Kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk menghadapi potensi ancaman bencana akibat cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi sepekan ke depan di Indonesia. Galang semangat gotong-royong dan persatuan masyarakat untuk tekan potensi kerugian.
- Bakti Untuk Negeri, Kemenhub Bersama BUMN Sediakan 25 Ribu Vaksin di Soloraya
- Bupati Demak Minta Bantuan Rp 150 Milyar ke Kementerian PUPR untuk Bangun Tanggul Laut
- Fokus Keberlanjutan Lingkungan, Sido Muncul Diganjar Penghargaan Titanium dari BPOM
Baca Juga
"Upaya antisipasi harus menjadi langkah yang dikedepankan dalam setiap menghadapi potensi bencana alam untuk menekan jumlah korban dan kerugian yang terjadi," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/9).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ), Jumat (9/9) menyampaikan peringatan mengenai potensi terjadinya cuaca ekstrem di wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan. Masyarakat diimbau mewaspadai peningkatan curah hujan pada 10-16 September 2022.
Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 2.230 bencana alam telah melanda Indonesia sejak 1 Januari-14 Agustus 2022.
Berdasarkan jenisnya, banjir menjadi bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia dengan jumlah 873 kejadian. Jumlah itu setara 39% dari total kejadian bencana hingga pertengahan Agustus tahun ini.
Peringatan terjadinya cuaca ekstrem tersebut, ujar Lestari, harus menjadi perhatian setiap pemangku kepentingan dan masyarakat dalam upaya menekan dampak potensi bencana yang ditimbulkan.
Setiap pemangku kebijakan di daerah, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, harus memiliki mekanisme penanggulangan bencana dan peta kawasan yang rawan bencana dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Rerie sangat berharap masyarakat dan pemerintah daerah mampu menghidupkan semangat gotong-royong dan persatuan dalam menghadapi ancaman bencana tersebut.
Apalagi, tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, saat ini masyarakat sedang berupaya bangkit dari dampak pandemi dan hantaman dampak krisis ekonomi.
Jangan sampai, ujar Rerie, masyarakat dan pemerintah daerah abai terhadap ancaman bencana alam yang dipicu perubahan cuaca yang ekstrem.
Kepedulian semua pihak dalam mengantisipasi bencana, menurut Rerie, sangat diperlukan agar masyarakat dapat terlindungi dari berbagai hantaman di berbagai sisi.
- PBNU Apresiasi Wong Solo Tembus Bisnis Katering Haji di Arab Saudi
- Kurangi Mobilitas Warga, Pemkot Semarang Matikan Lampu Penerangan Jalan Umum
- Polres Pemalang Kirim Terpal untuk Korban Gempa Cianjur