Bupati Wonogiri Serukan Keroyok Stunting

Rembuk stunting yang digelar di pendopo rumah dinas bupati, Rabu (26/6). Tulus Premana/RMOLJateng
Rembuk stunting yang digelar di pendopo rumah dinas bupati, Rabu (26/6). Tulus Premana/RMOLJateng

Bupati Wonogiri Joko Sutopo menyeru kepada semua stakeholder di Wonogiri untuk terlibat dalam penanganan stunting. Dengan model penanganan secara keroyokan, ia optimis jumlah kasus stunting akan lebih cepat turun.


Hal tersebut disampaikan di hadapan para kepala desa, kepala OPD dan tamu undangan pada acara Rembuk Stunting yang digelar di pendopo rumah dinas Bupati, Rabu (26/6).

Menurut Bupati, kendala yang dirasakan dalam penanganan stunting di Wonogiri adalah seringnya terjadi perubahan indikator dan sistem aplikasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Juga banyaknya istilah-istilah yang sulit dipahami oleh masyarakat menengah ke bawah.

Selain itu bantuan dari pemerintah, kurang spesifik kepada penyandang stunting. ‘’Kita ambil contoh, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang mestinya bisa  untuk meningkatkan gizi bagi penderita stunting, malah menjadi bantuan langsung telas (habis). Maksudnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Yang lebih menyedihkan, malah ada yang dihabiskan untuk membeli rokok dan kosmetik,’’ kata Bupati Joko Sutopo.

Untuk itu, Joko lebih sepakat bila bantuan itu diberikan dalam wujud voucer yang hanya bisa ditukarkan barang seperti telor, susu dan beras.

Di tempat yang sama. Ketua percepatan penanganan stunting di Wonogiri yang juga Wakil Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno menuturkan, digelarnya acara rembuk stunting ini  bertujuan untuk menurunkan angka stunting di Wonogiri. 

‘’Berdasar data yang kita miliki, di tahun 2022 balita penderita  stunting di Wonogiri sejumlah 5.135 ana. Sedangkan di tahun 2024 ini sudah turun menjadi 4.737 anak,’’ kata Setyo.

Walau sudah turun, lanjutnya, Pemkab masih terus melakukan intervensi di wilayah-wilayah yang angka stuntingnya masih tinggi.