Bertepatan Ramadan, Tradisi Kirab Boyong Grobog, Digelar Sederhana

Pusaka Grobogan saat memasuki pendapa Kabupaten Grobogan, Senin (3/3) siang. Rubadi/RMOLJateng.
Pusaka Grobogan saat memasuki pendapa Kabupaten Grobogan, Senin (3/3) siang. Rubadi/RMOLJateng.

Kirab Boyong Grobog yang merupakan rangkaian Hari Jadi ke-299 Grobogan Jawa Tengah kali ini digelar sederhana. Hal itu, untuk menghormati masyarakat yang sedang menjalankan ibadah puasa.


Beberapa kebiasaan yang dihilangkan dalam kirab Boyong Grobog kali ini adalah ditiadakannya tumpengan serta tayub yang biasa mewarnai hari jadi Grobogan.

Sekda Grobogan Anang Armunanto menjelaskan, kirab Boyong Grobog memang sengaja digelar lebih sederhana. Namun begitu, prosesi yang digelar tiap tahun tersebut dipastikan tidak mengurangi kekhidmatan.

”Tayub, ditiadakan. Untuk tumpengan juga hanya ada, tapi tidak dipotong. Semua disederhanakan, untuk menghormati yang sedang berpuasa,” ujar Anang.

Dalam prosesi Boyong Grobog Bupati Grobogan Setyo Hadi dan Wabup Sugeng Prasetyo didampingi istri masing-masing mengikuti prosesi sejak awal hingga akhir.

Seperti biasanya, Boyong Grobog dimulai dengan kegiatan di Eks Kawedanan Grobogan dan Kelurahan Grobogan di Kecamatan Grobogan. Kemudian, rombongan  ke kawasan Alun-Alun Purwodadi dan kompleks Pendapa Kabupaten Grobogan.

Di depan kantor Dinarpusda, sekitar 300 meter dari pendapa, rombongan diturunkan dari kendaraan. Forkompimda menaiki andong dan kuda, sedangkan pengiringnya berjalan kaki. Termasuk pemikul Grobog yang berisi pusaka.

Rombongan kemudian mengikuti serangkaian prosesi di Pendapa Kabupaten. Acara diakhiri dengan rebutan 21 gunungan yang berada di Alun-Alun Purwodadi.

Ratusan warga yang sudah menunggu pun langsung berebut isi gunungan berbagai tanaman, sayur-sayuran dan buah-buahan. Menurut mereka ada berkah tersendiri saat mendapatkan isi gunungan.

Sebagaimana diketahui, Boyong Grobog merupakan agenda tahunan Pemkab Grobogan sebagai simbol perpindahan ibu kota dari Kecamatan Grobogan ke Purwodadi.

Grobog yang dibawa oleh rombongan menjadi simbolis grobog dalam sejarah terbentuknya Kabupaten Grobogan di masa lalu.