Bertahan Ditengah Perkembangan Zaman, Waroeng Semawis Padukan Unsur Tradisional dan Modern

Unsur modern berupa DJ perform di Waroeng Semawis, di Hang Waroeng kawasan Pecinan Semarang Tengah, Sebagai inovasi untuk menjaring kawula muda, dibuka pula arena biliard. Ini dilakukan untuk menarik kawula muda sehingga bisa tercipta unsur tradisional dan modern berinteraksi di tempat tersebut. Soetjipto/RMOLJateng
Unsur modern berupa DJ perform di Waroeng Semawis, di Hang Waroeng kawasan Pecinan Semarang Tengah, Sebagai inovasi untuk menjaring kawula muda, dibuka pula arena biliard. Ini dilakukan untuk menarik kawula muda sehingga bisa tercipta unsur tradisional dan modern berinteraksi di tempat tersebut. Soetjipto/RMOLJateng

Senja mulai menyapa di sudut Pecinan Semarang, Jumat (14/6),  ketika sekumpulan orang mulai menata tenda berjualan.


Petugas keamanan mulai memasang portal di dua ujung jalan Gang Waroeng. Sejenak kemudian, tenda-tenda sudah berdiri berderet, Gang Waroeng yang seharian tadi sibuk oleh lalu lalang kendaraan, kini menjadi arena khusus pejalan kaki dan tempat kuliner.  

Waroeng Semawis diselenggarakan oleh kumpulan pegiat pariwisata dan budaya Semarangan, yang tergabung dalam Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata), dengan ketuanya Harjanto Halim. Komunitas ini selain terdiri atas warga Pecinan, juga ada unsur akademisi, pemerintah, dunia usaha, budayawan, sejarawan, dan lainnya.   

Sejak awal dibuka lebih dari 20 tahun lalu, Waroeng Semawis tidak sama dengan tempat kuliner lainnya. Selain tempat jajan, tempat ini juga lebih memiliki misi menghidupkan kultur lama Semarangan tempo doeloe, yaitu budaya pembauran antaretnis, termasuk di dalamnya budaya peranakan Cina di Semarang yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.  

Namun dalam perkembangannya, menjamur tempat kuliner di berbagai tempat, maka Waroeng Semawis yang ide awal pembukaannya meniru kawasan Kua Kya Surabaya, kini terus melakukan inovasi menjaring pengunjung bukan hanya keluarga, namun menyentuh sisi modernitas, yaitu membidik kalangan muda.  

Harjanto Halim melihat ada sisi lain yang bisa ditangkap untuk memperkuat magnet kunjungan wisatawan ke tempat ini. Yaitu memadukan unsur tradisional dan modern. 

Tradisional identik dengan keluarga dan orang tua yang selama ini umum menjadikan Waroeng Semawis untuk kongkow bersama keluarga, sedangkan modern identik dengan kawula muda. 

Maka selain jajanan tradisional, kini diakomodasi juga stand yang mengusung unsur modernitas yang identik dengan kawula muda, yaitu perform DJ (disc jockey), permainan biliard, dan berbagai minuman soft drink untuk menyentuh kawula muda kongkow di Waroeng Semawis. 

"Dengan konsep Let's Hangout in Semawis, kami menjaring kalangan muda, Waroeng Semawis 

Ini karena dulunya kan punya jajanan Semarangan, untuk menghidupkan tradisi dan budaya kuliner tempo dulu di Semarang. Tapi kita lihat hampir semua tempat mengambil tema yang sama di mal mal, ruang-ruang terbuka, yaitu tema kuliner," kata Harjanto Halim, di sela-sela launching tema Let's Hangout in Semawis, Jumat (14/6) malam. 

Maka pihaknya melakukan inovasi untuk menjadikan Waroeng Semawis sebagai tempat  mempertemukan dua sisi generasi, yaitu kaum tradisional yang diwakili oleh kalangan tua, dan unsur modern yang diwakili oleh anak muda. 

"Kebetulan saya jalan-jalan di Singapore di Haji Lane Arab Street, ada tempat hang out anak muda nyaman sekali. Saya kemudian pikir di Semawis bisa dikombinasikan.  Anak muda bisa kongkow minum soft drink, dan jajanan makannya bisa putu bumbung atau pisang planet. Jadi, memadukan tradisional dan modern membaur disini. Ini malah bisa menjadi tempat menarik. Sekarang harus ada lokomotif yang berbeda. Live music, biliard yang menjadi lifestyle anak muda, dijadikan satu di satu lokasi kuliner Semarangan Waroeng Semawis," kata Harjanto Halim. 

Dalam perkembangannya kini, tak kurang dari 70 stand dengan sekitar 50 jenis makanan, ada di Waroeng Semawis. Dari jajanan tradisional wedang ronde, putu bumbung, hingga Chinese food.

Ke depan, Kopi Semawis bertekad terus mengembangkan berbagai ide dan inovasi, agar Waroeng Semawis tetap eksis bukan sekadar mengejar profit, tetapi juga melestarikan dan mengangkat budaya masyarakat Semarangan, yaitu pembauran antarernks Cina peranakan, Jawa, dan Melayu. Karena memang ketiga etnis itu yang paling banyak dijumpai berinteraksi di Waroeng Semawis.