Buku berjudul “Sosiologi Agama di Indonesia: Kesatuan, Keadilan, Kekerasan” resmi diluncurkan di Balairung Universitas, Senin (26/09).
- Pindahkan Fisik Sekolah, SLB Lasem Dan Rembang Dapat Anggaran DAK Rp 8.4 Miliar Lebih
- Pj Bupati Minta Jaminan Perlindungan Guru Segera Diterbitkan
- Kota Semarang Kirim 18 Pelajar ke Ajang Gala Siswa Indonesia Tingkat Jawa Tengah
Baca Juga
Ditulis oleh pengajar, mahasiswa aktif dan alumni Program Studi (Prodi) Magister Sosiologi Agama (MSA) dan Doktor Sosiologi Agama (DSA) Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), buku ini dicetak setebal 310 halaman.
Seorang penulis, Dr. Suwarto Adi, M.Si., mengungkapkan buku tersebut adalah penanda tentang kematangan usia Prodi MSA dan DSA UKSW.
"Melalui buku dengan cover berwarna merah ini, pembaca dapat melihat gambaran dinamika sosial keagamaan yang sedang berlangsung di tengah perubahan sosial di Indonesia," kata Suwarto.
Dengan berbekal pengetahuan yang didapatkan selama kuliah, para penulis disebutkan Dr. Suwarto Adi yang juga tergabung dalam tim editor ini, mampu menerapkan pendekatan sosiologi agama dengan memadai.
Dikatakannya, seluruh penulis mempergumulkan konteks yang dihidupi dan menyuarakan secara kritis akademis untuk menyumbangkan pemikiran dan pilihan etis demi kehidupan yang lebih baik.
Sebetulnya, diakui Suwarto ada yang menyuarakan pergumulan identitas Nias di Padang dan korban genosida 1965.
Ada juga yang mendorong supaya nilai lokal dijadikan bahan memperkuat kesatuan dalam bingkai Pancasila. Sementara itu, ada pula yang menulis upaya lokal memaknai kesatuan ke-Indonesia-an dan menempatkan budaya lokal sebagai bagian penting membangun identitas.
Selain dirinya, para penulis buku ini terdapat Pdt. Irene Ludji, Ph.D., Pdt. Dr. Suryaningsi Mila, M.Si., Evan Daniel Sinaga, S.Th., Cahyono, M.Si., Chris Stevany Lӧmbu, S.Th., M.Si., Pdt. Dr. Marhaeni Luciana Mawuntu, Alfian Rico Komimbin, M.Th., Pdt. Daud Alfons Pandie, M.Th., Pdt. Jola Pollatu, S.Th., M.M., Pdt. Resty Deasy Joice Tehupeiory, M.Th., serta Pdt. Dra. Lintje H. Pellu, M.Si, Ph.D.
Pihaknya berharap buku ini dapat mendorong penelitian dan kajian yang lebih mendalam tentang peran agama dalam perubahan sosial di Indonesia.
Lebih dari itu, penerbitan buku ini diharapkan juga bisa memberi inspirasi bagi lahirnya kajian khas sosiologi agama di UKSW, yang meletakan Indonesia dan Pancasila sebagai salah satu tema kajian penting secara sosiologis dan teologis.
Sementara itu, ditemui sesaat sebelum acara, Pdt. Irene Ludji, Ph.D., selaku Ketua Panitia menyebut bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan 31 tahun berdirinya Prodi MSA dan DSA UKSW.
Mengusung tema “Harmoni dalam Kesatuan, Keadilan, tanpa Kekerasan”, acara ini turut dirangkai dengan ibadah syukur.
Acara tang diselenggarakan untuk merayakan dalam rasa hormat dan syukur usia 31 tahun program MSA dan DSA di bawah Fakultas Teologi adalah akar sejarah dan identitasnya dibangun dan dikembangkan dalam pendekatan sosiologi agama.
Identitas sosiologi agama, sebagaimana dinyatakan oleh Pdt. Prof. John A Titaley, Th.D., tokoh kunci dalam pendirian dua prodi sosiologi agama, berakar pada pemahaman bahwa iman terhadap Tuhan terjadi dalam situasi kehidupan manusia dengan latar budaya, sosial dan politiknya.
"Dalam konteks seperti itulah Tuhan berkarya. Teologi yang tidak melibatkan karya nyata Tuhan dalam konteks itu hanyalah teori,” tutur Pdt. Irene.
Sementara, Dekan Fakultas Teologi UKSW, Yusak Budi Setyawan, MATS., Ph.D., mengungkap rasa syukur atas kiprah 31 tahun dua prodi yang berdiri sejak tahun 1991 tersebut.
Kiprah keduanya di dunia pendidikan tinggi menawarkan pendekatan berteologi di dalam konteks Indonesia dan memfokuskan diri pada sosiologi agama.
Dalam lima tahun terakhir disebutnya telah banyak terjadi perubahan yang signifikan pada dua prodi baik MSA maupun DSA berkaitan peninjauan kurikulum, penataan konsentrasi kajian dan peningkatan pelayanan kepada mahasiswa.
- UIN Walisongo Larang Mahasiswa Gunakan Motor Saat KKN
- Wali Kota Hendi Dikukuhkan Sebagai Mahasiswa Baru Doktoral Undip
- Ini Ternyata Alasan Kudus Ditunjuk Jadi Tuan Rumah Jambore Merdeka Bermain