Candi Tertua di Jateng Kembali Diekskavasi, BRIN: Bangunan Tersisa 30 Persen

Proses ekskavasi di Candi Batu Bata tertua di Jawa Tengah yang berlokasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. Bakti Buwono/RMOLJateng
Proses ekskavasi di Candi Batu Bata tertua di Jawa Tengah yang berlokasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. Bakti Buwono/RMOLJateng

Lima tahun berhenti, proses ekskavasi temuan candi tertua di Jawa Tengah yang berada di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang akhirnya dilanjutkan. Proses ekskavasi sudah membuka kembali bentuk dasar candi batu bata yang berukuran 8 meter x 8 meter tersebut.


Tim ekskavasi terdiri atas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Ikatan Arkeologi Indonesia, Museum Cagar dan budaya serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang. Proses ekskavasi terakhir pada 2019 lalu. 

"Tersisa bagus, tereservasi. (Hanya tersisa) bagian kaki, sekitar 33 persen. Badan dan atap hilang. Ini kan bata beda dengan batu kan, kalau roboh hancur," jelas arkeolog dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agustijanto Indradjaja, Selasa (25/6).

Ia menyebut sebenarnya sudah melakukan survey di pantai utara Batang sejak 2012. Lalu pada 2014-2015 pihaknya hendak ekskavasi di sekitar situs pertitaan balaikambang.

Balaikambang adalah situs pertirtaan dari abad ke -9. Jarak antara situs Balekambang dengan lokasi Candi Bata tertua di Kabupaten Batang itu sekitar 30 meter. Temuan arca di Balekambang adalah situs Durga dari Hindu dan Arca Sri Vashudara dari Budha.

Agus menyebut pihaknya tidak bisa melakukan survey saat itu karena masih berupa hutan karet. Lalu pada 2019 pohon karet dibuka. 

"Lalu kami ekskavasi 2019, hasilnya kami  laporkan ke pemkab Batang, untuk bisa membuka candi ini sehingga nanti bisa dinikmati. Namun saat itu kami belum sempat melakukan survey area di sekitar candi, untuk tahun ini karena kebutuhan delineasi kita melakukan surbey," ucapnya.

Hasil survey area, pihaknya menemukan indikasi tinggalan arkeologi lain yaitu struktur bangunan di bagian bukit. Kemudian juga ada temuan tembikar hingga keramik.

"Jadi memang yang jelas ini bangunan pemujaan, tapi apakah ini Budha atau Hindu kita belum bisa memastikan, karena emang belum ada indikasi apa apa. Karena biasanya kalau seperti ini hampir sama, kecuali kita tinggal lihat ada sisa arcanya atau inskripsi itu, baru kita bisa pastikan, sampai saat ini kita belum bisa menemukan," jelasnya.

Pihaknya menduga bahwa candi itu berasal pada zaman kerajaan sebelum Mataram Kuno yang baru ada pada abad ke 8. Berdasarkan sumber tertulis, ada satu kerajaan di sekitar abad 7 yaitu kerjaan Holing atau Kalingga.

"Kalau kerajaannya kita tahu Mataram Kuno itu baru ada sekitar abad 8, atau 720 masehi. Jadi ini ada satu periode sebelum mataram kuno, kalau dari sumber-sumber tertulis, sebelum mataram kuno itu di jawa ada kerajaan yang namanya oling atau Holing, yang terkenal dengan ratu Sima," ucapnya.

Agus menyebut bahwa struktur candi di Kabupaten Batang punya kemiripan dengan Candi Batujaya di Karawang. Di sana ada kerajaan Tarumanegara pada abad 5-7. Strukturnya mirip. 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang, Bambang Suryantoro Sudibyo di lokasi menyebut ekskavasi berlangsung selama 10 hari. 

"Sudah kelihatan bentuknya tapi di atasnya sudah hilang. Sidah diketahui tahun pembuatannya dan dibangun di abad ke 7, tertua di Jawa Tengah," katanya.

Ia menyebut pihak pemkab Batang membantu dari sisi pendanaan untuk ekskavasi. Untuk tenaga ahli, pihaknya menggandeng berbagai ahli dari banyak pihak.

"Kalau ini memang betul betul candi tertua ya ini harus kita pelihara, karena ini jadi cagar budaya dan syukur bisa jadi ikon wisata di Jawa Tengah,khususnya di Batang," katanya.