Cawalkot Semarang Diminta Tak Sekedar Obral Janji

Kampanye calon di Pilkada jangan dianggap negatif masyarakat untuk obral janji tetapi sebaiknya diambil sisi positifnya agar dapat kenalan. Dicky Aditya/RMOLJateng
Kampanye calon di Pilkada jangan dianggap negatif masyarakat untuk obral janji tetapi sebaiknya diambil sisi positifnya agar dapat kenalan. Dicky Aditya/RMOLJateng

Pemilihan wali kota (Pilwakot) Semarang masa pendaftaran bagi para calon sudah tak ada satu bulan. Artinya, pemilihan sangat dekat. Sebagian nama calon bakal maju pun telah siap-siap mulai merancang model kampanye.


Namun, biasanya masa seperti sekarang ini akan banyak sekali hal-hal di masyarakat menjadi bahan bagi para calon sebagai modal menyusun janji. Masyarakat sehingga harus memperhatikan agar bisa paham dan tak sekedar termakan janji palsu. 

Sebutannya demikian, bukan berarti menyudutkan salah satu atau beberapa calon. Tetapi, biasanya masyarakat kurang perhatian dengan visi dan misi setiap calon. 

Ini pun menarik dibahas. Pengamat Komunikasi Politik Universitas Diponegoro Dr Adi Nugroho mengatakan, pokoknya masyarakat jangan sampai salah paham memahami janji kampanye. Umumnya, mereka (para calon) menawarkan program unggulan untuk periode kerjanya, namun sering sekali dinilai keliru justru anggapan masyarakat cuma obral janji. 

"Nah ini persepsi sering salah di masyarakat, bukan janji palsu ya saat kampanye. Tapi, calon kenalan melakukan sosialisasi dan pendekatan alias PDKT itu ada maksud dan tujuannya. Agar tau kondisi dihadapi, problem apa saja dibutuhkan masyarakat, seandainya mereka benar-benar terpilih kan tinggal tancap gas saja," kata Adi, Kamis (8/8). 

Masalah sebenarnya masyarakat sering salah mengartikan makna kampanye, itu menurut Adi, justru akhirnya menimbulkan kesan negatif. Yang pasti, pemahaman politik masyarakat kurang, sehingga semuanya dianggap tidak penting. 

Justru, Adi memiliki saran sebagai siasat agar masyarakat memanfaatkan sosialisasi atau kampanye untuk curhat ke calon menyampaikan segala macam keluhan dan unek-unek. Berbagai permasalahan problem sosial, ekonomi, atau pembangunan, dapat langsung dibuka saja ke para calon sekaligus untuk mengukur seberapa serius sosok itu. 

"Tinggal ngomong saja pak saya pengen kota Semarang jadi begini. Atau bilang, supaya masyarakat mudah dapat kerjaan. Pokoknya terbuka saja, karena ini juga momentum tepat untuk kenalan dengan tokoh publik yang kemungkinan akan menjadi pemimpin masyarakat beberapa tahun ke depan. Semakin dekat dan akrab, positifnya apa-apa mudah, bisa kenal dekat," jelas Adi beri penilaian. 

Sayangnya, masyarakat biasanya justru polos atau bahkan tidak peduli. Menurut Adi, lebih baik aktif daripada pasif namun akhirnya merasa rugi dan menyesal karena sikap acuh tak acuh. 

"Jangan lah cuma diam-diam saja. Mending aktif ikut acara-acara diadakan di tengah-tengah masyarakat. Momen langka loh ntar tau-tau menyesal, kan bisa dimanfaatkan sisi positifnya. Kadang-kadang malah jika butuh apapun bisa dibantu mereka. Anggap saja relasi, kenal dekat bisa menjadi andalan agar kita juga untung," canda Adi.