Banjir Rob Kota Pekalongan, Warga Pilih Bertahan di Rumah

Banjir rob di Kota Pekalongan tidak kunjung surut. Sudah tiga Minggu, ratusan warga Kota Pekalongan menjadi pengungsi.


Sejumlah warga memilih bertahan di rumah mereka meski air masuk. Seorang di antaranya Solehah, warga dukuh Clumprit, desa Degayy, Kota Pekalongan.

"Sudah tiga Minggu ini belum surut-surut. Untungnya beberapa kamar sudah saya tinggikan," kata perempuan berusia 52 tahun itu, Minggu (5/12).

Ia bercerita sudah lima tahun berturut-turut mengalami banjir rob. Padahal sebelumnya tidak pernah.

Soleha adalah warga asli Dukuh Clumprit. Ia hanya bisa pasrah sembari menunggu pemerintah bergerak ke mengatasi masalah menahun itu.

"Harapannya ya gimana caranya bisa diselesaikan, kalau kayak gini kan susah. Mau kerja juga susah," tuturnya.

Wali Kota Pekalongan, Adzan Arslan Djunaid bersama Forkompinda juga mendatangi lokasi banjir rob. Ia mengecek kondisi terakhir warganya sekaligus memberi bantuan.

"Wilayah Clumprit ini termasuk lama surutnya karena berada di daerah cekungan," kata pria yang akrab disapa Aaf itu.

Ia mengatakan juga sudah mengunjungi sejumlah lokasi banjir, misal di Pasirsari. Pihaknya berjanji menyelesaikan masalah banjir rob itu.

Aaf, menjelaskan sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Jawa Tengah dan pemerintah kabupaten Pekalongan. Ketiga pihak akan bekerjasama membangun tanggul.

Banjir rob akhir tahun ini diperparah dengan jebolnya beberapa sisi tanggul di wilayah Cilosari. Rencananya, anggaran pembangunan tanggul ditanggung tiga pihak.

"Pemprov nanti 50 persen, kota Pekalongan 25 persen dan Kabupaten Pekalongan 25 persen," ucapnya.

Politisi PDIP itu mengatakan tidak mungkin mendahului membangun tanggul. Sebab, pembangunan tanggul perlu koordinasi dari sisi teknis.

Ia menambahkan jika tidak ada koordinasi menurutnya justru memindah masalah. Sebab, perbaikan satu sisi tanggul bisa mempengaruhi jalur air di sisi lain.