Bhikkhu Asal Thailand Bisa Ikuti Thudong Hingga Borobudur

Bhikkhu Kamsai Sumano Mahāthera Memberikan Keterangan Di Depan Wartawan Sebelum Naik Ke Candi Borobudur, Senin (20/05). Tri Budi Hartoyo/RMOLJawaTengah
Bhikkhu Kamsai Sumano Mahāthera Memberikan Keterangan Di Depan Wartawan Sebelum Naik Ke Candi Borobudur, Senin (20/05). Tri Budi Hartoyo/RMOLJawaTengah

Phraathikan Suphit, salah satu bhikkhu asal Thailand, mengaku bangga bisa mengikuti tradisi thudhong sampai di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.


Sebelumnya, Phraathikan Suphit tidak tahu Candi Borobudur berada di Indonesia. Juga mengira keyakinan (masyarakat) Indonesia adalah muslim.

"Setelah datang, baru tahu semuanya bersatu," katanya, seperti disampaikan melalui Ketua rombongan Thudong,  Bhikkhu Kamsai Sumano Mahāthera, sebelum naik struktur bangunan Candi Borobudur.

Bahkan, ketika pertama kali datang menjejakkan kaki di Bumi Nusantara, sempat merasa akan menemui masalah. Namun ternyata bayangan itu salah. Karena selama perjalanan selalu mendapat sambutan begitu hangat dari berbagai kalangan masyarakat.

Sepanjang perjalanan dari Semarang, mendapat pengawalan dan bimbingan dari TNI, Polri, dan unsur masyarakat.

"Sehingga terasa aman dan nyaman," tukasnya.

Bhikkhu Kamsai Sumano Mahāthera sendiri mengakui, selama menempuh perjalanan thudong dari Semarang ke Borobudur kurang lebih 60 Kilometer tidak merasa kesepian.

Banyak anak-anak sekolah dan warga masyarakat menyambut dengan penuh rasa persaudaraan. Semua warga berjajar di kanan kiri jalan yang dilalui para Bhikkhu dengan memberikan semangat. 

Dia menyebut contoh saat berangkat dari Wisma Bhikkhu Jayawijaya di Kalimnggis, Kaloran, Temanggung, menuju Magelang, Minggu (19/05).

Meski tidak semua warga yang menyambut adalah umat Buddha, tetapi warga ada yang memberi bunga, minuman, buah-buahan, sendal dan obat-obatan. Banyak pula yang mempersilakannya untuk singgah.

"Semua mendukung kami agar bisa sampai ke Borobudur dengan selamat, untuk mengikuti perayaan Tri Suci Waisak di Candi Borobudur. Kami merasa tidak sia-sia berjalan kaki dari Semarang ke Borobudur. Kami merasa bahagia," katanya.

Istirahat Sejenak Di Pendapa Vitara Manohara BSC Sebelum Naik Candi Borobudur, Senin (20/05). Tri Budi Hartoyo/RMOLJawaTengah

Dia sedikit menjelaskan tentang maksud tradisi thudong. Yakni, sebagai cara melatih diri untuk melepaskan diri dari kepentingan duniawi. 

Disebutkan, peserta thudong adalah sebanyak 43 bhikkhu. Dari Thailand ada 39 bhikkhu, Malaysia 1, Singapura 1 dan Indonesia 1. Ditambah 1 bhikkhu dari Korea yang mengikuti dari Kota Magelang.

"Saat ini kami akan naik ke Candi Borobudur untuk bertemu Sang Buddha. Itu cita cita kami sejak awal," tuturnya.

Peliputan RMOLJawaTengah mengenai Bhikkhu Thudong dapat dibaca pada tautan-tautan di bawah ini:

Bhikkhu Thudong Diberi Untaian Bunga Sedap Malam Di Candi Borobudur

Polres Magelang Kota Kawal Ketat Bhikkhu Thudong Menuju Borobudur

Para Bhikku Thudong Internasional Menembus Keramaian Kota Dikawal Berbagai Komunitas Di Semarang

Bhikku Tudong Internasional Hari ini Meninggalkan Semarang

Kedatangan Bhikku Thudong Disambut Meriah Warga Semarang

Semarang Jadi Kota Pertama Perjalanan Bhikkhu Thudong

Vihara Buddha Dipa Bersiap Menyambut Kedatangan Bhikku Thudong