Pengecekan kondisi Ndalem Sasana Mulyo Keraton Solo yang nyaris ambruk, diawali dengan tradisi wilujengan kecil. Dilakukan oleh abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat.
- Forkompimda Kabupaten Tegal Pastikan Keamanan Natal 2024 dengan Sinergi Positif
- DPD Geram Jateng Cegah Narkoba Lewat Lagu Dangdut
- Kreatif, Puluhan Pemuda dan Remaja Santai Sore Sambil Seluncuran di Bendungan Kaligarang
Baca Juga
"Pepak alit disiapkan oleh abdi dalem Gondorasan (dapur kraton)," jelas Ketua Eksekutif Lemabag Dewan Adat (LDA) kraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Pangeran (KP) Eddy Wirabhumi, Rabu (3/1).
Tradisi ini melaksanakan selamatan atau wilujengan sebelum memperbaiki ndalem Sasana Mulya yang berusia lebih dari 200 tahun. Dulunya, bangunan itu merupakan tempat tinggal putera Mahkota.
"Diawali dengan berdoa dulu agar diberi keselamantan dan kelancaran sebelum abdi dalem naik untuk melihat kerusakannya," terang Kanjeng Wiro.
Kanjeng Wira bicara blak-blakan mengenai kondisi beberapa bangunan Keraton yang rusak parah. Kondisi bangunan Sasana Mulya saat ini masuk dalam kondisi waspada.
"Penurunan gendeng (genting) selain untuk mengurangi beban (agar tidak roboh) sekaligus untuk melihat kondisi kayu diatap," imbuhnya.
Dalem Sasana Mulya didirikan pada masa pemerintahan PB IV sekitar tahun 1788-1820 Masehi. Merupakan tempat tinggal putra raja atau calon raja Kerajaan Dinasti Mataram Islam itu. Mulai dari Pakubuwana (PB) VIII hingga XI.
"Sekarang Hangabehi putra sinuwun Pakubuwono XIII juga tinggal disini," lanjutnya.
Dulunya pendopo Ndalem Sasono Mulyo juga sempat digunakan untuk pertemuan acara keluarga Keraton Kasunanan Solo. Misalnya acara pernikahan hingga persemayaman.
"Sayang saat ini kondisi bangunan nyaris ambruk hingga dipasangi sejumlah bilah bambu. Sebagian atapnya sengaja diturunkan untuk mengetahui tingkat kerusakan," tuturnya.
Pihaknya juga bekerja sama dengan tim teknis untuk menghitung tingkat kerusakan, termasuk berkonsultasi dengan Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) wilayah X untuk rencana perbaikan.
"Karena kerusakannya sudah mencapai 40 persen. Memang sudah berapa tahun yang lalu itu kan tumpang sarinya itu juga sudah lepas-lepas gitu, rontok, gapuk (rapuh)," pungkasnya.
- Tingkatkan PAD Kota Semarang, Dewan Dukung Pengembangan BUMD
- Dishub: Ganjil Genap Alternatif Atasi Macet di Yogyakarta
- Dewan Harap Pemkot Bisa Jamin Keamanan Santri Mondok di Semarang