Asyiknya Guru SLB Ajari Siswa SD Umum Bahasa Isyarat

Guru SLB Negeri Wiradesa, Nur Kholifah mengajari anak-anak SD umum bahasa isyarat di Festival Literasi, Kota Pekalongan, Rabu (20/9).
Guru SLB Negeri Wiradesa, Nur Kholifah mengajari anak-anak SD umum bahasa isyarat di Festival Literasi, Kota Pekalongan, Rabu (20/9).

Tawa riang para siswa sekolah dasar (SD) langsung muncul ketika tangan Nur Kholifah memberi isyarat dengan jempol yang menyilang dengan telunjuk.


Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Wiradesa itu langsung bertanya arti isyaratnya pada siswa SD yang melingkarinya di panggung Festival Literasi 2023 di Lapangan Mataram, Kota Pekalongan.

"Artinya apa? Sarang, sarangheo (aku cinta kamu, bahasa Korea)," katanya menjelaskan langsung disambut tawa, Rabu (20/9).

Pada momen itu, Nur Kholifah tidak sedang mengajar anak penyandang disabilitas. Ia sedang mengajar rombongan siswa SD negeri yang sedang berkunjung ke festival Literasi.

Ia mengajarkan bahasa isyarat huruf alfabet dengan satu tangan dan dua tangan. Pembelajaran diakhiri dengan bahasa isyarat yang berarti terima kasih dan sama-sama.

Guru SLB Negeri Wiradesa itu merasa bahwa mengajar anak-anak normal bahasa isyarat itu sangat perlu. Hal itu bisa menumbuhkan empati pada teman sebayanya yang merupakan penyandang disabilitas.

Ia pernah menyaksikan anak didiknya diejek 'Hu..hu' oleh anak lainnya. Saat itu, ia berpikir mendatangi sekolah anak yang mengejek siswanya.

"Saya ingin mengajak guru dan anak-anak berkunjung ke tempat saya, agar kejadian seperti kemarin tidak terulang," jelasnya.

Nur berharap bahasa isyarat juga masuk pada kurikulum umum. Tidak hanya itu, tapi ada kunjungan sekolah umum ke SLB untuk mengenal teman sebaya penyandang disabilitas.

Sehingga, lanjutnya, tiap anak tumbuh empati dan bisa berinteraksi dengan teman penyandang disabilitas. 

Kabid Perpustakaan, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan, Ismanto mengatakan talkshow bahasa Isyarat ada karena perhatian dari Bunda Literasi dan Wali Kota Pekalongan. Kedua tokoh penting itu ingin penyandang disabilitas tidak termarjinalkan.

Pihaknya tidak hanya mengundang siswa sekolah, tapi juga OPD dalam talkshow itu. Sehingga paling tidak, tiap OPD paham bahasa isyarat dasar yang penting.

"Contohnya mereka dalam keadaan bahaya atau minta pertolongan itu, kita kalau sudah tahu bahasa isyaratnya, itu tanda tandanya kita bisa merespon," ucapnya.