Chatra, Simbol Keagungan Candi Borobudur

Pemasangan chatra atau payung di puncak stupa Candi Borobudur. Dok
Pemasangan chatra atau payung di puncak stupa Candi Borobudur. Dok

Candi Borobudur semakin dilengkapi dengan pemasangan chatra atau payung di puncak stupa utama. Chatra sebagai simbol penyempurnaan keagungan Candi Borobudur.


Staf Khusus (Stafsus) Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo mengatakan, chatra dimaknai dari sudut pandang arkeologi melainkan dalam perspektif spiritualitas agama Buddha. 

"Pemasangan chatra di puncak stupa Candi Borobudur bagi para tokoh agama dan umat Buddha Indonesia, memiliki makna filosofi sebagai objek persembahan surgawi dan sebagai sebagai pelindung," katanya, Senin (11/9). 

Dia mengungkapkan, para tokoh agama dan umat Buddha sudah satu kesatuan pandangan bahwa kepingan batu-batu secara nyata ada dan ditemukan di Candi Borobudur. Sebagai payung, Chatra pernah terpasang di tempat yang paling mulia pada masanya. 

"Sehingga keputusan memasang kembali Chatra Candi Borobudur merupakan upaya dalam menyempurnakan Candi Borobudur sebagai Pusat Kunjungan Wisata Religi Agama Buddha Indonesia dan Dunia," katanya. Wibowo menyebut, Kemenag melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha merumuskan konsep Kunjungan Wisata Religi Agama Buddha di Candi Borobudur dengan pendekatan nilai spiritual kebudayaan. 

Hal tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan kepentingan pelestarian candi sebagai world heritage (cagar budaya) sekaligus sebagai bangunan keagamaan suci. Dengan demikian, kunjungan wisata religi agama dapat menghargai, mempelajari dan mendalami pengertian nilai ajaran dan fungsi edukasi, spiritual dan religius dari Candi Borobudur sebagai rekaman Buddhadharma Nusantara. 

"Melalui kunjungan wisata religi agama itu pula akan dapat dibangun perilaku saling mengapresiasi, menghormati, dan memperlakukan Candi Borobudur sebagai Living Spiritual Monumen dan sebagai sarana merit making. Dengan demikian dapat terbentuk sarana pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangan Candi Borobudur yang lebih langgeng," ujar Wibowo.

Sebelumnya, dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) akhir Juli. Menko Maritim dan Investasi, Luhut B Panjaitan menyetujui usulan Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) untuk mengoptimalkan Candi Borobudur sebagai bagian dari lima DPSP melalui pengembangan Kunjungan Wisata Religi Agama Buddha Indonesia dan Dunia. 

Rakornas juga menyetujui pemasangan chatra di puncak stupa sebagai upaya menyempurnakan Candi Borobudur sebagai Pusat Kunjungan Wisata Religi Agama Buddha dunia.

Wibowo menjelaskan, pasca Rakornas 5 DPSP juga telah digelar serangkaian rapat koordinasi. Rakor di Kemenko PMK pada 24 Juli 2023 disepakati Kemendikbud Ristek melalui Dirjen Kebudayaan akan melaporkan ke Presiden Jokowi. Selanjutnya, dalam rapat di Kemenkomarves pada 14 Agustus 2023 disepakati pembahasan chatra akan dilakukan setelah sidang World Heritage Committee (WHC) pada pertengahan September ini. 

Pemasangan chatra juga akan tetap mengedepankan aspek pelestarian, sebab Candi Borobudur telah tercatat sebagai warisan dunia sebagaimana dikuatkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kementerian Agama pun tetap akan menggandeng berbagai pihak untuk terus menjaga keagungan Borobudur ini.

"Direktorat Jenderal Bimas Buddha Kemenag juga terus berkoordinasi dengan BRIN untuk riset kebijakan," tegas dia.