Mei Sugiarti, perempuan asal Kabupaten Grobogan ini terbilang sukses dalam menjalani bisnis catering miliknya. Pasalnya, usahanya selalu ramai. Tiap hari ia tak pernah absen mengantar pesanan nasi kotak ke berbagai wilayah di Kabupaten Grobogan.
- Sejumlah Pimpinan Rumah Sakit Kunjungi Pabrik Sido Muncul
- Pemkot Pekalongan Usulkan UMK 2023 Naik Rp149 ribu
- Nasmoco Hadirkan Kendaraan Niaga Hingga Mobil Sport di GIIAS
Baca Juga
Setidaknya per hari dia mendapat pesanan nasi kotak sekitar 500 box. Bahkan, setiap hari Kamis pemesanan nasi kotak cateringnya mampu mencapai 1500 box.
Dia mengaku, mulai menekuni usaha catering sekitar tahun 2020. Sementara usaha sebelumnya, dia menjual camilan berupa keripik pisang, ketela, dan ubi jalar, dan sukun.
"Awalnya, semua kegiatan dilakukan sendiri, mulai dari memotong, menggoreng, hingga memasarkan camilan. Untuk pemasaran kita titipkan di toko-toko dan warung sekitar," ujar perempuan kelahiran 1986 tersebut, Jumat (20/10).
Mei Sugiarti menunjukan aneka toping pesanan nasi kotak. RMOL Jateng
Dengan menepiskan lelah, ia pun terus berusaha mengembangkan usahanya tersebut, hingga pada tahun 2011 dia bergabung di kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Grobogan. Dengan bergabung di UMKM jaringan komunikasi pun semakin luas, hingga mampu mendapatkan berbagai bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
"Bantuan pertama yang saya terima adalah mesin siler, digunakan untuk mempercepat proses packing. Kemudian, di era Ganjar Pranowo tahun 2014, mendapat bantuan mesin pengrajang singkong," ujar perempuan yang berdomisili di Desa Sugihan Kecamatan Toroh tersebut.
Usaha kecil yang dia tekuni bersama suaminya, Krido Handoyo (39) pun terus berkembang dan membuahkan hasil. Di tahun 2015 ia berhasil memajang camilan miliknya di beberapa swalayan di Kota Purwodadi. Dia juga berhasil memiliki 6 reseller di beberapa wilayah di Kabupaten Grobogan.
Bisnisnya terus mengalami perkembangan hingga awal tahun 2020, sayangnya, di tahun itu terjadi Pandemi Covid - 19 sehingga usahanya meredup, omset pendapatan pun mengalami penurunan drastis, akibat adanya larangan berkerumun oleh pemerintah.
"Saat itu, ada 3 karyawan yang membantu untuk menggoreng serta packing. Namun, hari demi hari kian sepi penjualan, hingga terpaksa karyawan diliburkan," kenangnya.
Meski sempat oleng akibat minimnya pendapatan saat itu, tak mematahkan semangatnya untuk terus berkarya, hingga muncul ide untuk mengembangkan bisnis catering. Dia pun mencoba memposting gambar usaha catering di sosial media yang didapatkan dari temannya.
Kebuntuan yang sempat dialaminya akhirnya menemukan solusi, dia mendapat pemesanan nasi kotak untuk acara hajatan.
"Pemesan pertama, meminta pengiriman 80 nasi kotak untuk hajatan. Kemudian karyawan yang sempat diliburkan, saya panggil kembali untuk membuat nasi kotak sesuai pesanan," terangnya.
Mulai dari situ, pemesanan catering miliknya pun terus mengalami peningkatan, saat ini hampir sebagian dari wilayah Kabupaten Grobogan memesan menu catering miliknya, bahkan ada pemesan yang datang dari luar kota.
"Saat ini ada 10 karyawan tetap yang bekerja di sini. Dari 10 karyawan, tiga di antaranya adalah karyawan lama. Alhamdulillah hingga saat ini belum pernah ganti karyawan," ungkapnya.
Selain karyawan tetap tersebut, dirinya juga memiliki karyawan free line, yang sewaktu -waktu diminta saat banyak orderan.
Hidupi Pengusaha Lain
Meski bisnis catering yang dijalaninya ramai dan mengalami peningkatan pesat, dirinya enggan meniadakan pendapatan para pedagang lain di desanya, yakni dengan cara membeli beras dan perlengkapan lainnya, dari toko di sekitar rumahnya.
Menurutnya, bisnis tak harus mematikan pendapatan yang lain, justru harus bisa menghidupkan dan membantu para pedagang lainnya. Ia berkomitmen selama di lingkungan sekitar masih ada yang menjual bahan kebutuhan usahanya, dirinya tak akan belanja di tempat lain.
"Sebenarnya banyak yang menawarkan misalnya box, beras, dan kebutuhan lainnya dengan harga lebih rendah dari warung sekitar, namun saya nafikan, karena itu bisa memicu kecemburuan, yang imbasnya saling menjatuhkan," jelasnya.
Dia menginginkan, bisnis yang dijalaninya saat ini, bisa memberikan manfaat kepada orang lain, termasuk karyawan dan para pedagang sekitar.
Dia membeberkan, untuk besaran gaji karyawan, mengacu pada jumlah pemesanan, hal itu, agar karyawan juga memiliki pendapatan lebih saat ada banyak order.
"Jika pemesanan banyak, karyawan mendapat banyak penghasilan lebih, bahkan dalam satu hari bisa mencapai Rp 500 ribu perorang. Minimal sepi, setidaknya mereka masih bisa membawa uang Rp 100 ribu perorang," paparnya.
Dia mengatakan, salah satu rahasia sebuah usaha adalah manajemen keuangan, yakni dengan melakukan saving pendapatan secara konsisten tiap hari. Hal tak kalah penting dalam sebuah usaha adalah selalu berinovasi.
"Pertarungan harga pasti terjadi dalam sebuah usaha, jangan terprovokasi hingga jual rugi. Karena tujuan usaha adalah mencari keuntungan. Meski demikian, jangan terlalu tinggi mengambil keuntungan karena bukan bisnis tunggal. Intinya berikan pelayanan terbaik untuk pembeli," ucapnya.
Dikatakannya, kepercayaan konsumen terhadap produk usaha harus dijaga dengan baik. Dia mencontohkan untuk paket pemesanan Aqiqoh misalnya, akan dia pilihkan kambing yang benar - benar memenuhi syarat.
"Mulai dari ukuran kambing, penyembelihan dan doa dilakukan oleh kiai atau modin, kita videokan, bahkan bila perlu lakukan video call untuk menjaga kepercayaan pembeli. Alhamdulillah, setidaknya seminggu sekali ada pesanan Aqiqoh," ungkapnya.
Untuk paket hemat, hanya dengan uang Rp15 ribu, ia bisa melayani pemesanan nasi kotak. Yakni, dengan membagi daging ayam seberat 1 kilogram untuk 10 kotak nasi.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Grobogan, Kasan Anwar, melalui Kabid UKM Endang Sulistyowati mengatakan, dari 59.600 pelaku UMKM di Grobogan, sebanyak 12. 324 orang memilih berbisnis makanan, sementara 47.276 lainnya, terbagi dalam 8 kategori usaha.
Kabid UKM Dinkop UKM Grobogan Endang Sulistyowati. RMOL Jateng
"Data tersebut sudah dilakukan validasi di lapangan pada tahun 2022, untuk tahun 2023 belum dilakukan validasi ulang karena keterbatasan anggaran. Selain itu, banyak pelaku UMKM yang berpindah usaha karena sepi, sehingga untuk hitungan omset rata-rata belum bisa diketahui saat ini," ujarnya.
Dijelaskan, dari jenis usaha yang dilakukan pelaku UMKM terdapat 3 klasifikasi yakni UMKM Andalan, UMKM Unggulan, dan UMKM Potensial.
"Termasuk usaha catering masuk dalam klasifikasi UMKM Andalan, untuk tanaman misalnya padi, jagung masuk dalam klasifikasi UMKM Unggulan, sementara UMKM Potensial termasuk usaha yang mengandalkan skill dan ketrampilan," ucapnya.
Endang juga memaparkan, pihak dinas terus melakukan pembinaan agar pelaku UMKM memahami tata cara usaha serta pemasaran dengan baik agar mampu bersaing di kalangan nasional dan internasional.
"Berbagai pelatihan yang dibutuhkan anggota UMKM akan difasilitasi secara maksimal, karena itu intruksi dari presiden. Namun, untuk bantuan barang khususnya di tahun 2021 sampai sekarang belum ada. Karena pemerintah saat ini fokus menggenjot skill anggota UMKM," pungkasnya.
- Kasus Kemitraan Yang Membuat PT Sritex Terjungkal Dalam Kepailitan
- SIG Berangkatkan 600 Peserta Mudik Bersama BUMN 2023 ke Jawa Tengah dan Jawa Timur
- BCA Tegal Autoshow 2024 Kembali, Banyak Diskon untuk Pembeli On The Spot di Pacific Mall