Ada curhatan sejumlah pelatih menggelitik dari tahun ke tahun dibalik capaian sembilan medali emas di cabang olahraga (cabor) atletik dalam Porprov XVI Pati Raya berakhir pekan lalu.
- Simpati Kepada Gaza, Presiden Sepakbola Norwegia Protes Undian Kelompok Dengan Tim Israel
- Jimmy Senduk Ditunjuk PB Boling Jadi Ketua Panitia Musornas
- Gagal Juara Euro 2020, Tiga Pemain Kulit Hitam Inggris Jadi Korban Rasisme
Baca Juga
Bonus atlet peraih emas, perak dan perunggu dijanjikan dijanjikan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Salatiga ternyata harus dibagi kembali ke pelatih.
Artinya, bonus diterima tidak sepenuhnya milik atlet melainkan harus dibagi 25 persen kepada pelatih. Hal ini membuat para pelatih risih.
"Nah yang menjadi pemikiran kita. (Bonus) ini polemik kenapa (pelatih) tidak menjadi prioritas. Kemana-mana kalau tidak ada pelatih atlet juga bukan apa-apa. Dan selayaknya lah pelatih ikut dipikirkan dan merasakan sukanya. Minimal operasional buat pelatih," kata Lusiana Cahyasari.
Pelatih merasa kurang pas jika harus mengambil atau dipotong dari atlet.
"Kalau bisa bonus atlet itu sendiri, pelatih sendiri. Mengambil hak atlet juga kita tidak tega," ujarnya.
Ia mendidik tujuh atlet, dengan capaian dua emas, dua perunggu cukup puas mengingat target awalnya hanya medali dua perak saja. Walaupun pun di putra belum memberikan terbaik, tapi hasilnya tidak terlalu buruk.
"Event ke depan, persiapan kualifikasi PON. Pembenahan karena selama ini kita menangani yang senior, sehingga waktu latihan kurang fokus. Sekarang fokus ke pelajar saja," terangnya.
Hal senada disampaikan Manager Pelatih Atletik Salatiga, Siti Fatimah. Kepada RMOLJateng, atlet senior spesialis marathon ini mengaku soal bonus bagi atlet dan pelatih memang sempat mengganjal.
Apalagi, aku dia, upaya keras atlet tidak lepas dari peran pelatih. Pencapaian atlet merupakan kebanggaan pelatih.
"Sebenarnya kemarin itu juga merupakan suatu kejutan bagi para atlet, cuma kemarin untuk atletik uang tunai Rp2 juta memang sudah dirapatkan seluruhnya untuk atlet," ujar Fatimah.
Namun, ke depan pelari legendaris ini berharap ada suatu perhatian lebih kepada pelatih.
"Jadi, misalkan kemarin itu Rp2 juta tunai, kalau bisa Rp1 juta untuk pelatih Rp1 juta atlet. Pelatih mendapatkan perhatian akan sangat bahagia dan menjadi support melatih lebih intensif dan kebersamaan lebih baik juga kesejahteraan nya akan lebih terjamin," pungkasnya.
Lepas dari itu, secara bijaksana Bu Fat, biasa Siti Fatimah disapa mendoakan prestasi atlet bisa meningkatkan prestasi ke depan. Modal semangat untuk lebih berlatih dengan disiplin tinggi.
Pelatih atletik di nomor Sprint Harnum Fida Sanjaya ikut angkat bicara. Ia menambahkan, soal bonus Rp50 juta sebenarnya menjadi keganjalan cukup lama bagi pelatih.
"Dari dulu saya ikut Porprov 2019 sampai sekarang sebaiknya dipikir juga bonus ke pelatih. Karena atlet itu kan sudah memberikan masa depannya hanya untuk nama baik untuk kota tercinta. Patriot ini juga minim dan sangat kurang perhatian. Kami memberikan masukan, MoU harus diperhatikan. Coba bayangkan, Atlet nasional berakhir sebagai penjaga tokoh, buruh pabrik," terang Hanung.
Menurut dia, bicara sebagai pelatih bonus yang diberikan ibaratnya memberi support system. Begitu juga kepada atlet.
"Di belakang atlet itu kan ada seorang pelatih, di mana kita itu tidak bisa dilepas. Jadi lebih baik kedepannya mungkin atau berikutnya bisa dipikirkan lagi. Yang berjuang bukan cuma atlet tapi juga pelatih," tegas dia.
Pelatih di nomor cabang Lempar M Shodiq, pun menyuarakan hal serupa. Ia pun mengeluhkan bonus tunai Rp2 juta peraih medali emas.
Didampingi dia asisten pelatih, Dwi Ratnawati dan Damin, Koni dan Pemkot Salatiga bisa memikirkan operasional pelatih.
"Kalau bisa, pelatih ikut dipikirkan. Jangan hanya atlet nya saja, pelatih gigit jari," aku Shodiq, blak-blakan.
- Jelang Liga 4, Persibat Intens Ujicoba
- Atlet Jawa Tengah Pecahkan Rekor Nasional Pada PON XXI
- All Indonesian Final di Kategori SL 3 Akhirnya Terwujud