- Kisah Nabi Pertama Kali Menjalankan Ibadah Puasa Ramadan
- Fenomena PILKADA dan PILPRES
- Pengetatan Anggaran Pemerintah: Ujian Bagi Tata Kelola Informasi Nasional
Baca Juga
Dushanbe adalah ibu kota Tajikistan, salah satu negara bekas Uni Soviet di Asia Tengah. Tajikistan berbatasan dengan Afghanistan di selatan, Kirgiztan di utara, Uzbekistan di barat, dan Republik Rakyat Tiongkok di timur.
Secara geografis Tajikistan merupakan negara yang berada pada dataran tinggi yang dikelilingi pegunungan. Hampir 93% wilayah negara adalah pegunungan dan tidak memiliki berbatasan dengan laut.
Di bagian utara terdapat Lembah Fergana, di bagian barat laut dan tengah terdapat Pegunungan Turkestan, Zeravshan, Gissar, dan Alai, di bagian tenggara ada Pegunungan Pamiri dengan ketinggian sekitar 7.495 di atas permukaan laut (dpl).
Tajikistan memiliki pembagian administrasi dalam empat tingkatan hierarkis, yakni provinsi, distrik (nohiya), jamoat (unit pemerintahan mandiri di tingkat desa), dan desa (qyshloqs).
Saat ini Tajikistan terdiri dari empat provinsi, yakni Sughd, Khatlon, satu provinsi otonom Gorno—Badakhshan (GBAO), dan Wilayah Subordinasi Republik (RRP).
Selain Dushanbe, kota-kota besar dan padat lain di Tajikistan adalah Isfara, Istaravshan, Kulob, Konibodom, Khujand, Kurgan-Tyube, Qayroqqum, Vahdat, Tursunzoda, dan Buston.
Saat ini Tajikistan dipimpin oleh Emomali Rahmon yang sejak bulan November 1992 lalu memenangkan pemilihan presiden dengan mengalahkan mantan Perdana Menteri Abdumalik Abdullajanov dengan perolehan suara lebih dari 58%.
Sayangnya pasca pemihan tersebut Tajikistan justru dilanda perang saudara di antara berbagai faksi selama hampir lima tahun sejak 1992.
Akibat perang saudara ini Tajikistan berada dalam kehancuran. Diperkirakan lebih dari 100 ribu orang tewas dan sekitar 1,2 juta orang menjadi pengungsi baik di dalam maupun di luar negeri.
Tajikistan baru benar-benar bisa membangun negaranya pasca berakhirnya perang saudara pada tahun 1997 melalui kesepakatan gencatan senjata antara Emomali Rahmon dengan Sayyid Abdulloh Nuri pemimpin Serikat Oposisi Tajik (UTO) serta perwakilan khusus Sekjen PBB, Gerd D. Merrem pada 27 Juni 1997.
Gencatan senjata tersebut menghasilkan kesepakatan tentang pembagian kekuasaan antara partai pemerintah dan partai oposisi dengan proporsi 70:30 persen. Stabilitas politik pasca perang saudara memungkinkan bantuan asing mengalir untuk menata ulang kondisi negara kala itu.
Seiring mulai stabilnya kondisi politik dan keamanan, perekonomian Tajikistan pun berkembang dengan pesat. Perdagangan komoditas seperti kapas, alumunium, litium, uranium, serta ekploitasi tambang batubara dan emasnya telah memberikan kontribusi besar bagi upaya percepatan pembangunan Tajikistan.
Panjakent Kota Sejuta Pesona
Masyarakat Tajikistan tersusun atas etnis Tajik berkisar 84,3%, etnis Uzbek 13,8%, dan sisanya merupakan perpaduan etnis Rusia, Kyrgyz, Turkmen, Tatar, Arab, dan lainnya.
Karena kondisi geografisnya, Tajikistan terkenal dengan destinasi wisata dataran tinggi yang mempesona, sebagaimana dapat kita nikmati di Punjakent.
Panorama nan indah dengan pegunungan dan tebing-tebing curam ini menantang bagi para penggemar olah raga mendaki gunung dan panjat tebing.
Selain pegunungan, Tajikistan juga memiliki banyak danau dan sungai, tak kurang dari 1.300 danau tersebar hampir di seluruh negeri. Beberapa danau besar seperti Karakul, Sarez, dan Yashikul. Ada pun beberapa Sungai yang mengaliri Tajikistan, seperti Syr-Darya, Amu-Darya, Vaksh, Pyanj, dan Zeravshan.
Panjakent adalah sebuah kota di Provinsi Sughd yang dikelilingi dengan pegunungan dan dialiri Sungai Zeravshan. Panjakent merupakan kota kecil tetapi berkembang di Sogdiana dengan penduduk sekitar 50 ribuan.
Karena pesona pegunungan, sungai dan danaunya nan indah, Panjakent memiliki beberapa destinasi wisata unggulan.
Seven Lakes atau Tujuh Danau dari Samarkand adalah salah satu destinasi favorit bagi para wisatawan lokal maupun manca negara.
Seven Lakes bukan sekedar destinasi danau yang begitu indah dan mempesona namun sekaligus menjadi perpaduan panorama pegunungan yang menyejukan dan menyenangkan.
Selain Seven Lakes, Panjakent juga menawarkan beberapa destinasi wisata lain, seperti Danau Iskanderkul, Lembah Yaghnob, Petualangan Jalur Sutra, hingga pendakian gunung dan lembah yang menawan.
Perpaduan antara pegunungan tertinggi di Eurasia, padang rumput Alpen, dan sungai-sungai nan bersih menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun manca negara.
Di atas semua itu, dukungan pemerintah pusat maupun daerah dalam pengembangan wisata alam tersebut cukup memadai dengan memadukan wisata gunung dan danau tersebut dengan wisata ke Masjid Muhammad Bashara dan Central Bazaar yang menyajikan aneka macam produk masyarakat Panjakent, dari pertanian, makanan olahan, hingga berbagai produk dan kerajinan rumahan.
Destinasi wisata yang begitu mempesona di Punjakent juga didukung oleh keramahan masyarakatnya dalam menerima, menghargai, dan melayani tamu-tamu yang datang ke daerah mereka. Masyarakat Punjakent begitu hangat walau dalam berbagai keterbatasan serta hambatan bahasa dalam menjalin komunikasi.
Dushanbe Kota yang Menggairahkan
Dushanbe adalah ibu kota Tajikistan yang terletak di sepanjang Sungai Varzob (Dushanbinka) di lembah Gissar, di barat daya Tajikistan.
Dushanbe memiliki iklim mediterani, di mana saat musim panas suhu sangat panas dan kering sedangkan pada musim dingin suhu sejuk tapi tidak sedingin di Panjakent karena Dushanbe dibendung oleh pegunungan berudara dingin dari Siberia. Iklim di wilayah ini sedikit lebih lembab dibanding dengan ibu kota negara lain di Asia Tengah.
Nama kota Dushanbe berasal dari kata Persia yang bermakna “Senin”. Hal ini merujuk pada fakta Dushanbe sebagai pasar hari Senin yang popular. Secara harfiah kata Dushanbe berarti hari ke dua (du) setelah Sabtu (shanbe).
Secara etimologi, Dushanbe merupakan pasar besar yang beroperasi pada hari Senin atau yang lebih popular disebut sebagai Dushanbe-Bazar (dalam bahasa Tajik: Dushanbe-Bozor).
Dengan luas wilayah sekitar 124,6 Km2 dan populasi sekitar 1,6 juta orang saat ini, Dushanbe menawarkan panorama wisata selain Dushanbe-Bozor, ada Pamir Highway, Museum Negara Tajikistan, Perpustakaan Nasional Tajikistan, monumen dan patung-patung pahlawan Tajikistan yang tersebar di berbagai sudut kota, maupun bangunan-bangunan arsitektur yang luar biasa, serta berbagai taman kota yang begitu cantik dan asri.
Di Dushanbe kita bisa mengunjungi Monumen Rabindranath Tagore, maupun Museum Nasional Tajikistan. Kita juga bisa jalan-jalan di Taman Peringatan Luchab, Taman Patung Ismail Somoni, Victory Park, maupun di Taman Rudaki yang begitu indah di malam hari dengan sorot lampu yang menawan, serta Nevrus Palace, dan lain-lain.
Selain itu, kehidupan malam di Dushanbe sungguh sangat menyenangkan dan menggairahkan dengan sajian berbagai atraksi dan sajian makanan yang sangat lezat.
Kearifan Masyarakat Tajikistan
Obyek-obyek wisata yang begitu indah dan mempesona di Tajikistan tergarap sangat apik berkat kepedulian dan dukungan nyata dari pemerintahnya dari tingkat pusat hingga daerah.
Pemerintah Tajikistan menyadari bahwa keindahan panorama alamnya jika dikelola dengan baik akan memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakatnya.
Menariknya, penataan wisata alam ini dilakukan tanpa merusak budaya serta tatanan hidup masyarakat. Sehingga bagi para wisatawan, khususnya dari manca negara, masih bisa merasakan suasana kehidupan asli masyarakat di pedesaan di pedalaman kota seperti Panjakent.
Pola penataan obyek wisata dengan tetap mempertahankan dan mengedepankan kearifan nilai-nilai lokal itu juga masih dapat dirasakan di wilayah kota besar seperti Dushambe.
Walau ditebar gemerlap kehidupan kota metropolitan, kita masih akan menemukan nilai-nilai kesantunan serta kearifan masyarakat Tajikistan di Dushambe.
Budaya Tajikistan mengajarkan bahwa mereka akan memberikan apa pun yang terbaik yang mereka miliki kepada setiap tamu yang datang.
Mereka ikhlas, demi untuk menjamu tamu-tamunya mereka mengorbankan banyak hal. Walau bahasa menjadi kendala namun tak menjadikan hambatan bagi mereka untuk menerima setiap yang datang ke daerah mereka.
Pada prinsipnya mereka senang berinteraksi dengan siapa pun tanpa mempersoalkan ras, suku, agama, asal-sul serta strata sosial seseorang.
Barangkali kita bisa belajar banyak dari pemerintah dan masyarakat Tajikistan yang kini sedang berusaha bangkit menjadi bangsa besar yang maju dan beradab dengan mengubur masa lalunya yang begitu pahit dan getir.
Pemerintah dan masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan kebijakan otonomi daerah yang telah diundangkan sejak tahun 1999 secara optimal.
Kebijakan otonomi daerah pada dasarnya merupakan transfer prinsip-prinsip demokrasi dalam pengelolaan pemerintahan maupun budaya politik yang diharapkan mampu menjadi stimulus perubahan bagi percepatan pembanguan yang merata dan berkeadilan.
Melalui prinsip demokrasi, penyelenggaraan pemerintahan di daerah diharapkan akan lebih akuntabel dan profesional karena melibatkan peran serta masyarakat secara luas baik dalam menentukan pemimpin melalui pemilihan kepala daerah maupun pelaksanaan program pemerintah di daerah.
Dengan otonomi daerah masyarakat juga dapat mengambil peran aktif turut merumuskan kebijakan yang akan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan dan masa depan mereka.
Penulis : Peneliti Senior PARA Syndicate, Jakarta dan Direktur Eksekutif PROPATRIA Institute 1999-2014.
- Ini Tiga Pemenang Vidio Reels Eksplor Wisata Batang
- Makam Sunan Kalijaga Tembus Top 10 Destinasi Wisata Lebaran
- Eksotisme Pulau Karimunjawa (Masih) Pikat Wisatawan lokal dan Mancanegara