Sebanyak 407 anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19 mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Semarang, yang digagas Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
- Agustina Wilujeng ‘Ajangsana’ ke Para Mantan Wali Kota
- Usai Pilkada, Hendrar Prihadi Dipanggil KPK, Ada Apa?
- Andika-Hendi Butuhkan Dukungan, Luthfi-Yasin Janjikan Tidak Ada Kesulitan di Masyarakat
Baca Juga
Awalnya Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi ini memberikan bantuan kepada yatim piatu tersebut, ternyata menggugah rasa empati para pengusaha untuk bisa berpartisipasi dalam memberikan bantuan bagi anak-anak yang masih memiliki masa depan panjang.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang, M. Khadik, mengatakan jika pihaknya telah melakukan pendataan bagi anak-anak korban Covid-19 yang tercatat ada 407 anak dan sangat membutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak.
"Mulanya Pak Wali yang memberikan contoh untuk menginisiasi dalam skema orang tua asuh bersama Ibu Tia. Lalu diikuti Pak Sekda dan OPD lain untuk kemudian turut membantu anak kurang beruntung tersebut,” kata Khadik, Minggu (15/8).
Pihaknya menyebut ada sejumlah pihak mulai dari pengusaha, filantropis hingga jajaran OPD di lingkungan Pemerintah Kota Semarang pun turut bergotong-royong memberikan santunan dan bantuan bagi anak-anak tersebut.
Khadik mengatakan jika 207 dari 407 anak tersebut mendapatkan santunan yang dilakukan secara gotong royong oleh Wali Kota Semarang, Sekda, 8 OPD dan BUMD PDAM Tirta Moedal.
Untuk 200 anak lainnya, nantinya Pemkot akan menggandeng sejumlah pengusaha untuk ikut membantu memberikan santunan.
"Meski terbagi dalam kelompok, semua anak yatim, piatu maupun yatim piatu memperoleh jumlah yang sama berupa santunan Rp500 ribu rupiah dan sembako,” tekannya.
Skema gotong-royong jajaran OPD tersebut, lanjut Khadik, terbagi dalam 15 kelompok, di mana satu OPD dapat menjadi orang tua asuh yang memberikan santunan bagi 13-15 anak.
"Usia mereka bervariasi mulai dari 0-18 tahun. Ada pula bayi baru lahir atau berumur 1 bulan namun telah ditinggalkan orang tuanya kemudian diasuh oleh nenek atau paman dan bibinya,” bebernya.
DP3A juga telah menyiapkan sejumlah program jangka pendek dan jangka panjang untuk mendukung masa depan anak-anak tersebut. Mulai dari santunan dan sembako, kepastian hak asuh anak yang ditinggalkan orang tuanya hingga pemenuhan pendidikan yang bebas biaya.
"Kami juga telah menyiapkan tim internal untuk melakukan pendampingan psikologis anak karena ditinggal orang tuanya, agar kebutuhan rohani juga terpenuhi,” ungkapnya.
Sesuai instruksi wali kota, pendataan tahap kedua pun juga akan segera dimulai. Namun DP3A berharap jumlahnya tak akan banyak mengingat penderita Covid-19 di Kota Semarang menunjukkan tren penurunan.
- Agustina Wilujeng ‘Ajangsana’ ke Para Mantan Wali Kota
- Usai Pilkada, Hendrar Prihadi Dipanggil KPK, Ada Apa?
- Andika-Hendi Butuhkan Dukungan, Luthfi-Yasin Janjikan Tidak Ada Kesulitan di Masyarakat