Berawal Dari Murid Yang Sering Bolos, Squad Guard LA Ngaliyan Gagas Gerakan Orangtua Asuh

Siapa sangka di sudut kota Semarang terdapat guru yang jadi orang tua asuh untuk siswa tidak mampu.


Ia merelakan sebagian gajinya untuk anak-anak yang terancam putus sekolah sejak dua tahun lalu.

Namanya, Oneng Wulandari. Ia adalah guru BK SMPN 18 Semarang yang membantu siswa tidak mampu untuk bersekolah.

Bukankah sekarang sekolah gratis?

"Sekolah memang tidak bayar, tapi masih banyak anak-anak dengan latar belakang ekonomi yang kurang mampu," kata sang suami John Santos.

Ia bercerita, awal menjadi orangtua asuh karena mendapati seorang muridnya jarang masuk sekolah.

Setelah ditanya, sang murid menjawab tidak punya uang untuk berangkat sekolah.

"Kedua orangtuanya tidak ada, anak itu tinggal bersama neneknya yang hanya buruh cuci. Kadang tidak punya uang untuk 'nyanguni' anaknya," kisahnya.

Berawal dari situlah, ia menemukan banyak murid yang punya kendala yang sama.

Rata-rata sebatang kara hingga broken home.

Sang istri dan Santos yang merupakan komandan Squad Guard Lindu Aji Ngaliyan pun punya ide untuk mengembangkan kegiatan sosial itu.

"Dari awalnya yang merupakan kegiatan sosial pribadi istri saya, akhirnya sekaligus kami masukkan agenda sosial Squad Guard Ngaliyan," tuturnya.

Kini, dukungan untuk menjadi orangtua asuh tidak hanya dari keluarga Santos. Tapi juga anggota organisasinya.

Ia menjelaskan bahwa banyak anak di lingkungan sekitarnya yang kurang beruntung.

Meski bisa sekolah, kadang mereka malu karena kondisi ekonomi keluarga mereka.

"Bahkan ada anak sekolah yang selalu terlambat sekolah karena harus bekerja sebagai penyapu rumah tetangga," ceritanya.

Ketua LA Ngaliyan, Herwinsyah mengapresiasi kegiatan itu di organisasinya.

Di sisi lain, ia menyatakan bangga dengan jiwa sosial anggota LA Ngaliyan yang terus bergerak meski jarang terekspos.

"Gerakan seperti ini perlu terus didorong," katanya.

Ketua DPC Lindu Aji Kota Semarang, NH Arissanto juga mengapresiasi gerakan orangtua asuh itu.

Ia menilai, kegiatan sosial itu patut dicontoh pengurus kecamatan Lindu Aji yang lain agar memperhatikan anak kurang beruntung di lingkungan sekitar.

"Tidak hanya itu, kegiatan ini bisa ditiru masyarakat kota Semarang pada umumnya," ujarnya.