Daihatsu atau angkutan kota (angkot) oranye, begitulah masyarakat Kota Semarang sering mengenal namanya sebagai moda transportasi umum andalan murah meriah. Nasibnya kini tak secemerlang masa kejayaannya dulu, puluhan tahun silam. Sekarang, angkot oranye Semarang hanya banyak parkir saja mulai ditinggalkan penumpangnya, meski tetap beroperasi normal.
- Bupati Jepara Minta Aparatur Desa Gali Potensi Lokal Dan Kembangkan Wisata Desa
- Kreativitas Perempuan Jadi Fokus Seminar Hari Kartini DPPKBP3A Sukoharjo
- KPU Karanganyar Patuhi Aturan, Kembalikan Sisa Dana Hibah Pilkada ke Kas Daerah
Baca Juga
Salah satu tempat paling mudah menemukan angkot oranye ini di sekitar Pasar Johar. Sepinya penumpang membuat para sopir menghabiskan waktunya sekedar menunggu di warung-warung kopi.
Majunya perkembangan teknologi dan perekonomian Semarang membuat masyarakat kebanyakan memilih untuk menggunakan transportasi online atau beraktivitas dengan kendaraan pribadi.
Walau tersisihkan, para penumpang setia angkot oranye tetap ada, tetapi penumpangya kebanyakan cuma kalangan ibu-ibu pedagang dan pembeli berbelanja di pasar. Di area dekat Pasar Johar, angkot oranye sering parkir berjajar untuk menanti calon penumpang.
Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, bercerita sambil menggambarkan transportasi umum antara dahulu dan sekarang berbeda sekali. Faktor penentunya kebutuhan masyarakat karena zaman berkembang dengan tuntutan serba cepat, mudah, dan praktis sehingga dirasakan pelaku transportasi konvensional.
"Lihat era sekarang dan dahulu jauh berbeda, masyarakat butuhnya transportasi cepat, nyaman, dan hemat biaya pengeluaran. Kekurangan angkutan massal seperti angkot atau bus kota seperti zaman keemasannya dulu kurang menjawab kebutuhan masyarakat. Jauh dari nyaman, dan tidak bisa secepat transportasi lain apalagi dengan ojek online yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja," kata Djoko, Selasa (09/07).
Meski pesimis melihat nasib angkutan massal konvensional, pengajar dari Universitas Katolik Soegijapranata tersebut memiliki konsep. Sebenarnya bisa mengembangkan transportasi umum agar dapat dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan pilihan.
Rencana itu jika direalisasikan pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan dapat membantu sekali para pelaku usaha tranportasi konvensional supaya tetap dapat bertahan menghadapi persaingan layanan transportasi umum bagi masyarakat.
"Nggak mungkin jika selamanya para pelaku transportasi konvensional bergerak sendiri, akan semakin baik jika dikelola mempunyai wadah di bawah naungan pemerintah. Manajemen operasional bisa jalan, ada struktur kerja di dalamnya, sampai jadwal operasional dan rute terkelola," ujar Djoko.
"Jadi, tidak sekedar transportasi konvensional tetapi bisa dikembangkan mungkin diintegrasikan dengan aplikasi atau tranportasi umum lainnya. Itu juga kan demi membantu masyarakat dan menambah pendapatan bagi daerah (PAD-red) jika pajak dan retribusinya dikelola sesuai mekanisme," pungkas Djoko.
- Dugaan Penyimpangan Bisnis Di Balik Pengiriman Barang Galian Dari PPMM Ke IPP
- Tangani Sampah Di Pasar Adiwerna, Wabup Tegal: Alhamdulillah Sudah Selesai
- Kapolres Cup 2025 Siap Digelar, Pendaftaran Resmi Dibuka di Polres Boyolali