Gajah Sumatera bernama Sekar yang berada di Semarang Zoo dikabarkan mati pada Jumat (17/2) lalu. Gajah berusia 67 tahun ini dipastikan karena sakit bukan karena eksploitasi.
Direktur Semarang Zoo, Choirul Awaludin menegaskan tidak ada eksploitasi yang dilakukan pihak kebun binatan terhadap semua hewan yang mereka kelola termasuk pada Gajah Sekar. Bahkan ia menjelaskan dalam animal show yang dilakukan di Semarang Zoo pun, hewan-hewannya dilatih dengan metode reward pakan.
“Kami melatih satwa secara humanis, kalau naik gajah kita tidak pernah lakukan. Hanya ada mengalungi bunga termasuk foto dengan binatang. Kalau dulu, kita tidak tahu,” kata Awal, sapaan akrabnya, saat jumpa media di Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng, Senin (20/2).
Dari segi kandang, Awal menjelaskan jika pembangunan kandang di Semarang Zoo termasuk dalam taraf kandang yang layak yakni dengan konsep kandang tertutup, tapi tetap bida dilihat langsung oleh para pengunjung.
”Kami akan berkomunikasi dengan Lembaga Konservasi (LK) lain untuk mengganti gajah, memang agak sulit tapi kita usahakan,” jelasnya.
Kepala BKSDA Jateng, Darmanto mengatakan jika pihaknya pada tanggal 26 Januari lalu mendapat laporan dari Lembaga Konservasi (LK) bahwa Sekr mengalami sakit gigi hingga nafsu makan menurun. Usai diketahui sakit yang dialami Sekar, maka Gajah tersebut di rawat diruang terpisah dari Gajah jantan bernama Guntur yang ada di Semarang Zoo.
Darmanto mengatakan jika kondisi Sekar sempat membaik, namun pada 10 Februari kondisi Sekar kembali menurun yang kemudian diberikan obat. Namun sayangnya, kondisi Sekar semakin memburuk bahkan tidak mau makan dan minum. Akibatnya, pada 17 Februari, Sekar dinyatakan meninggal dunia.
”Jadi pada Desember - Januari lalu, kita kontrol kesana dan mengetahui jika Sekar sakit gigi dan tidak mau makan. Lalu kita usulkan ditambah medis, total ada dokter hewan, sudah diupayakan agar kembali sehat, namun akhirnya sekar meninggal,” ungkap Darmanto.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan rata-rata Gajah Sumatera bisa hidup mencapai umur 70 tahun. Sedangkan Sekar sendiri sudah berada di Kota Semarang dan menempati LK Semarang Zoo sekitar 37 tahun. Pihaknya menyebut dari segi Managemen, Semarang Zoo sudah sangat mencukupi.
“Sampelnya saat ini sudah kirim ke Jogjakarta dan sedang di tes di laboratorium. Disampaikan dokter hewan, karena tidak mau makan, akhirnya metabolismenya terganggu dan akhirnya meninggal,” bebernya.
BKSDA, lanjutnya, sudah secara rutin melakukan pembinaan pada sembilan lembaga konservasi yang ada di Jawa Tengah. Hasilnya, dari segi pengawasan, tidak ada gajah yang dieksploitasi atau dinaiki oleh pengunjung.
“Tidak ada gajah tunggangan di LK, jika ketahuan bisa dapat teguran dan ancaman lainnya dilakukan penutupan,” tandasnya.
- Dua Gajah Sumatera Pengganti Sekar Sudah Tiba di Semarang Zoo
- Semarang Zoo Bakal Datangkan Sepasang Gajah Sumatera Pengganti Sekar
- PPKM Level 3, Pengunjung Objek Wisata Semarang Menurun