Aspedi Gelar Wedding Industries Festival, Nanang: Momen Kebangkitan Industri Pernikahan

Ketua DPD Aspedi Jateng Nanang Khusnaini (kiri) dan Ketua DPP Aspedi Warsono saat melihat gelar karya dekorasi dari DPC Aspedi Solo yang bercorak Kraton Kasunanan Surakarta, di ajang Wedding Industries Festival (WIF), Selasa (2/8).
Ketua DPD Aspedi Jateng Nanang Khusnaini (kiri) dan Ketua DPP Aspedi Warsono saat melihat gelar karya dekorasi dari DPC Aspedi Solo yang bercorak Kraton Kasunanan Surakarta, di ajang Wedding Industries Festival (WIF), Selasa (2/8).

Ajang Wedding Industries Festival (WIF) yang digelar di Rama Shinta Hotel Patra Semarang, menjadi momen kebangkitan industri pernikahan di Tanah Air, yang sempat terpuruk selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.


Event yang diinisiasi oleh DPD Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (Aspedi) Jawa Tengah itu, diikuti 500 lebih pengusaha pernikahan, 20 supplier kebutuhan pernikahan, serta 1.500 pelaku industri yang terkait pernikahan dari 19 provinsi di Tanah Air 

Ketua DPD Aspedi Jateng, Nanang khusnaini, yang juga OC WIF dan Rakernas Aspedi mengatakan, ajang WIF menjadi event industri pernikahan yang pertama dan terlengkap di Indonesia.

"Kita sepakat menjadikan ajang ini jadi momen kebangkitan industri pernikahan, setelah terpuruk akibat pandemi. Para pengusaha kembali bergairah dan optimistis menyambut masa depan yang cerah di bisnis pernikahan," tegas Nanang, Selasa (2/8).

Ketua Umum DPP Aspedi, Warsono mengatakan, Aspedi beranggotakan 1.200 orang dari 19 provinsi di Tanah Air. 

"Seluruh anggota sangat antusias dan yakin jika industri jasa pernikahan ini dapat kembali bergairah dan bangkit setelah dua tahun terpuruk akibat pandemi," ungkap Warsono 

Nanang menambahkan, WIF yang digelar 1 hingga 3 Agustus, diisi sejumlah kegiatan mulai dari coaching bisnis, bazzar properti, wedding Expo, kuliner, dan gathering, serta dipuncaki dengan kegiatan Rakernas Aspedi. 

"Kami menggelar pula karya dekorasi tradisional dari beberapa DPC di Jateng. Selama pandemi, karya dekorasi tradisional ini sempat hilang karena adanya pembatasan, namun kini kami giatkan kembali," pungkas Nanang.