Kemanusiaan adalah aspek penting dari kehidupan. Kemanusiaan idealnya dinomorsatukan untuk berbagai kegiatan, melepaskan egosentris masing-masing individu. Tak terkecuali bagi mereka yang punya status eks teroris.
- Dikabarkan Maju di Pilgub Jateng, Ahmad Lutfi Temui Ratusan Pemangku Punden dan Belik di Kudus
- Stevi Jimry Poluan Lulusan Doktor Manajemen FEB UKSW Ke-67
- Demokrat Karanganyar Bangkit Dengan Lima Kursi, Salah Satunya Diraih Caleg Milenial Berusia 23 Tahun
Baca Juga
Berawal dari inilah dua pegiat kemanusiaan dari Indonesia dan Singapura sepakat menggelar kerjasama jangka panjang untuk sama-sama ambil bagian dalam isu-isu kemanusian ke depan.
Dua pegiat kemanusiaan beda negara yang sepakat menggelar kerjasama ini adalah Noor Huda Ismail selaku pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) dari Indonesia yang bergerak di bidang deradikalisasi terorisme dan Hassan Ahmad pegiat kemanusiaan asal Singapura yang telah mendirikan dan memimpin tiga lembaga kemanusiaan; Mercy Relief, Lien Aid dan Corporate Citizens Foundation (CCF).
Hassan juga merupakan konsultan kebijakan untuk badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan ASEAN.
Gagasan kerjasama ke depan antara Huda dan Hassan juga telah dibahas di kegiatan Counter Violence Extremism (CVE) Communication Workshop yang digelar Prasasti Production YPP di Park Hotel, Cawang, Jakarta Timur, DKI Jakarta, pada Rabu 14 Maret â€" Jumat 16 Maret 2018 lalu.Peserta yang diundang berjumlah 30 orang, terdiri atas ustaz, ustazah dan eks teroris.
Huda menyebut, energi tidak dapat dihilangkan tetapi hanya dapat dialihkan. Itu meminjam hukum Fisika. Demikian juga energi dari para eks pelaku teror yang ada.
Energi mereka harus dialihkan ke hal-hal positif," kata Huda.
Salah satu cara yang akan dilakukan untuk upaya ini adalah mencoba mengalihkan energi mereka untuk isu-isu kemanusian. Kerjasama ini digagas untuk mewadahi itu. Diharapkan, ini bisa juga dijadikan sebagai pendekatan alternatif untuk upaya deradikalisasi.
Jadi ketika sudah ada wadahnya, mereka bisa dikirim untuk misi-misi kemanusiaan, misalnya ketika terjadi bencana alam," lanjutnya.
Sementara itu, Hassan, pada kegiatan tersebut berbagai pengalaman tentang kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang sudah dilakukan. Mulai dari misi kemanusiaan di daerah konflik di Timur Tengah hingga bencana alam termasuk di Filipina maupun negara-negara lain.
Upaya kemanusiaan harus terlepas dari agama, ras ataupun kewarganegaraan," sebut Hassan.
Untuk kerjasama ke depan dengan YPP ini, Hassan antusias. Apalagi, sebut dia, Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat kerawanan kebencanaan yang cukup tinggi.
Ini bisa menjadi wadah bagi mantan teroris untuk menyalurkan semangat perjuangan mereka, dari jihad angkat senjata yang menimbulkan kerusakan beralih ke jihad yang berdasarkan niat baik, kesejahteraan dan pembangunan," lanjut Hassan.
Dalam waktu dekat, akan segera dibentuk badan kemanusiaan. Tentu saja, juga akan diadakan pelatihan, prinsip, filosofi dan mekanisme kerja kemanusiaan sesuai standar internasional.
Sementara itu, Kharis Hadirin, perwakilan dari YPP yang sedang mengerjakan proyek kerjasama ini, menyebut kemanusiaan diharapkan jadi platform unik untuk masuk di level sosial yang lebih global.
Di awal tahun 2018 ini sudah mulai digarap, mudah-mudahan dalam waktu dekat segera dibentuk. Nantinya akan melibatkan berbagai macam elemen, tidak mesti harus agama yang sama, semuanya bisa bergabung," kata Kharis.
Melalui kegiatan ini, sebut Haris, diharapkan juga bisa membuka ruang diskusi baru terutama bagi anggotanya sendiri untuk bisa bersikap toleran.
- Iptu Totong Buka Usaha Bibit Cabai, Bantu Tingkatkan Ekonomi Warga
- Selena Gomez, Kaget Bieber Tunangan
- Irjen Pol Ahmad Luthfi Dianugerahi Indonesia Most Inspiring and Valuable Figure 2024