ditegakkan.

"Biar tahu rasanya kehilangan seorang ibu. Pelaku harus diadili," jelasnya. 

Informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa Haniyah ditemukan tewas dengan kondisi kepala bersimbah darah pada 4 Desember 2016. Tempat kejadian perkara berada di garasi rumah majikan Haniyah di Desa Gapuro, yang bernama Masrukhin. Saat itu, usia Masrukhin 44 tahun.

Penemuan bermula saat Masrukhin hendak memasang penutup mobil di garasi bersama Ikoh. Keduanya masuk melalui pintu samping garasi dan menjadi orang pertama yang menemukan mayat Haniyah. Jasad Haniyah ditemukan terlentang di lantai garasi dengan kepala bersimbah darah.

Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat luka sobek di bagian belakang kepala sebelah kanan dengan diameter 3 sentimeter, serta luka lebam di leher bagian kanan. 

Beberapa barang bukti yang ditemukan Polres Batang antara lain satu buah gembok garasi berikut anak kunci, ponsel merk Nokia warna hitam milik korban, dan sandal jepit warna putih milik korban.

Berita sebelumnya :

Mirip Vina Cirebon, Kasus Pembunuhan Haniyah di Batang Tak Terungkap Sejak 2016