- Wahidin, Pengusaha Kolang-Kaling Banjarnegara Di Tengah Kelangkaan Bahan Baku
- Sambut Festival Megengan, Koreografer Laelatul Qadriyah Bertamu Di NGOPI Dinparta Demak
- Sekda Demak Merawat Komunitas Bonsai Tumbuh Subur Di Demak
Baca Juga
PURWOREJO - Cacaban Kidul, salah satu desa di Kecamatan Bener Purworejo memiliki destinasi wisata alam Manggul Joyo. Menawarkan track menantang untuk menaklukkan perbukitan ekstrim sebelum mendapatkan pemandangan alam yang menawan.
Ya, kawasan wisata yang dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Manggul Joyo ini sudah beberapa tahun dikembangkan. Tempat ini relatif mudah dijangkau karena sudah ada akses jalan kabupaten yang memadai dan bisa ditempuh melalui Kalijambe atau pun pertigaan Pasar Kaliboto.
Tidak saja menjual panorama alam yang menarik, pengelola desa wisata ini menawarkan beberapa paket wisata yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Wisatawan yang ingin bermalam juga telah disediakan homestay yang bersih dan rapi. Tempat ini cocok bagi mereka yang ingin menikmati kedamaian alam desa dan berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Dalam paket uji wisata yang diadakan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Purworejo, pengunjung diajak untuk mengunjungi beberapa aktivitas keseharian masyarakat, khususnya perajin usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang dilakoni masyarakat setempat, Kamis (06/06).
Menikmati sajian pagi layaknya warga pedesaan menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi pengunjung. Pemilik homestay menyuguhkan berbagai penganan ringan namun mengenyangkan karena berbahan dasar ketela. Di atas lantai yang ditutup dengan karpet, berjajar piring yang berisikan klemet, emplang dan combro. Ini masih disediakan juga pisang raja dan pisang ambon.
Tidak cuma sampai disitu, toples kaca bening memperlihatan klanting dan kerupuk gadung. Semua jenis makanan ini merupakan produksi warga lokal yang digandeng pokdarwis untuk bisa menjadi menjadi sajian saat ada pengunjung yang datang. Dan segelas air teh hangat turut menghangatkan badan untuk menemani aneka makanan tersebut.
"Sebenarnya makanan kecil ini akan lebih lengkap lagi kalau datang ke tempat kami saat hari pasaran di Pon dan Kliwon. Karena pengunjung akan kami ajak langsung mendatangi pasar Joho yang ada di wilayah kami," kata Jumadi, pengurus desa wisata Manggul Joyo.
Usai menikmati sajian pagi yang hangat, wisatawan akan diajak berjalan kaki mengunjungi perajin besek yang menjadi pekerjaan sambilan bagi ibu-ibu rumah tangga. Kecukupan bahan baku bambu apus memudahkan warga untuk rutin memproduksi aneka jenis besek ini saban harinya.
Tangan-tangan terampil itu amat cekatan menganyam bilah-bilah bambu menjadi sebentuk kotak. Satu paket besek terdiri dari lima besek dasar dan penutupnya.

Wakil II Roro Purworejo 2024 Peggy Agustina Mencoba Menganyam Besek Saat Mengunjungi Desa Cacaban Kidul, Bener, Purworejo. Budi Agung/RMOLJawaTengah
Paket ini dihargai Rp10.000 dan biasanya mereka jual ke pasar atau pengepul yang ada di desa tersebut.
"Kita tidak ngoyo dalam membuat besek ini, karena cuman sambilan. Daripada 'nganggur lebih baik seperti ini berkumpul bersama tetangga tapi menghasilkan," kata Islamiyah, perajin besek lokal tersebut.
Menyusuri jalan kampung yang telah dirabat beton, selanjutnya pengunjung diajak mengenal proses pembuatan gula kelapa. Cukup banyak warga yang mengandalkan kehidupan mereka dari produksi gula ini.
Sensasi berbeda dirasakan saat berada ditempat ini dimana kita diajak turun langsung ke dapur tempat produksi kelapa. Dibutuhkan tenaga yang ekstra untuk mengaduk legen di atas tunggu yang membara.
Pemandu yang ada pun amat cekatan menjelaskan proses pembuatannya, mulai dari memanen dari pohon hingga sampai diatas tungku. Semua akan terasa lengkap saat kembali menikmati teh tubruk pahit dengan menggigit gula.
Selain itu ada minuman kunir asem yang tidak akalah segar. Getuk ketela yang legit dengan combro juga menjadi penyemangat untuk terus meneguk minuman hingga habis.
Mobil bak terbuka telah menunggu saat pengunjung hendak diajak menuju ke tempat pembuatan krasikan dan dawet hitam. Jarak yang relatif jauh dengan jalan antar pedukuhan yang agak sempit masih ditambah lokasinya yang tinggi membuat mereka yang biasa tinggal di tempat datar, harus menambah degup jantungnya.
Tidak jauh dari tempat pembuatan makanan lokal itu, tibalah saat menikmati makan siang. Bukan menu biasa dengan menggunakan piring, pengelola menyediakan nasi ambeng sederhana yang bisa dinikmati 4 orang.
"Ini nasi ambeng, kami membangkitkan kearifan lokal dimana dulu, orang saat menggelar selamatan itu menikmati nasi ambeng secara bersama-sama. Kalau tidak habis, sisanya dibawa pulang ke rumah," kata Jumadi.
Nasi diletakkan di atas daun pisang dengan penyangga anyaman bambu, terdapat sobekan ingkung ayam dan tempe goreng garit yang ditempatkan menutup kluban dan sayur pepaya.
Sebagai penutup, rombongan diajak menikmati kopi lokal di lokasi wisata Manggul Joyo. Hembusan angin menjelang sore menjadikan seruputan kopi pahit itu terasa nikmat.
- TKDN Dihapus, Kebijakan Tepat Atau Keliru?
- Wali Kota Tegal Beri Pesan Menyentuh Bagi 215 Calon Haji Kota Tegal
- Suka Duka Filolog, Naskah Kuno Dianggap Pusaka Dan Jimat Oleh Para Pewarisnya