Kondisi ekonomi dan politik yang tidak kunjung membaik pasca reformasi 1998, membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk dan mengundang keprihatinan banyak pihak. Keprihatinan itu di antaranya datang dari putra-putri dan keluarga besar Presiden kedua RI Soeharto.
- Gagal Ikuti Pilwalkot Semarang 2024, Dico Ganinduto: Ya, Harus Siap Sudah Risiko!
- Petani dan Sobat Tunjung Dukung Sudaryono Jadi Gubernur Jateng
- Sejauh Ini Cak Imin Cawapres Resmi Jokowi
Baca Juga
Hal itu diungkapkan Lieus Sungkharisma, salah seorang aktivis Tionghoa yang dekat dengan putra Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto.
Menurut Lieus, di bawah komando Tommy, keluarga besar Cendana telah meneguhkan tekad dan bersatu padu untuk berkarya demi meraih kembali martabat bangsa dan negara yang semakin memudar.
Ditambahkannya, dalam banyak kesempatan bicara dengan dirinya maupun dengan wartawan, Tommy telah berkali-kali mengingatkan pemerintah tentang situasi yang dapat mengancam kemandirian ekonomi dan kedaulatan negara, yang pada gilirannya dapat menghilangkan martabat bangsa. Namun, faktanya pemerintah tetap berjalan dengan platform kebijakannya sendiri.
"Karena itulah Mas Tommy mendirikan Partai Berkarya. Sebab beliau tahu, cara paling efektif dan konstitulional untuk mempertahankan kedaualatan NKRI hanya melalui medan perjuangan politik," kata Lieus dalam keterangannya, Senin (23/7).
Tommy sendiri menyebut, seluruh anak dan cucu mantan Soeharto baik itu kakak, adik maupun keponakan, seperti Sigit Hardjojudanto, Siti Hardiyanti Indra Rukmana, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi dan Siti Hutami Endang Adiningsih kini sudah bulat bergabung di Partai Berkarya yang didirikannya.
Saat ini semua keluarga besar almarhum Soeharto memang sudah berlabuh di Partai Berkarya yang menjadi partai peserta Pemilu serentak 2019 dengan nomor urut 7.
"Bersama Partai Berkarya, kami siap memperjuangkan cita-cita untuk merebut kembali martabat bangsa dan negara," ujar Tommy.
Dengan dukungan seluruh keluarga besar Cendana, Tommy berharap Pemilu 2019 mendatang bisa menjadi momentum bagi semua elemen bangsa Indonesia untuk menata kembali bangunan persatuan yang selama era reformasi ini menjadi sangat longgar.
- Dilepas Bupati Purworejo, 370 Personil Yonif 412 Bertolak ke Kongo
- TNI-Polri di Boyolali Sinergis Jaga Kondusifitas Jelang Idul Fitri 1446 H
- Gelar 'Tadarus Pergerakan', PMII Purworejo Menolak RUU TNI Demi Menjaga Demokrasi