Cerita Mbok Mu'ah, Penjual Pecel Alun-alun Pemalang yang Memilih Jualan Online

Pembagian paket sembako dari Polres Pemalang pada pedagang alun-alun yang tidak berjualan sepanjang PPKM, Jumat (23/7) malam./RMOLJateng
Pembagian paket sembako dari Polres Pemalang pada pedagang alun-alun yang tidak berjualan sepanjang PPKM, Jumat (23/7) malam./RMOLJateng

Namanya Mu'ah (56), warga Kebondalem, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang. Ia adalah penjual pecel di depan minimarket yang berada di alun-alun Pemalang.


Sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat hingga Level 4, Mu'ah memilih tutup total.

Alasannya, alun-alun Pemalang ditutup dan jarang ada yang lewat.

"Awalnya sih masih buka, tapi sepi. Sampai saya terpaksa sering buang dagangan yang tidak laku, mubazir," katanya saat berbincang dengan RMOL Jateng, Jumat (23/7) jelang tengah malam.

Mu'ah, malam itu bersama para pedagang yang berjualan di alun-alun, mendapat bantuan paket sembako dari Polres Pemalang.

Semula, Ia mencoba bertahan dengan tetap berjualan di jalan yang ditutup.

Namun karena dagangan sepi, Mu'ah pun memutuskan  membuka usaha di rumahnya.

Tidak hanya sekadar buka, dibantu sang anak, usaha nasi pecelnya dionline-kan.

"Ya lewat apa namanya? whatsapp, terus apalagi saya kurang tahu. Yang tahu anak saya," katanya lalu tertawa.

Hasilnya? Berbeda jauh dengan berjualan konvensional, pendapatannya saat ini hanya 10 persen dari sebelum PPKM darurat berlangsung.

"Iya, saya sampai tidak bisa ngitung lagi modal, sama keuntungan. Pokoknya sehari dapat Rp 150 ribu itu kotor, belum dikurangi modal dan sebagainya," ucap istri dari Tarmo itu.

Mu'ah memilih tidak mengeluh dan tetap bercerita dengan sering tersenyum.

Ia mengatakan tetap bersyukur bisa dapat penghasilan di tengah situasi sulit saat ini.

"Ni juga dapat bantuan beras dari bapak-bapak pejabat polres Pemalang, lumayan bisa untuk menanak nasi," katanya sambil menggendong beras.