Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Louisiana State University Health Sciences Center Shreveport menemukan tujuh varian baru virus corona dengan mutasi pada huruf genetik yang sama.
- PKK Bangga Kencana Kesehatan Temanggung Masuk Tiga Besar Provinsi Jateng
- FK Unsoed Bantu Program Percepatan Vaksinasi di Banyumas
- Pemprov Jateng dan Komando Armada II Gelar Vaksinasi Anak-anak di Atas Kapal Perang
Baca Juga
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Louisiana State University Health Sciences Center Shreveport menemukan tujuh varian baru virus corona dengan mutasi pada huruf genetik yang sama.
Varian baru itu ditemukan di negara bagian di seluruh Amerika Serikat (AS), tetapi belum diketahui apakah lebih menular dari varian asalnya.
"Jelas ada sesuatu yang terjadi dengan mutasi ini," ujar ahli virologi yang ikut dalam penelitian tersebut, Jeremy Kamil.
Kamil mengatakan, varian baru itu ditemukan ketika ia sedang mengurutkan sampel virus corona. Ia menyebut mutasi terjadi pada asam amino yang sama.
Dikutip dari The News York Times pada Senin (15/2), para peneliti khawatir karena mutasi tersebut berpotensi mempermudah virus masuk ke sel manusia.
Menurut Kamil, semua virus berasal dari garis keturunan yang sama, dan setelah memasukkan genom ke dalam database online yang digunakan oleh ilmuwan lain, dia mengetahui bahwa ada ilmuwan di New Mexico yang juga menemukan varian yang sama dengan mutasi yang sama.
Dilansir Kantor Berita RMOL, garis keturunan yang terdeteksi Kamil berasal dari tanggal 1 Desember, dan sampel dari New Mexico berasal dari bulan Oktober, tetapi tidak jelas kapan varian tersebut benar-benar muncul.
Terlebih, dengan sekuensing genom yang terbatas, sulit untuk mengetahui penyebaran varian tersebut.
"Saya akan sangat ragu untuk memberikan lokasi asal dari garis keturunan ini saat ini," kata seorang ahli epidemiologi di Bern University yang ikut dalam penelitian, Emma Hodcroft.
Penelitian sendiri saat ini belum ditinjau sejawat. Para ahli mengatakan perlu adanya eksperimen tambahan untuk menilai apakah mutasi ini berdampak pada penularan atau morbiditas.
Analisis terbaru menemukan bahwa varian yang pertama kali ditemukan di Inggris, yang dikenal sebagai B.1.1.7, lebih mudah menular 35 persen hingga 45 persen, dan lebih mematikan 30 persen hingga 70 persen.[sth]
- IDI Kebumen Keluhkan Tidak Meratanya Redistribusi Peserta BPJS
- Tenaga Kesehatan RSUP Dr Kariadi Semarang Keluhkan THR Dipotong Terkena Efisiensi
- BPJS Kesehatan Pastikan Peserta JKN Bisa Akses Pelayanan di Masa Libur Lebaran