Drama Pemilu 2019 masih hangat di ingatan kita. Sejarah seperti membuka lembar lembar buku harian. Diary itu merekam, mencatat, dan merangkum keluh kesah kita sang empunya. Kali ini diary itu bukan milik seseorang, tetapi jejak peradaban sebuah negara bernama Indonesia. Membuka buka kembali catatan catatan di sana, kita dibuat teraduk aduk hatinya. Kecewa, gelisah, masgul, juga was was bagaimana menerawang ke depan negeri kita ini.
- Pak Lutfi..Pak Lutfi...Tenang Saja, Saya Sudah Di Sini!
- Catatan Duet Ahmad Luthfi - Taj Yasin Memimpin Jateng (2)
- Suksesi NU, All Gus Durian Final
Baca Juga
Andai tidak ada drama tragedi, persisnya tsunami politik negeri ini bisa jadi telah dipimpin Jokowi – Mahfud MD. Namun lelaki asal Madura yang bernama Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud Mahmodin, S.H., S.U., M.I.P ini urung - boro boro Wakil Presiden, karena dalam hitungan kilat namanya hilang ditelan bumi. Kisah pilu yang kemudian sempat beredar dia diembargo lantaran ada pihak yang meragukan ke-NU-annya.
Itulah takdir, malang tidak dapat ditolak, mujur tak dapat diminta. Pada Catatan Jayanto di media ini saya menulis tentang Cak Imin, yang kini coba dipopulerkan dengan sebutan yang lebih ikonik, atau lebih kultural, yakni Gus Muhaimin. Judul tulisan saya adalah ‘Hattrick vs Freekick’ ala Cak Imin. Ya, bagaimana hattrick yang dimaksud di sini, atau freekick itu sendiri?
Hattrick adalah narasi untuk menyebut mereka yang mencetak gol tiga kali dalam satu laga, yakni sepak bola. Tapi kali ini bukan hattrick ala sepak bola, melainkan hattrick politik. Adalah kurusetra Pilpres 2024 mendatang, yang akan menjadi testimoni empirik sekaligus medan laga yang sesungguhnya. Kali ini Cak imin, atau Gus Muhaimin tidak sedang memainkan bidak sebagai arsitek, atau dalang.
Cilaka dua belas, berbeda dengan Pilpres 2019, kali ini Cak Imin akan menghadapi kompetitor yang bagi orang awam dipersepsikan terlahir dari rahim yang sama, yakni NU. Dus, NU vs NU, Cak Imin vs Mahfud MD, siapa yang bakal menjadi jawara?
Untuk diketahui, Cak Imin adalah sosok kontroversial dan sekaligus fenomenal. Ibarat pisau, dia makin tajam karena terus diasah, tidak hanya secara informal, namun dia mendapat karpet merah karena darah biru ke-NU-annya. Dibalut pengalaman organisasi intra dan ekstra kemahasiswaan, menjadikan sosok Cak Imin terbilang mumpuni.
Di usia masih terbilang muda, tampuk Wakil Ketua MPR telah diraihnya pada 2018-2019. Dengan portofolio di atas, alumni Fisipol UGM ini, memiliki jam terbang matang sebagai politisi. Apalagi sebelum menjadi Ketua Umum, posisi Sekjen PKB telah digenggamnya juga sejak periode awal partai berlambang Bintang sembilan itu lahir.
‘Prestasi’ kontroversial yang membawa debut politik di panggung elite nasional adalah menjadi Ketua Umum PKB. Tokoh yang ‘digantikan’ tak tanggung tanggung adalah Gus Dur sang mentor, guru politik yang juga pamannya sendiri. Luar biasa! Tokoh sekaliber Pak Harto –penguasa Orde Baru yang dijuluki ‘The Smiling General’ tak mampu ‘menundukkan’ Gus Dur. Tetapi Cak Imin bisa!
Bahwa prestasi itu berselimut kontroversi, yakni soal kepatutan karena ‘pengkhianatan’ dan bumbu bumbu tak sedap lain sebagainya, adalah persoalan berbeda. Kini, Cak Imin adalah tokoh penting, dan tercatat menjadi putra terbaik bangsa dengan mandatory yang sudah dipegang, yakni menjadi calon Wakil Presiden RI 2024-2029.
Karma Mahfud MD
Akankah anak ajaib, tokoh fenomena Muhaimin Iskandar akan melenggang mulus menjadi sosok RI dua mendampingi Anies Baswedan? Kita perlu sabar menunggu waktu tepat. Kalau Pipres 2019 lalu dia bisa menjadi ‘King Maker’ atau setidaknya merupakan tokoh di balik layar atas naiknya Ma'ruf Amin, kali ini konstelasi dan dinamikanya berbeda.
Santer dan itu terkonfirmasi sang incumbent Joko Widodo telah meminang Prof Dr Mahfud MD menjadi cawapresnya. Prof Mahfud bahkan sudah ukur baju tinggal selangkah duetnya dengan Joko Widodo dideklaraskan. Tetapi takdir berkata lain, saat injury time namanya tergusur oleh Ma'ruf Amin.
Kalau ditanya apa penyebab kegagalan itu, sejumlah spekulasi mengemuka, namun kabar santer elit PKB dengan King Maker-nya Cak Imin keberatan naiknya Mahfud MD. Guru besar UII Yogya sekaligus tokoh intelektual ini diragukan ke-NU-annya. Nah, jelas aneh bin ajaib, karena menilik anatomi di atas profile dan portofolio Prof Mahfud MD jelas klir. Artinya ketika Joko Widodo meminang untuk menjadi pendampingnya akal sehat tinggal meneguhkan karena argumentasi referensial secara politik juga mendukung. Lantas mengapa Mahfud MD terpental, inilah pertanyaan publik yang sempat menjadi tsunami kala itu.
Karenanya ketika sekarang tokoh asal Madura ini kembali muncul, dan resmi menjadi calon wakil Presiden publik seperti terobati. Harapan ekstrem dari pihak yang fanatik pada sosok Mahfud MD berharap ini menjadi ajang pembuktian, untuk tidak dikatakan sebagai pembalasan!
Siapa yang bakal unggul Muhaimin vs Mahfud MD. Siapa yang lebih NU dari dua tokoh itu, Pilpres adalah momentum yang sekaligus menjadi hakim atas perjalanan panjang keduanya. Suara NU sendiri pasti tidak akan tunggal, yakni hanya memilih Cak Imin, atau Mahfud. Apalagi sang Ketua PBNU sendiri, yakni Yahya C Staquf membebaskan kaum nahdiliyin memilih sesuai nuraninya.
Berbeda dengan keluarga Gus Dur, setidaknya seperti yang diungkapkan Yenny Wahid, Gusdurian memilih Mahfud menjadi muara aspirasinya. Alasan Yenny diantaranya kembali membuka catatan lama, yakni naiknya Cak Imin menjadi nahkoda PKB dengan meninggalkan Gus Dur. Keluarga Gus Dur dan juga Gusdurian masih belum lupa tragedi politik di tubuh partai yang kelahirannya dibidani mantan Presiden RI keempat itu.
Yenny bahkan mengatakan, andai Gus Dur masih hidup tidak bakal setuju apalagi mendukung Cak Imin. Sikap Gusdurian dan juga keluarga Gus Dur, kata Yenny, diputuskan melalui permenungan panjang. Tidak pantas dan tidak layak Cak Imin menjadi Wakil Presiden dengan cara seperti yang dia lakukan kepada Gus Dur.
Untuk itulah Yenny Wahid atas nama keluarga dan Gusdurian memutuskan mendukung Prof Mahfud MD.
Akademisi-Politikus
Siapa Mahfud MD? Dia putra Madura kelahiran Sampang, 13 Mei 1957. Guru Besar UII Yogyakarta, ini merupakan salah satu tokoh lintas lembaga karena pernah menduduki jabatan di eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Mahfud muda menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Islam (UII) dan lulus pada 1983. Kemudian, ia melanjutkan S2 Program Magister Hukum di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan lulus pada 2010. Setelah itu, ia melanjutkan S3 Doktor Hukum di Universitas Gajah Mada Yogyakarta pula dan lulus pada 2012.
Mahfud pernah menjabat sebagai Plt Staf Ahli dan Deputi Menteri Negara Urusan HAM pada 1999-2000. Kemudian pada 2000-2001 pernah juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia dan Menteri Kehakiman. Setelah tidak menjadi bagian dari Pemerintah, kiprah politiknya dimulai dengan berlabuh di PKB ketika era Gus Dur.
Bersama PKB, ia terpilih sebagai Anggota DPR RI untuk menempati kursi di Komisi III dan Wakil Ketua Badan Legislatif periode 2004-2009. Sebelum masa jabatannya sebagai anggota legislatif berakhir, Mahfud memutuskan ikut serta dalam uji kelayakan hakim konstitusi dan terpilih menjadi hakim Konstitusi pada 2008 hingga 2013.
Kini, secara formal, Menkopolhukam Kabinet Indonesia Maju resmi dideklarasikan oleh PDIP menjadi bakal cawapres pendamping Bacapres Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 mendatang. Penunjukan ini seperti memparipurnakan langkah periode lalu, yakni Pilpres 2019. Tetapi kali ini keluarga menyambutnya biasa biasa saja.
Tidak ada perayaan apapun di rumah keluarga Mahfud Md di Surabaya. Yang ada hanya doa semoga langkah itu menjadi ikhtiar dan pilihan terbaik untuk Mahfud MD sendiri, keluarga juga bangsa. Kepasrahan total dengan doa sekali lagi segala sesuatu menyangkut takdir manusia di tangan Allah.
Menutup Catatan Jayanto ini, sesanti yang menjadi pamungkas, akankah Muhaimin Iskandar mampu menciptakan hattrick dan menghantarkannya menjadi orang nomor dua di republik sebagai Wakil Presiden mendampingi Anies Baswedan? Sebaliknya, apakah Mahfud MD mampu mem-freekick Ketua Umum PKB itu, dan ‘membalaskan’ luka lama keluarga Gus Dur, atau juga Gusdurian, jawabnya wallahu alam bisawab. Artinya akan ada karma Mahfud MD, mari kita nantikan sama sama.
Jayanto Arus Adi adalah Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi RMOL Jateng. Wartawan Senior, Ketua Bidang Litbang JMSI, Direktur JMSI Institute. Selain itu aktif di Satu Pena Jawa Tengah, serta dosen luar biasa di beberapa perguruan tinggi.
- Musuh Paling Berbahaya Adalah Kawan Sendiri
- Assalamu’alaikum Kang Dedi Mulyadi
- Astaghfirullah, Ampun Gusti Panjenengan Menopo (Mboten) Sare