Jakarta - Sebelum membicarakan tentang artificial intelligence atau kecerdasan buatan dan pelindungan anak di bawah umur, sebaiknya para penikmat media sosial, utamanya orang tua, mengetahui apa yang akan menimpanya saat terlalu obsesif terhadap dunia maya.
- Setelah Matahari, Plaza Simpang Lima Semarang 2024 Kali Ini Benar-benar Akan Tutup Total
- Anak-Anak Muda Di Semarang Ternyata Tak Begitu Suka Nongkrong Di Luar, Pengamat: Tren Buang-Buang Uang Dan Waktu
- Pasar Senggol Spesial Hari Kartini Di Hotel Mewah Bintang Lima: Lomba Memasak Burger Anak-anak Meriah Sekali
Baca Juga
Yang pertama adalah ketergantungan terhadap gawai (gadget atau device smartphone) serta dampak psikologis terhadap dirinya. Fitur yang diberikan dalam media sosial seperti notifikasi, like, dan komentar memang dirancang untuk mengeluarkan dopamin di otak manusia. Rasa puas tercipta walau hanya sementara. Apabila dilakukan secara terus menerus, maka hal ini akan menyebabkan kecemasan, depresi, serta minderwardig atau rendah diri.
Yang berikut adalah privasi manusia yang terancam, dan ini sering menjadi sumber kecemasan lainnya karena semua jejak digital akan terekam selama-lamanya di internet. Jejak bisa berupa data pribadi, lokasi tempat tinggal, lokasi tempat berlibur yang paling disukai, warung kesayangan, dan lain-lain. Tidak heran dengan informasi pribadi ini, para penjahat dunia maya akan berupaya mendapatkan identitas yang bersangkutan. Selain itu foto-foto keluarga, foto-foto diri juga akan menjadi salah satu titik paling lemah dalam pelindungan identitas.
Kerugian berikutnya adalah penyebaran informasi palsu yang sudah sangat terkenal dan sering terjadi di kalangan netizen. Media sosial adalah salah satu forum paling subur dalam penyebaran informasi palsu, misinformasi, disinformasi dan hoax. Selanjutnya semua yang diberitakan secara salah dan dengan disengaja akan merupakan upaya pembentukan opini publik dan akibatnya memicu kepanikan secara massal, selain juga polarisasi masyarakat dan konflik sosial baik vertikal mau pun horizontal.
Kerugian yang paling menghancurkan sendi-sendi kehidupan berkehidupan adalah menurunnya interaksi sosial secara nyata yang selanjutnya akan membuatnya terisolir secara sosial.. Dengan turunnya interaksi sosial, tidak akan mengherankan orang yang terobsesi dengan gawainya akan melupakan tata cara dan sopan santun, dan merusak kepribadiannya. Kerusakan terhadap karakter anak-anak dan remaja yang merupakan generasi penerus sudah sering dibicarakan.
Yang terakhir adalah eksploitasi ekonomi dan konsumerisme. Para penggiat media sosial seperti selebriti, selebgram atau influencer bermunculan dan menjadi profesi baru. Salah satu yang menggiurkan dari pekerjaan baru ini adalah mereka mudah melakukan endorsement dan menikmati keuntungan finansial. Endorsement bisa saja berkenaan dengan tempat makan yang menurutnya paling enak (dan dibayar untuk berpendapat seperti itu), sampai pengajaran moral, dan pengajaran ahlak hingga gaya hidup. Sering para pengikut influencer meneladani apa yang dilakukan influencer ini karena beranggapan hal itu sebagai hal yang patut untuk dicontoh. Tidak heran bahwa para pengikut influencer semacam ini adalah ladang subur bagi terjadinya penipuan baik secara mental mau pun secara finansial.
Ardie Sutedja, seorang pakar siber di Indonesia, memberikan jawaban kepada redaksi RMOLJawaTengah mengenai rencana Kementerian Komunikasi dan Digital membuat peraturan pelindungan terhadap anak-anak. Adanya peraturan perundangan tidak menjamin anak-anak akan terjamin pelindungannya.
Menurut pendiri ICSF tersebut hal yang terbaik untuk mengendalikan penyakit manusia ini adalah dengan membatasi waktu penggunaan dengan disiplin diri soal lamanya manusia bermain di media sosial, melakukan upaya literasi digital secara masif baik di sekolah mau pun keluarga (utamanya terhadap anak di bawah umur), menjaga privasi dengan tidak harus unggah semua kegiatan, sera fokus kepada interaksi dengan manusia yang nyata.
- Tak Pernah Selesai, Tugas Kepolisian Menjaga Kamtibmas Di Wilayah Hukumnya
- Gubernur Jateng Lepas 2.006 Peserta Balik Rantau Gratis Di Asrama Haji Donohudan
- Demi Kamtibmas Kondusif, Polsek Mojosongo Canvassing Dengan Sambangi Pelaku Usaha Dan Obyek Vital