24 Intelektual Salatiga: Pemilu Cenderung Tidak Dilakukan Sesuai Prinsip 

MEMBACAKAN: 24 Intelektual Salatiga Peduli Bangsa Saat Membacakan Seruan Lima Poin Pernyataan Sikap Di Kafe Ole, Salatiga, Rabu (07/02). Foto: Erna Yunus B/RMOLJateng
MEMBACAKAN: 24 Intelektual Salatiga Peduli Bangsa Saat Membacakan Seruan Lima Poin Pernyataan Sikap Di Kafe Ole, Salatiga, Rabu (07/02). Foto: Erna Yunus B/RMOLJateng

Sebanyak 24 Intelektual Peduli Bangsa di Salatiga berkumpul mengeluarkan seruan lima poin pernyataan sikap di Kafe Ole, Salatiga, Rabu (07/02).


Koordinator puluhan intelektual yang menyebut diri mereka Intelektual Salatiga Peduli Bangsa, Prof. Umbu Rauta (Dosen), mengatakan bahwa para intelektual memiliki tanggung jawab moral dalam melihat kondisi sosial-politik terutamanya Pemilu di Indonesia, "yang menurut kami ada kecenderungan tidak lagi dilakukan menurut prinsip-prinsip penyelenggaraan pemilu yang baik," ungkap Umbu Rauta kepada awak media.

Ia menerangkan seruan dilatar belakangi kondisi sosial politik bangsa dan negara Indonesia berkenaan dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum 2024.

Intelektual Salatiga Peduli Bangsa yang terdiri dari para dosen, mahasiswa, peneliti, dan pemerhati bangsa menyampaikan seruan kepada seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan Pemilu 2024.

Seruan ini, ujar dia, juga dilandasi tanggung jawab moral intelektual untuk menjadi radar dalam menyikapi persoalan sosial politik bangsa yang berpotensi mereduksi penyelenggaraan Pemilu yang demokratis, berintegritas, dan berkeadilan. 

Apakah para intelektual ini memberikan sesuatu pernyataan bahwa penyelenggara pemilu dan aparat negara, khususnya TNI-Polri, berlaku tidak netral? Umbu tidak secara terang benderang mengakui demikian.

Hanya saja mereka melihat ada potensi mendegradasi pelaksanaan pemilu yang bersih, jujur, adil dan demokratis.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa concern para intelektual ini bukan hanya pada penyelenggara negara.

"Concern kami bukan kepada aparat negara dalam hal ini TNI-Polri, tapi juga bisa pada penyelenggara negara diantaranya ASN, kepada TNI-Polri termasuk kami, sebagai warga negara. Jadi concern kami kepada seluruh warga negara," imbuhnya. 

Disinggung apakah 20-an intelektual ini mengeluarkan seruan 5 (lima) pernyataan adalah sikap latah dari daerah lain? Umbul membantahnya.

"Bahwa seluruh intelektual yang hadir sudah lama berpikir dan (sebenarnya) bisa kami lakukan secara pribadi atau kelompok," pungkasnya.

Ada pun lima poin seruan Intelektual Peduli Bangsa adalah sebagai berikut.

Pertama, Warga Negara (utamanya Pemilih) harus menggunakan hak pilih secara bebas dan bertanggungjawab, tidak terjebak pada kepentingan politik identitas, serta berperan aktif dalam mengawasi penyelenggaraan pemilu yang bersih, jujur, dan adil.

Ke dua, Penyelenggara Negara (pusat dan daerah) seharusnya melindungi segenap bangsa Indonesia, melayani warga negara secara menyeluruh, mengutamakan keadaban dalam berpolitik, serta menghindari pelayanan yang diskriminatif.

Ke tiga, Aparatur Sipil Negara, Polri, dan TNI harus menghindarkan diri dari upaya menggiring dan mengintimidasi warga negara untuk kepentingan kelompok tertentu yang berpotensi mereduksi peran sebagai pelayan masyarakat.

Ke empat, Partai Politik Peserta Pemilu, Calon Anggota Legisaltif, Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden serta Elit Politik harus mengutamakan kesantunan dan moralitas dalam berpolitik, demi kohesivitas dan keutuhan bangsa dan negara.

Dan ke lima, Penyelenggara Pemilu (utamanya KPU dan Bawaslu) mengedepankan pemenuhan akan asas penyelenggaraan pemilu, yaitu jujur dan adil, imparsial (mandiri), serta melakukan penegakan hukum pemilu yang konsisten.

24 nama intelektual yang terlibat dalam Salatiga Peduli Bangsa selain Prof. Umbu Rauta adalah Prof. Yusak B. Setiawan (Dosen), Prof. Joseph Ernest Mambu (Dosen), Prof. Agus Sugiarto (Dosen), Izak Y. M. Lattu, Ph.D.(Dosen), Dr. Sri Aryanti Kristianingsih (Dosen), Agastya Rama Listya, Ph.D. (Dosen), Sampoerno, M.Si. (Dosen), Rully Adi Nugroho, Ph.D. (Dosen), Yesaya Sandang, Ph.D.  (Dosen), Dr. J. Mardimin (Dosen), Dr. Wilson Therik (Dosen), Imanuel Teguh Harisantoso, M.Si. (Dosen), Tyas Tri Arsoyo, MH (Dosen), Mardian Putra Frans, MH (Dosen), Freidelino de Sousa, MH (Dosen), Marthinus Ngabalin, M.Si (Mahasiswa S3), Yan Malino, M.Pd.  (Mahasiswa S3), Yoga Fanggidae, S.Hub. Int. (Alumni), Dr. Royke Siahanenia (Dosen), Suprayitno, M.Si. (Mahasiswa S3), Yulius Yusak Ranimpi, P.hD (Dosen), Tri Aprivander Waruwu (Mahasiswa S1) dan Dr. Suwarto (Dosen).