Serangan fajar atau uang untuk pemilih dianggap wajib untuk gelaran Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024. Tak terkecuali bagi incumbent atau petahana DPRD Kabupaten Batang.
- Quo Vadis Program Deradikalisasi?
- Ikhtiar Mengikis Paham Radikalisme
- Melupakan Jejak Kelam Masa Silam
Baca Juga
Sebut saja namanya, Karyo. Ia adalah anggota DPRD Kabupaten Batang yang maju lagi pada 2024. Ia pun mengakui meski petahana, tetap butuh amplop untuk menjaring pemilih.
"Dibanding 2019, kebutuhannya malah naik. Nominalnya juga naik, dulu kami bagi nilainya antara Rp 50 ribu, Rp 70 ribu dan Rp 90 ribu. Tiap daerah beda-beda nominalnya," tuturnya.
Kini, nominal segitu tidak cukup. Dirinya pun menyiapkan nominal Rp 100 ribu untuk para pemilihnya.
Karyo menggambarkan bahwa tiap anggota DPRD paling tidak harus menyiapkan 15 ribu amplop. Ia pun sudah menyiapkan sejumlah itu.
Diakuinya, khusus untuk amplop, pihaknya paling tidak menyiapkan amunisi hingga Rp 1,5 miliar. Angka itu belum termasuk biaya lain, mulai dari saksi, poster dan lain sebagainya.
"Di luar itu saya sudah keluar ratusan juta rupiah. Padahal belum kampanye lho. Karena tidak semua pemilih itu minta uang. Ada yang minta untuk kampungnya (misal pengaspalan jalan dan sebagainya)," jelasnya.
Karyo pun mengatakan cost politik menjadi risiko seseorang mencalonkan diri. Baginya, hal itu dianggapnya sebagai sedekah, bukan untuk memaksa warga.
Sebagai incumbent, dirinya masih percaya diri tetap mendapat suara meski tanpa amplop. Sebab, sedikit banyak dirinya sudah dikenal.
"Kalau yang baru mungkin beda lagi perhitungannya," jelasnya.
Siap Untung atau Buntung
Senada dengan Karyo, caleg petahana lainnya, sebut saja namanya, Joko, blak-blakan mengaku menyiapkan sejumlah Rp 500 juta untuk serangan fajar jelang hari H. Uang sebanyak itu diakuinya tidak seberapa dibanding caleg lain di Kota Pekalongan.
"Teman saya, ada yang menyiapkan Rp 400 juta. Ada yang mau habis-habisan Rp 1,5 miliar," katanya di sebuah kafe, belum lama ini.
Joko menyebut mau tidak mau harus ikhlas apapun terjadi dengan uang yang disiapkannya itu. Bisa jadi, uang sebesar itu bisa meloloskannya jadi wakil rakyat atau hangus sia-sia.
Warga asli Kota Pekalongan itu mengakui merupakan pemain baru di pencalegan 2024. Sebelumnya, ia sama sekali tidak pernah nyaleg.
"Kalau tidak pakai uang sama sekali tidak mungkin. Sekarang masyarakat lebih pragmatis dan lebih pintar," ucapnya.
Meski begitu, Joko mengakui masih mempunyai idealisme menjadi wakil rakyat. Baginya, uang itu diniatkannya untuk sedekah.
"Saya masih punya idealisme untuk menjadi wakil rakyat yang vokal membela rakyat," ucapnya, berkilah.
- JMPPK Soroti Pencaplokan Saham Semen Grobogan oleh Indocement, Gunretno: Kami Kecolongan
- Quo Vadis Program Deradikalisasi?
- Sewindu Ganjar Pranowo Pimpin Jawa Tengah : Jungkir Balik Melawan Covid-19, Jateng Masih Penyumbang Terbesar Nasional